BeritaInspirasiJateng

Kuliah Umum IQT UMS: Menggali Epistemologi Tafsir dan Daya Hidup Al-Qur’an

KABARMUH.ID, Surakarta – Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IQT) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar kuliah umum bertajuk “Metodologi Penafsiran Al-Qur’an Kontemporer” pada Kamis (28/8) di R. Meeting B1 (lt 2) Gedung Edutorium UMS. Acara ini menghadirkan pakar tafsir kontemporer, Prof. Dr. H. Abdul Mustaqim, S.Ag., M.Ag., Guru Besar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sekaligus pengasuh Pesantren Lingkar Studi Qur’an (LSQ) Ar-Rohmah Yogyakarta.

Dalam sambutannya, Alfiyatul Azizah, Lc., M.Ud., Wakil Dekan FAI UMS, menekankan pentingnya kegiatan ini.

“Keilmuan tafsir Al-Qur’an terus bergerak dinamis di era modern. Mahasiswa perlu memahami metodologi yang relevan agar mampu menjawab tantangan zaman,” ujarnya.

Senada dengan itu, Dr. Kharis Nugroho, Lc., M.Ud., Kaprodi S1 Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UMS, menambahkan bahwa arah pemikiran tafsir Muhammadiyah harus menumbuhkan semangat keilmuan lintas bidang.

“Tafsir Al-Qur’an harus bisa menumbuhkan ghirah keilmuan sosial, ekonomi, budaya, bahkan politik. Dari situlah lahir Quranic worldview yang menaungi kehidupan bermasyarakat,” jelasnya.

Sementara itu, Dr. Andri Nirwana, AN, S.Th, M.Ag, PhD., Kaprodi S2 Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UMS, menegaskan fungsi tafsir sebagai sarana pencerahan umat.

“Tujuan tafsir adalah memberikan petunjuk dan hidayah bagi kehidupan. Inilah letak penting para mufassir agar Al-Qur’an benar-benar hadir dalam kehidupan masyarakat,” terangnya.

Kuliah umum ini dipandu oleh Afrizal Mustofa dan dihadiri oleh mahasiswa S1 dan S2 Prodi IQT UMS. Kehadiran mereka tidak hanya untuk memperkaya wawasan akademik, tetapi juga untuk meneguhkan arah tafsir yang solutif dan mencerahkan.

Epistemologi Tafsir Kontemporer

Dalam sesi utama, Prof. Abdul Mustaqim menyampaikan kuliah umum dengan gaya humoris namun penuh bobot. Ia menekankan bahwa tafsir tidak bisa dipandang final dan statis. “Epistemologi tafsir kontemporer menegaskan bahwa kebenaran tafsir itu terbuka, dinamis, dan tidak tunggal. Tafsir selalu berinteraksi dengan realitas sosial yang melingkupinya,” paparnya.

Ia kemudian menjelaskan konsep sentripetal dan sentrifugal dalam Al-Qur’an. “Al-Qur’an memiliki daya sentripetal, yang mengembalikan manusia pada nilai-nilai transenden, sekaligus daya sentrifugal, yang menyebarkan makna ke berbagai ranah kehidupan. Dari sinilah keberagaman tafsir lahir dan memberi daya hidup pada dinamika sosial,” jelasnya.

Prof. Mustaqim menutup kuliahnya dengan ajakan agar mahasiswa IQT UMS mengembangkan keberanian intelektual dalam menafsirkan Al-Qur’an. “Yang penting, kita menghargai teks sekaligus memahami tujuan atau maqashid yang ada di baliknya. Dengan begitu, tafsir akan selalu relevan dan mencerahkan,” pungkasnya.

Kuliah umum ini berlangsung hangat, interaktif, dan penuh diskusi. Dengan perpaduan humor dan kedalaman analisis, Prof. Mustaqim berhasil membuat mahasiswa IQT UMS menyadari bahwa tafsir bukan sekadar disiplin ilmu, melainkan jalan menghadirkan cahaya Al-Qur’an dalam kehidupan sosial, budaya, ekonomi, hingga politik.

Penulis: Dwi Kurniadi

 

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button