
KABARMUH.ID, Wonogiri,—12 Oktober 2025, Acara Launching buku “Falsafah Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih” karya Fahrul Rozi yang diselenggarakan di PPM Qursains Wonogiri berlangsung dengan lancar dan penuh makna.
Hadir dalam kesempatan tersebut, Ketua PCM Ngadirojo Ustadz Narto, S.Ag serta Direktur Pondok Pesantren Muhammadiyah Qursains, Ustadz Rahmat Balaroa, S.Ag, selaku tuan rumah acara.
Dalam sambutannya, Ustadz Rahmat Balaroa menyampaikan terima kasih kepada penulis yang telah mempercayakan PPM Qursains sebagai tempat peluncuran buku. Ia juga mengapresiasi karya tersebut dengan menyebut bahwa “menulis adalah salah satu cara menjaga tradisi Islam, sekaligus menjaga tradisi pendidikan itu sendiri.”
Menanggapi pernyataan bahwa negara-negara Muslim tertinggal, beliau mengutip pandangan Ahmed T. Kuru yang menyebut bahwa kemunduran umat Islam disebabkan karena kurangnya penghargaan terhadap ilmu pengetahuan dan para pemikir. Ia pun berharap agar para santri mampu menumbuhkan semangat menulis sebagai bentuk tradisi keilmuan yang perlu dijaga.
Dalam paparannya, Fahrul Rozi menekankan bahwa akhlak merupakan pondasi utama dalam kehidupan manusia sekaligus misi besar diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
“Kalau ada orang yang ilmunya bagus, tapi akhlak dan adabnya tidak baik, maka ilmunya menjadi kering dan rapuh, karena tidak diselimuti oleh akhlak yang mulia,” ungkapnya.
Penulis kemudian memperkenalkan sosok yang menjadi objek utama buku ini, yakni Ibnu Miskawaih, yang dikenal sebagai Al-Mu’allim Ats-Tsalits atau “Guru Ketiga” setelah Aristoteles dan Al-Farabi.
Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah kondisi jiwa yang mendorong seseorang untuk berbuat secara spontan tanpa perlu pertimbangan panjang. Karena itu, tujuan utama pendidikan akhlak adalah melatih jiwa, bukan sekadar mengajarkan perilaku lahiriah. Akhlak tumbuh dari pembiasaan yang baik dan berulang, sebab manusia sejatinya dilahirkan dengan watak yang baik, namun dapat berubah karena kebiasaan buruk.
Fahrul Rozi juga mengkritisi metode pengajaran akhlak yang hanya dilakukan melalui ceramah di kelas.“Salah jika pendidikan akhlak hanya diajarkan lewat ceramah. Karena akhlak tidak cukup diberitahu, tetapi harus dicontohkan dan dibiasakan,” tegasnya.
Menariknya, penulis menjelaskan alasan buku ini ditulis dengan format yang ringkas. Ia menyesuaikan dengan minat baca generasi muda Indonesia yang masih tergolong rendah.
“Sekarang banyak orang malas membaca buku tebal, kadang hanya melihat sampulnya saja,” ujarnya sembari tersenyum.
Ia berharap meski kecil dan tipis, buku ini mampu menjadi cermin dan bimbingan, terutama bagi dirinya sendiri.
Acara launching buku “Falsafah Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih” ini tidak hanya menjadi momentum perayaan karya intelektual, tetapi juga pengingat bahwa ilmu tanpa akhlak akan kehilangan ruhnya. Seperti pesan yang tersirat dalam buku tersebut—pendidikan sejati bukan hanya membentuk kecerdasan pikiran, melainkan juga keluhuran jiwa.
Kontributor: Hammam Alghazy/Arsy Sekar Kemuning
Editor: Hammam Alghazy