

“KITA akan menjadi saksi perubahan. baik dari hal-hal kecil yang dapat mengubah kebiasaan, hingga revolusi besar yang dalam senyap memusnahkan peradaban. Hanya akan ada dua pilihan; berkembang atau tumbang di tengah jalan?”
Stephen Elop, CEO Nokia, sebelum menyerahkan divisi handset perusahaannya kepada Microsoft berkata, “We didn’t do anything wrong, but then we lost.” Nokia tidak melakukan satu pun kesalahan, tetapi kemudian perusahaannya hilang, produknya jatuh, kalah, tergusur dan tidak diminati pasar.
Bisa kita bayangkan bagaimana Nokia, perusahaan asal Finlandia yang sempat menjadi perusahaan telekomunikasi terbesar di Finlandia dan dunia. Perusahaan menghasilkan produk-produk telekomunikasi mulai dari produk telepon genggam sampai perangkat telekomunikasi lainnya seperti HLR, MSC, BSC, RNC dan lain-lain.
Pada awal 1981, Nokia berhasil meluncurkan produk bernama Nordic Mobile Telephony (NMT). NMT merupakan jaringan selular multinasional yang pertama di dunia. Karenanya, sepanjang dekade 1980-an NMT diperkenalkan ke sejumlah negara dan mendapat sambutan yang luar biasa dengan 2.100 seri ponsel Nokia yang mendulang sukses.
Bahkan target penjualan sebanyak 500.000 unit berhasil dicapai pada 1994 dan tenaga karyawan sebanyak 54.000 orang dengan produk yang terjual di 130 negara. Pada 1998, Nokia memfokuskan pada telekomunikasi dan investasi awal dalam teknologi GSM, membuatnya menjadi perusahaan pemimpin ponsel di dunia.
Namun, hal itu ternyata tinggal cerita berselimut duka, tepat pada tanggal 25 April 2014, Nokia resmi diakuisisi oleh Microsoft yang lalu mengakhiri kejayaan Nokia perusahaan dalam bisnis telepon selular selama 34 tahun lamanya. Hal ini, tidak hanya terjadi pada perusahaan-perusahaan besar, namun juga terjadi pada institusi-institusi yang tak pernah menjembatani lintas generasi.
Dalam roda kehidupan dunia yang terus berubah dan berkembang, industri bahkan institusi lama pasti terdisrupsi tanpa bisa terelakkan lagi. Ketika hal itu terjadi, banyak orang yang memilih untuk tidak menghadapinya lantaran merasa tak berdaya. mereka memilih untuk ribut dan bertengkar sesama mereka sendiri, daripada berfikir dan berinovasi mencari solusi untuk menghadapi.
Menarik perkataan Peter Drucker, “Satu hal yang kita tahu tentang masa depan adalah pasti masa depan akan berbeda (dengan masa kini).” Perubahan bagai air yang mengalir, tidak pernah mengenal lelah dan berhenti. Saat kita diam dan berhenti untuk mengembangkan dan melakukan perubahan terhadap diri, industri, organisasi maupun instansi, berarti sama halnya kita mengundang badai yang akan menumbangkan dan mengakhiri.
Oleh karenanya, penting bagi kita untuk paham dan mengerti bahwa kita semua tengah menghadapi persoalan sama; terbelenggu oleh pola pikir lama sehingga kadang sulit menerima fakta-fakta dan cara-cara yang baru. Waktu kita disibukkan oleh perdebatan dan pertengkaran yang tak berujung, hingga akhirnya menyeret kita pada titik penyesalan.
Dalam situasi seperti ini, hal pertama yang harus diubah adalah pola pikir kita. kalau pola pikir kita masih saja kolot, maka selamanya kita akan berada dalam kemunduruan. Maka, pola pikir terlebih dahulu harus maju, kemudian ada keinginan dan usaha untuk berbenah dan berubah sehingga menjadi bagian dari Agent of Change yaitu orang-orang yang bertindak sebagai katalis atau pemicu terjadinya sebuah perubahan.
Tentunya perubahan di sini menuju pada perubahan yang baik dan berkemajuan dan untuk menyongsong hal tersebut mestinya diperlukan semangat fastabiqul khairat, sebagaimana firman Allah yang artinya; “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S Al Baqarah :148).
Akhirnya, dengan semangat dan motivasi tinggi untuk melakukan kebaikan, pola pikir yang berkemajuan, tentunya akan berimbas pada sebuah gerakan dan terobosan baru untuk berkembang, menjadikan kita bagian dari penggerak bahkan pelaku revolusi untuk melakukan perbaikan dan perubahan ke arah yang lebih baik.
ditulis oleh : Rahiman Albanjari
Sumber : https://kaltim.prokal.co/read/news/345039-berkembang-atau-tumbang-di-tengah-jalan