EsaiInspirasiJateng

Refleksi Hari Sumpah Pemuda Ke-97

Sekretaris Bidang Hikmah PC IMM Pekalongan: Pemuda Harus Kembali pada Jati Diri Bangsa

Sumpah Pemuda menjadi momentum penting bagi bangsa Indonesia dalam merefleksikan kembali peran generasi muda sebagai penerus cita-cita perjuangan. Namun, kondisi generasi muda Indonesia saat ini kerap memperlihatkan wajah yang memprihatinkan. Fenomena pergaulan bebas, perkelahian antar pemuda, penyalahgunaan narkoba, hingga tindakan yang mengabaikan nilai moral dan hukum terus menghiasi pemberitaan di berbagai media.

Muhammad Rafli Putra Pratama Sebagai Sekretaris Bidang Hikmah PC IMM Pekalongan mengungkapkan keprihatinannya terhadap degradasi moral tersebut. “Kita tidak bisa menutup mata bahwa hari ini banyak anak muda yang justru mencoreng nama bangsa. Mereka terjebak dalam hal-hal yang dilarang agama dan hukum tanpa memikirkan dampak jangka panjangnya,” ujarnya. Menurutnya, pemuda memiliki tanggung jawab moral yang besar karena menjadi harapan bangsa di masa depan. “Sebagai generasi muda, kita harus melihat ke depan dan berusaha sebaik mungkin untuk menjadi kebanggaan keluarga, masyarakat, agama, dan bangsa,” tambahnya.

Dan saya juga menegaskan bahwa kondisi pemuda Indonesia saat ini memerlukan perhatian serius. Ia menyampaikan keprihatinan mendalam terkait maraknya perilaku menyimpang yang justru membawa generasi muda menjauh dari nilai kebangsaan dan moralitas yang telah diwariskan oleh para pendahulu bangsa.

“Kita tidak bisa menutup mata bahwa hari ini banyak anak muda yang justru mencoreng nama bangsa,” ungkapnya. “Kita sering melihat di media, baik cetak maupun elektronik, banyak para pemuda bentrok hanya karena perbedaan paham. Belum lagi banyak generasi muda yang terjerumus dalam narkoba, melakukan tindakan yang tidak berguna, tanpa memikirkan dampak jangka panjangnya terhadap masa depan mereka sendiri.”

Ia menilai bahwa segala bentuk perilaku destruktif tersebut merupakan indikasi rapuhnya karakter generasi penerus bangsa. Padahal, pemuda selalu digadang-gadang sebagai pilar utama pembangunan nasional. Sehingga, perhatian serius dan pembinaan karakter yang kuat sangat dibutuhkan.

Pemuda seharusnya mampu tampil sebagai figur yang dapat diandalkan, bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi juga keluarga, masyarakat, dan negara. “Sebagai generasi muda, kita harus melihat ke depan dengan segala kemampuan kita. Berusahalah sebaik mungkin agar bisa menjadi kebanggaan di dalam keluarga maupun lingkungan,” tegasnya.

Lebih jauh, ia menekankan bahwa pemuda tidak boleh hanya terpaku pada kebebasan tanpa batas yang pada akhirnya justru menjerumuskan. Kebebasan, kata dia, harus diimbangi dengan tanggung jawab sebagai insan yang beriman, berakhlak, dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. “Pemuda itu harus punya kesadaran untuk mengabdi kepada agama dan bangsa. Itulah esensi perjuangan yang sesungguhnya,” tambahnya.

Memasuki usia 97 tahun Sumpah Pemuda, ia mengajak seluruh pemuda Indonesia untuk kembali membangkitkan semangat persatuan sebagaimana yang telah dicontohkan oleh para pemuda pada tahun 1928. Kala itu, pemuda dari berbagai suku, bahasa, dan latar belakang bersatu untuk satu tujuan mulia: memerdekakan bangsa dan mengangkat derajat Indonesia di mata dunia.

“Sudah sewajarnya bila kita sebagai generasi penerus, membenahi kembali tatanan kebangsaan yang sekarang mulai luntur,” ucapnya. “Mari kita susun kembali persatuan ini agar bangsa kita tidak semakin terpuruk atau bahkan hancur.”

Ia menyayangkan bahwa nilai-nilai luhur seperti gotong royong, sopan santun, dan kerukunan yang dulu menjadi kekuatan bangsa kini semakin tergerus seiring perkembangan zaman. “Marilah kita junjung kembali demokrasi yang kini mulai dipertanyakan kualitasnya. Karena tanpa persatuan dan rasa saling menghormati, demokrasi hanya tinggal slogan tak bermakna.”

Tidak berhenti pada ajakan moral, ia juga menegaskan urgensi pembangunan karakter yang kuat dan berintegritas dalam diri setiap pemuda. Ia meminta agar generasi muda menjauhi semua hal yang dilarang oleh agama maupun hukum sebagai bentuk kepatuhan serta rasa tanggung jawab sebagai warga negara.

Pada momen refleksi Sumpah Pemuda ke-97 ini, ia mengajak seluruh pemuda untuk kembali memperbaiki tatanan kebangsaan yang mulai pudar. “Sudah seharusnya kita membangun kembali nilai persatuan dan kerukunan yang dulu menjadi kekuatan bangsa ini, seperti sopan santun dan gotong royong,” tegasnya.Ia juga menyerukan agar pemuda menghindari segala perilaku yang berpotensi merusak masa depan. “Mari sudahi semua tindakan yang hanya membawa kita kepada kerusakan. Pemuda harus menjadi pelopor kebaikan, bukan pelaku kehancuran,” ucapnya. “Mari kita sudahi segala hal yang dapat merusak diri kita sendiri. Jauhi narkoba, jauhi kekerasan, jauhi tindakan yang menghilangkan nalar dan akal sehat,” pesannya.

Ia menambahkan, bahwa sebagai makhluk beragama, rasa syukur kepada ALLAH SWT harus diwujudkan melalui tindakan yang bermanfaat dalam kehidupan nyata. “Wujud syukur terbaik adalah berbuat yang baik. Berikan hak-hak anak cucu kita berupa warisan yang lahir dari tindakan positif kita di masa muda,” ujarnya. “Warisan itu bukan hanya materi, tetapi juga nilai luhur dan teladan yang akan memberi kenyamanan dan keamanan bagi generasi selanjutnya.”

Lebih dari sekadar peringatan tahunan, momentum Sumpah Pemuda harus menjadi refleksi bagi seluruh pemuda di Indonesia tentang sejauh mana kontribusi yang telah diberikan dalam pembangunan bangsa. Ia berharap pemuda dapat menjadi aktor perubahan yang berkemajuan, bukan korban dari perkembangan zaman.

Menutup penyampaiannya dengan harapan besar terhadap pemuda Pekalongan khususnya dan pemuda Indonesia pada umumnya. “Sumpah Pemuda bukan hanya untuk dikenang, melainkan untuk dilanjutkan perjuangannya. Pemuda harus menjadi pelopor kemajuan dan penjaga persatuan Indonesia,” pungkasnya.

Kesadaran dan gerakan kolektif pemuda dalam menjaga persatuan nasional akan menentukan bagaimana wajah Indonesia di masa mendatang. Dalam semangat Sumpah Pemuda, seluruh anak bangsa dituntut untuk terus menguatkan komitmen: bertumpah darah satu, berbangsa satu, dan menjunjung bahasa persatuan Bahasa Indonesia.

Momentum ini memberi pesan yang tegas: pemuda Indonesia harus bangkit, bersatu, dan kembali kepada jati diri bangsa sebagai generasi yang cerdas, berakhlak, dan berhati Indonesia.

Editor: Muhammad Farhan

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button