Oleh : Dwi Kurniadi, Kader IMM Pondok Hajjah Nuriyah Shabran UMS

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) adalah organisasi otonom dibawah persyarikatan Muhammadiyah. IMM adalah organisasi yang bergerak di ranah mahasiswa, IMM menjadi tangan Panjang dakwah Muhammadiyah di ruang-ruang kampus. Adalah sebuah kesistimewaan tersendiri bagi IMM yang Dimana diruang-ruang kampus yang suasana intelektulitas sangat kental sehingga Muhammadiyah dengan mudah berdakwah dengan ortomnya yaitu IMM. IMM juga mempunyai trikoda atau tri kompetensi dasar yaitu religiusitas, intelektualitas, dan humanitas, dan bukan hanya trikoda saja IMM punya juga yang Namanya trilogy yaitu keagamaan, kemahsiswaan, dan kemanusiaan.

IMM bergerak di 3 bidang tersebut guna mencapai tujuannya yaitu “Terbentuknya akademisi muslim yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan muhammadiyah”. Sehingga akan tercapai apa yang telah di cita-citakan Muhammadiyah yaitu “terciptanya Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.

Selain Gerakan-gerakan Mahasiswa lainnya IMM juga menjadi garda terdepan yang menggerakkan para mahasiswa di ruang-ruang kampus, diskusi terkhususnya. Muhammadiyah memiliki banyak sekali perguruan tinggi, yang dalam hal ini IMM menjadi sangat penting di kalangan mahasiswa Muhammadiyah terkhususnya.

Maka dengan itu Muhammadiyah harus juga memiliki sikap keterbukaan yang menjadi konsekuensinya. Muhammadiyah dengan ortom IMM di harapkan menjadi salah satu penggerak dakwah didunia kampus yang sekarang makin melemah. Mahasiswa dengan keintelektualannya haruslah memanfaatkan apa yang telah menjadi jati dirinya yaitu menjadi agent of change dan social control ditengah-tengah masyarakat yang sangat butuh akan pemahaman yang luas.

Melihat realitas yang ada IMM kini minim akan literasi, IMM seakan hanya nama organisasi bukan Gerakan mahasiswa yang mencetak kader-kader unggulan Muhammadiyah. Budaya narsistik yang merasa si paling intelektual menjamur di kalangan kader IMM, sehingga budaya literasi semakin pudar seiring berkembangnya zaman.

Seringkali kader IMM sekedar ikut-ikutan tanpa mau-menahu untuk mempelajari IMM itu sendiri termasuk ideolgi dan juga pergerakannya. Jika yang terjadi seperti yang sekarang maka dakwah Muhammadiyah tidak akan pernah tercapai malah akan mencederai apa yang menjadi tujuan berdirinya IMM.

Djazman Al-Kindi sebagai pelopor IMM juga pernah mencita-citakan atau menggagas Manusia akademisi atau Muslim Intelektual. Muslim intelektual yang dimaksud oleh Pak Djazman adalah orang-orang yang ikut menentukan arah perubahan yang sedang berlangsung di Indonesia karena Muslim intelektual dijiwai gairah untuk mengamalkan ajaran agama Islam dalam segala kondisi.

Dengan semangat kelahiran Muslim Intelektual, Djazman dengan gigih terus mendirikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, pondok Shabran, dan Majelis Diktilitbang. Karena Pak Djazman berpendapat dari Rahim perguruan tinggilah Muslim intelektual dapat lahir (Natsir et al.,2018). Dengan realitas yang ada sekarang jika kita kaitkan dengan apa yang digagas oleh Pak Djazman sangat bertolak belakang. Menjadi PR besar bagi para kader IMM untuk mewujudkan apa yang telah di cita-citakan Pak djazman, jelas akan sangat berat jika kita bayangkan, tetapi jika yang berat ini tidak kita lawan maka tidak akan ada perubahan di IMM itu sendiri.

Kader IMM adalah sekumpulan mahasiswa yang memegang teguh ajaran agama Islam, nilai Muhammadiyah dan juga idealisme seorang mahasiswa. IMM yang menjadi garda terdepan dakwah Muhammadiyah di kampus-kampus yang berusaha dibentuk sebagai Muslim Intelektual atau manusia akademisi perlu akan yang namanya penanaman ideologi dan juga perkaderan.

Sebagai organisasi perkaderan IMM melakukan rekrutmen kader IMM untuk penanaman ideologi dan nilai-nilai dasar Muhammadiyah. Proses rekrutmen atau internalisasi ini disebut dengan perkaderan utama. Kemudian untuk mengelola para kader perkaderan professional maka diadakan dalam IMM sendiri yang bernama perkaderan khusus. Selain perkaderan utama dan perkaderan khusus IMM punya perkaderan pendukung, perkaderan pendukung disini guna menunjang dan mendukung sumber daya manusia. Perkaderan pendukung benar-benar melatih jiwa kritis dan juga literasi para kader IMM.

Sebagaimana tujuan IMM , perkaderan penting adanya di sebuah ikatan sebagai Upaya membentuk manusia akademisi atau muslim yang dicita-citakan oleh pendiri IMM sendiri. Bentuk dari perkaderan pendukung pun sangat bervariasi dan setiap cabang IMM mempunyai ciri khas dalam mengkader, ada yang berupa diskusi, pelatihan, pengajian, dan sekolah.

Seperti halnya PC IMM Sukoharjo yang mengadakan Baret Merah, yang di dalam perkaderan itu para kader di tuntut untuk memunculkan jiwa-jiwa kritis dan kecemerlangan dalam berfikir terutama pada bidang filsafat. Adanya Merah ini juga untuk mendobrak kebodohan dengan literasi pada  kalangan kader IMM di masa itu.

Selain Baret Merah juga ada perkaderan pendukung seperti, Madrasah Intelektual Muhammadiyah, Sekolah Pemikiran Islam, Pusat Studi IMM DIY, Sekolah Politik, Diksuswati, Pelatihan Mubaligh, Majelis Filsafat, dan lain sebagainya. Dengan adanya perkaderan pendukung sebagai pelengkap perkaderan IMM diharapkan  IMM menjadi kawah candradimuka lahirnya manusia akademisi atau Muslim Intelektual di Indonesia, yang akan terus melakukan pembaharuan-pembaharuan dan ide gagasan yang cemerlang, untuk menuju IMM terlebih lagi Indonesia yang mempunyai budaya literasi yang kental dan juga cinta akan ilmu pengetahuan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here