Oleh: Fajry Annur, Mahasiswa FKIP UMS
Sebagai anak muda yang baru mengenal dan belajar parenting, rasanya belajar langsung dari surah Luqman ini merupakan sebuah paket sederhana dan ringan untuk dipahami serta dipelajari. Karena belajar pola asuh ini sejatinya agak tricky. Akan tetapi, jika melihat dari surah Luqman ini sendiri kita akan diberikan gambaran umum secara ringkas, bagaimana pola asuh yang baik. Saya berasumsi, bagi kita yang baru belajar tentang parenting, mengetahui isi kandungan surah Luqman ini mengenai pola asuh, merupakan sebuah hal yang ringkas dan akan mampu menjadi fondasi yang baik untuk kita belajar parenting selanjutnya.
Sebenarnya, Luqman sendiri bukanlah sosok Nabi atau Rasul, tetapi namanya abadi dalam Al-Qur’an sebab kepandaiannya dalam memberikan pola asuh terhadap anaknya. Luqman sendiri dikaruniai oleh Allah dengan Ilmu Hikmahnya, antara lain berupa ilmu, agama, benar dalam ucapan.
Keimanan yang Membentuk Amal Ma’ruf Nahi Munkar
Dalam Al-Qur’an surah Luqman ayat 13, Allah swt berfirman, yang artinya:
“Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya pada waktu ia memberi pelajaran kepadanya: ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar.”
Dalam sebuah kitab Tafsir karya Ibnu Katsir, Luqman berpesan kepada putranya sebagai orang yang paling disayanginya dan paling berhak mendapat pemberian paling utama dari pengetahuannya. Oleh karena itulah Luqman dalam wasiat pertamanya berpesan agar anaknya menyembah Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Maka, dengan membuka pola asuh kita terhadap anak dengan keimanan merupakan bentuk cinta kita terhadap anak kita kelak.
Bekal keimanan merupakan bekal utama sebagai pembuka yang Luqman berikan kepada anaknya. Sebab keimanan di sini sebagai fondasi yang kuat, dari orang tua yang sangat menyayangi anaknya. sSma seperti kita, jika kita menyayangi dan mencintai anak kita, maka bekal utama dan pertama yang harus kita tanamkan padanya adalah rasa Iman kepada Allah swt. Karena dengan bekal iman inilah seorang anak mampu berdiri dengan fondasi yang kokoh dalam hidupnya.
“Hai anakku, sesungguhnya jika ada suatu perbuatan seberat biji sawi dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS. Luqman:16).
Ibnu Katsir sendiri mengatakan bahwa seandainya amal sekecil dzarrah itu dibentengi dan ditutupi berada di dalam batu besar yang membisu atau hilang dan lenyap di kawasan langit dan di dalam bumi, maka sesungguhnya Allah pasti akan membalasinya. Demikianlah sesungguhnya Allah, tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya dan tiada sebutir dzarrah pun yang terhalang dari penglihatannya. Pesan ini memberikan pelajaran kepada kita untuk diajarkan kepada anak-anak sebagai bentuk pengawasan atas perbuatan yang kelak mereka lakukan bahwa segala sesuatu di awasi oleh Allah, maka ini akan menumbuhkan rasa takut dan taat kepada Allah swt.
Dari sana kita dapat mengambil hikmah, bahwasannya dalam mendidik anak perlu adanya penanaman nilai-nilai kebaikan amalan perbuatan, memberikan pengertian kepada anak mana yang baik dan yang salah, memberikan nasihat kepada anak bahwa segala sesuatu yang dia kerjakan pastilah diketahui oleh Allah swt, dan setiap perbuatan yang dikerjakannya pasti akan mendapat balasan. Demikianlah anak akan lebih paham dan berhati-hati dengan perbuatan yang dilakukannya. Maka, tentulah anak akan selalu taat dalam berbuat kebaikan karena memiliki rasa takut dalam dirinya.
Dalam surah Luqman ayat 17, Allah swt berfirman yang artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegalah mereka dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah.”
Dalam ayat tersebut Luqman berpesan kepada anaknya agar selalu mengerjakan yang baik. Tidak hanya itu, ia pun berpesan agar anaknya juga mampu membawa kemaslahatan terhadap sekitarnya dengan mencegah dari apa-apa yang buruk terjadi di sekelilingnya. Luqman pun mengajarkan bahwa selalu ada masalah yang akan menimpa, maka dari itu rasa sabar haruslah senantiasa kita siram pada diri kita. Begitulah yang ia ajarkan terhadap anaknya, keduanya saling berhubungan yaitu membawa kebaikan dan rasa sabar, keduanya saling menguatkan, sebab dalam berbuat baik kita pasti akan mendapat kesulitan dan kita harus bersabar karenanya.
Tidak Sombong, dan Senantiasa Sederhana
“Dan janganlah kamu memalingkan muka dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18).
Sombong adalah suatu penyakit yang mana penyakit tersebut dapat merusak amal perbuatan yang dimiliki oleh seseorang. Pesan Luqman dari surah di atas kepada anaknya memberikan pelajaran kepada kita, bahwasannya sebagai manusia, apapun yang kita miliki, dan dalam keadaan apapun, kita tidak dibenarkan untuk merasa lebih baik dengan cara yang angkuh, karena hal tersebut merupakan perbuatan yang tidak disukai oleh Allah SWT. Dengan memberikan pelajaran yang demikian, anak akan memiliki sikap rendah diri, dan selalu menghormati apa yang dimilikinya dan juga orang lain.
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman: 19).
Seburuk-buruk suara ialah suara keledai, karena tatkala suaranya memekik karena melihat setan. Maka pesan selanjutnya adalah, bagaimana kita mendidik anak yang mampu melunakkan suaranya, tidak berteriak-teriak dalam berbicara karena hal itu adalah perbuatan yang kurang baik. Sebab di satu sisi kurang menghargai lawan bicara juga termasuk perbuatan yang tidak disukai Allah.
Kesederhanaan dalam berbuat menjadi pesan terakhir yang bisa di sampaikan dalam tulisan ini. Dengan sikap sederhana yang kita lakukan, artinya bersikap pertengahan (tidak berlebihan) seperti dalam berjalan maupun berbicara, merupakan perbuatan yang harus ditanamkan kepada anak, agar kelak dirinya mampu menjadi pribadi yang tidak berlebih-lebihan terhadap segala sesuatu.
Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari pola asuh yang Luqman benar-benar tanamkan pada keluraga dan juga anak-anaknya. Dari sana kita dapat belajar bahwa seorang yang sederhana seperti Luqman dapat mengajarkan sesuatu yang sangat berarti bagi anak-anaknya, menjadikan diri kita tidak insecure meski bukan siapa-siapa yang memiliki kedudukan tinggi atau pun harta yang lebih. Akan tetapi dari hikmah kisah Luqman inilah, kita dapat belajar bahwa pola asuh yang baik berasal dari usaha seorang orang tua yang selalu ingin terbaik bagi anak-anaknya, tentunya dengan pondasi keutamaan iman yang kuat serta pendidikan yang senantiasa berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.