EsaiFeaturedOpini

Kesulitan dan Musibah Hasil dari Dosa dan Maksiat

Oleh: Sabilla Qurratu Aini*

Ketika musibah dan bencana datang menghampiri, kadang yang dijadikan kambing hitam adalah alam, artinya alam itu murka. Ketika sakit datang, yang disalahkan pula konsumsi makanan, kurang olaharga dan seterusnya. Ketika kita terdzholimi oleh orang lain kadang yang jadi sasaran untuk disalahkan pertama adalah tingkah orang bahkan langsung mencela sikap dan sifatnya. Walau memang sebab-sebab tadi bisa jadi benar sebagai penyebab, namun jarang ada yang merenungkan bahwa karena dosa atau maksiat yang kita perbuat, akhirnya Allah mendatangkan musibah, menurunkan penyakit atau ada yang menzholimi kita.

Musibah yang datang, kadang tidak disadari terjadi diakibatkan karena dosa dari diri sendiri. Dosa yang diperbuat bisa saja mendatangkan musibah yang tidak kita duga. Allah subahanahu wata’ala telah berfirman mengenai hal ini dalam firmannya:

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. As-Syura:30)

Allah mengabarkan bahwa apa pun musibah yang menimpa hamba-hambaNYa, pada jasad mereka, pada harta ataupun pada anak-anak mereka dan pada apa saja yang mereka cintai lagi sangat mereka sayangi, adalah akibat dosa-dosa yang disebabkan perbuatan tangan mereka, dan maksiat-maksiat yang mereka lakukan sendiri, dan sesungguhnya yang dimaafkan oleh Allah lebih banyak dari itu. Sebab, sesungguhnya Allah tidak berbuat zhalim terhadap hamba-hambaNYa, akan tetapi diri mereka sendiri yang nmenzhalimi diri mereka sendiri.

Ibnu Qoyyim Al Jauziyah –rahimahullah- mengatakan, “diantara akibat dari berbuat dosa adalah menghilangkan nikmat dan akibat dosa adalah mendatangkan bencana (musibah). Oleh karena itu, hilangnya suatu nikmat dari seorang hamba adalah karena dosa. Begitu pula datangnya berbagai musibah juga disebabkan oleh dosa,” (Al Jawabul Kaafi, hal. 87).

Menurut Tafsir Jalalain Mengenai Surat As-Syuraa Ayat 30, yaitu (dan apa saja yang telah menimpa kalian) khithab ayat ini ditujukan kepada orang-orang mukmin (berupa musibah) berupa malapetaka dan kesengsaraan (maka adalah karena perbuatan tangan kalian sendiri) artinya, sebab dosa-dosa yang telah kalian lakukan sendiri. Diungkapkan bahwa dosa-dosa tersebut dikerjakan oleh tangan mereka, hal ini mengingat, bahwa kebanyakan pekerjaan manusia itu dilakukan oleh tangan (dan Allah memaafkan sebagian besar) dari dosa-dosa tersebut, karena itu Dia tidak membalasnya. Dia Maha Mulia dari menduakalikan pembalasan-Nya di akhirat. Adapun mengenai musibah yang menimpa kepada orang-orang yang tidak berdosa di dunia, dimaksudkan untuk mengangkat derajatnya di akhirat kelak.

Namun Allah lebih banyak memaafkan, karena Allah tidak menzalimi hamba-hamba-Nya, akan tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri, Allah berfirman, “Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu makhluk yang melata pun akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; Maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.” (Fathir: 45)

Inilah bagian dari kelembutan dan kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya.  Allah menutup surat ini dengan penjelasan kasih sayang-Nya dan kelembutan-Nya kepada hamba-Nya. Allah mengabarkan bahwa sekiranya Allah mengadzab manusia karena sebab dosa mereka dan maksiat, niscaya Dia tidak akan menyisakan sesuatupun yang melata di bumi. Dia tidak segera menurunkan siksaan Akan tetapi Allah memberi mereka kesempatan, agar mereka dapat bertaubat dan kembali ke jalan yang benar.

Allah mengakhirkan adzabnya sampai waktu yang diketahui di sisi-Nya dengan hikmah yang besar; Seandainya siksaan itu disegerakan, dan setiap orang yang berbuat dosa segera tertimpa azab; niscaya tidak akan tersisa lagi makhluk di muka bumi. Akan tetapi Allah memberi kesempatan dan mengakhirkan siksaan sampai pada waktu yang telah Dia tetapkan;  baik itu dengan memberi mereka azab di dunia dan di akhirat, atau azab mereka dikumpulkan di akhirat agar azab itu semakin berat. Maka jika telah sampa ajal makhluk, Allah maha melihat; Allah ampunkan apa yang menurut Allah dapat diampunkan, dan Allah siksa apa yang pantas untuk diberikan siksaan.

وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِمَا كَسَبُوا مَا تَرَكَ عَلَى ظَهْرِهَا مِنْ دَابَّةٍ

Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang melata pun” (QS. Fathir: 45).

Seandainya Allah menyegerakan azab atas manusia karena apa yang mereka lakukan berupa kemaksiatan-kemaksiatan dan atas apa yang mereka perbuat berupa dosa-dosa, niscaya Allah membinasakan seluruh penduduk bumi seketika, termasuk apa saja yang mereka miliki berupa harta kekayaan dan hewan ternak, akan tetapi Allah menunda mereka hingga masa yang Dia tentukan dalam ilmu-Nya, yaitu hari Kiamat. Jika hari Kiamat datang, maka sesungguhnya Allah Maha melihat hamba-hamba-Nya, tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya, lalu Dia membalas mereka atas itu, bila baik maka dibalas baik, bila buruk maka buruk.

وَلَوْ يُؤَاخِذُ ٱللَّهُ ٱلنَّاسَ بِظُلْمِهِم مَّا تَرَكَ عَلَيْهَا مِن دَآبَّةٍ وَلَٰكِن يُؤَخِّرُهُمْ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَـْٔخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

“Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya.” (QS. An-Nahl:61)

Dan jika Allah langsung menghukum manusia yang kafir atau seluruh orang yang bermaksiat dan syirik, maka tidak ada satupun makhluk yang melata di bumi karena adanya pembinasaan orang-orang zalim. Namun Allah menghendaki untuk mengabaikan dan menunda hukuman mereka sampai waktu tertentu, yaitu waktu penyiksaan mereka. Dan jika siksa itu telah tiba bagi mereka atau waktu hidup mereka sudah berakhir, maka hal itu tidak akan ditunda dan didahulukan dari mereka meskipun hanya sesaat.

Maka dari itu ayat ini merupakan sebuah Refleksi bagi kita untuk merenungi serta mengkoreksi diri dan menjadi pengingat jiwa agar segera kembali kepadanya, kembali kejalan yang diridhoinya jalan yang diberikan keberkahan dan cahaya di dalamnya. Segeralah bangunkan jiwa dari kegelapan dan roh yang terpuruk karna kemaksiatan yang kita perbuat untuk segera taubat dan berikan kembali cahaya kepada hati yang meredup dengan lantunan dzikir dan istigfar atas diri yang melampaui batas. Segeralah perbaiki aktivitas dengan memperbanyak pendekatan diri kepada-NYA dan memperbaiki ibadah biasa dilakukan seenaknya.

وَأَنِ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوٓا۟ إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُم مَّتَٰعًا حَسَنًا إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِى فَضْلٍ فَضْلَهُۥ ۖ وَإِن تَوَلَّوْا۟ فَإِنِّىٓ أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” (QS. Hud:3)

Hendaklah meminta ampun kepada Allah atas dosa-dosa dan kekufuran, bertaubat dan kembali kepada-Nya dengan berbuat ta’at. Jika mengerjakan yang demikian, niscaya Dia akan memberi kenikmatan di dunia dengan kebaikan hidup dan keluasan rejeki sampai kepada waktu yang telah ditentukan di sisi Allah yaitu kematian dan akhir umur. Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang baik yang beramal baik dengan balasan berupa keutamaan dan pahala amal tersebut di dunia dan akhirat. Jika kamu berpaling dari hidayah, maka sesungguhnya aku (Allah) khawatir, kamu akan mendapatkan siksa pada hari kiamat, yaitu azab yang sangat dahsyat.

Namun dibalik keburukan, kesusahan, kekhawatiran  serta musibah yang datang adalah sebagian kecil hasil dari dosa-dosa dan maksiat setiap hamba, disisi lain ada kenikmatan yang juga tiada hentinya terus berdatanngan. Namun berbeda halnya dengan keburukan, kenikmatan demi kenikmatan selalu datang dikarenakan rahmat dan karunia dari Allah SWT, bukan semata-mata karena kehebatan dirimu dan semata-mata hanya hasil dari usaha-usaha dan ikhtiar yang telah di lakukan.

مَّآ أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ ٱللَّهِ ۖ وَمَآ أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ ۚ وَأَرْسَلْنَٰكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا ۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدًا

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (QS. An-Nisa:79)

Kebaikan yang kamu dapatkan merupakan dari karunia, rahmat, dan taufik Allah sehingga kita dapat meniti jalan keselamatan dan kebaikan. sedangkan keburukan yang menimpa merupakan hasil dari amal perbuatan kamu tidak menempuh jalan hikmah, akal sehat, dan petunjuk dari hidayah Allah.

Dan kemudian Allah melanjutkan firmannya “Dan kami mengutusmu hai Muhammad sebagai Rasul yang menyampaikan kasih sayang kepada seluruh alam semesta. Cukuplah Allah sebagai saksi” atas kebenaranmu, dan Dia adalah saksi antara kamu dengan mereka. Dia Maha Mengetahui apa yang kamu sampaikan kepada mereka dan kebenaran darimu yang mereka tolak karena kekafiran dan keangkuhan mereka.

Ed: Ns


*Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UMS

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button