Oleh : Monica Delia Gunawan (202110230311028)

Dalam prawacana yang terdapat pada buku Pendidikan Kaum Tertidas ini menjelaskan tentang pemikiran seseorang yang secara nyata ingin melibatkan diri dalam merealisasikan cita cita. Pemikiran Paulo Freire di bidang pendidikkan ini sangat besar, tidak hanya di bidang pendidikan tetapi di bidang- bidang besar lainnya. Terdapat beberapa langkah yang ditempuh dalam prawacana dengan mengantaran pembaca dalam melihat perjalan hidup yang ditempuh oleh Freire. Ayah freire merupakan pengikut aliran kebatinan, tanpa menjadi anggota dari agama resmi.Kedua Orang tuanya mengajarkan kepada Paulo Freire supaya bisa lebih menghargai dan menghoramti pendapat yang disampaikan orang lain. Oleh karena itu, kaum tertindas harus menjadi revolusioner yang lahir atau dibangkitkan dengan kondisi yang menindas sementara, karena sebagaimana mestinya kaum tertindas ini hanya bisa dibangkitkan dengan sendirinya dan kemudian mereka baru bisa membangunkan kaum penindas untuk mengubah sikapnya dan ikut serta dalam perjuangan yang terdapat pada gerakan-gerakan revolusioner yang diciptakan oleh orang-orang tertindas.

Paulo Freire adalah seorang pemikir dan aktivis asal Brasil. Bukan hanya memikirkan solusi yang dibutuhkan masyarakat untuk mendapatkan haknya dan hidup sejahtera. Namun Freire juga terjun langsung ke masyarakat untuk mengimplementasikan dan melaksanakan ide-ide yang telah dipikirkan melalui tindakan nyata. Tindakan Freire tersebut berupa tindakan untuk mengatasi problematika kehidupan masyarakat sehari-hari, khususnya dalam hal pendidikan.  Freire melakukan aksi ini di Cile dan Brazil. Dalam konsep “Pendidikan ala Bank”, guru merupakan subjek (penabung) dan siswa hanyalah objek (celengan) yang harus diisi oleh guru. Dalam proses pendidikan, siswa merekam, menghafal, dan mengulangi ungkapan-ungkapan ini tanpa memahami apa yang sebenarnya dimaksud. Gaya pendidikan ini membutuhkan dialog dalam prosesnya sehingga hanya bisa dianggap bodoh. Hal ini telah menciptakan suatu hal dan menafikan hakikat Pendidikan sebagai alat untuk menjadikan manusia dari berbagai bentuk bantuan.

Kemudian pada konsep “Pendidikan Menghadapi Masalah”, guru dan siswa adalah subjek dan objek (penabung sekaligus celengan), proses pendidikan membutuhkan dialog sebagai awal dari proses pendidikan, gaya pendidikan ini menciptakan dialektika antara guru dan mahasiswa agar tidak ada orang yang bodoh didalamnya. Dengan itu kedua belah pihakk juga bersama-sama mengembangkan kemampuan untuk mengerti secara kritis dirinya sendiri dan dunia. Hal ini merupakan tantangan membawa manusia kepada dedikasi yang utuh. Proses pendidikan gaya ini bertujuan untuk menciptakan manusia menuju pada tahapan humanisasi. Dan di dalam buku ini juga membahas tentang “Dialog”. Dialog merupakan inti dari sebutan kata. Dialog sebagai sumber unsur pendidikan kaum tertindas yang telah diuraikan oleh Freire yang terdapat pada bab ketiga. Kata-kata yang dideskripsikan oleh Paulo Freire memiliki dua dimensi, yaitu refleksi dan tindakan. Menurut Paulo Freire, jika sebuah kata tidak memiliki unsur refleksi di dalamnya, ia hanya akan menjadi verbalisme (pengorbanan tindakan), dan jika tidak ada tindakan di dalamnya hanya akan menjadi aktivisme (pengorbanan refleksi). Jadi, yang dimaksud Paulo Freire adalah bahwa tidak ada kata-kata yang benar yang sekaligus tidak menghasilkan bentuk-bentuk praksis. Jadi, mengucapkan kata yang benar berarti mengubah dunia,  dalam arti mengubah dunia ini harus dengan tindakan – refleksi. Di bab terakhir yang terdapat pada buku Pendidikan Kaum Tertindas ini, Freire menujukkan bahwa teori pendidikan (tindakan) dialogi bertentangan dengan teori tindakan antidialogik. Model pendidikan antidialogis selalu bercirikan upaya pengendalian manusia, sedangkan model pendidikan dialogis selalu kooperatif (kerjasama).

Tindakan budaya adalah suatu bentuk tindakan yang sistematis dan terencana yang ditujukan pada struktur sosial, baik dengan tujuan melestarikan maupun mengubahnya. Tindakan budaya dialektis tidak memiliki tujuan untuk menghilangkan dialektika perubahan, karena hilangnya dialektika akan membutuhkan struktur sosial itu sendiri dan dengan demikian juga manusia mempunyai tujuan dan tujuannya adalah untuk mengatasi kontradiksi-kontradiksi antagonistik dalam struktur sosial.

Sebenarnya kodrat manusia adalah ingin memiliki kehidupan yang bebas. Seperti bebas dalam berbagai hal misalnya bebas dalam menyampaikan suatu pendapat dan bebas dalam menentukan kehidupan yang diinginkan. kebebasan berarti keinginan seseorang tanpa adanya pengekangan atau hambatan, hal ini biasanya yang sangat diidam idamkan oleh suatu individu. Pengalaman yang amat mendalam akan kelaparan yang dialami oleh Freire  membuat ia bertekad untuk mengabdikan kehidupannya pada perjuangan melawan kelaparan supaya anak anak diluar sana tidak ada yang menglami hal kelaparan seperti yang sedang ia alami sekarang ini.  Kelompok minoritas dalam suatu struktur masyarakat akan dianggap tidak penting, karena dianggap tidak memiliki pengaruh dalam memberikan kontribusi kepada negara. Sehingga berbagai hak mereka dirampas dan tertipu oleh struktur yang timpang. Dengan adanya hal ini kebebasan tidak mudah diraih oleh kaum tertindas, karena terhalang oleh kaum penindas.

Terlepas dari bentuk kebebasannyapun berbeda. Kaum tertindas takut akan merangkul kebebasan, dan kaum penindas takut kehilangan kebebasannya untuk menindas. Pendidikan adalah hak setiap warga negara yang seharusnya diberikan oleh penguasa atau pemerintah. Pendidikan tidak membeda bedaan, tidak mengenal kasta, ras, suku, status sosial, dan budaya. Sehingga pendidikan sangatlah mendasar bagi kehidupan manusia. Pendidikan adalah dunia yang penuh dengan kepentingan, baik kepentingan sosial, politik, maupun ekonomi. Sehingga hak untuk memperoleh pendidikan yang layak harus dilindungi oleh pihak yang berwenang. Sampai sekarang pun, pendidikan yang berkualitas hanya dapat dirasakan dan dicapai oleh kelompok masyarakat tertentu. Misalnya dari kelas sosial atas atau kalangan yang memiliki kekuasaan dan ekonomi mapan. Agar mereka bisa mendapatkan pendidikan yang diidamkan oleh kaum tertindas. Kelompok ini dalam masyarakat merupakan kelompok minoritas tetapi mendominasi dalam kehidupan bermasyarakat. Yang membuat kebijakan, dan mengekang hak kelompok masyarakat lain, sehingga kelompok mayoritas mengalami penindasan.

Isi yang terdapat pada buku Pendidikan untuk Kaum Tertindas, Freire memiliki beberapa bab yang dibahas. Pada bab pertama, Freire membahas tentang perlunya pendidikan bagi kaum tertindas. Bab kedua, dengan mengungkapkan proses pendidikan untuk kaum tertindas. Dalam bab tiga, Freire menunjukkan bahwa dialog merupakan unsur pendidikan bagi kaum tertindas, yang selama ini hanya bisa diam dan tidak diperbolehkan berbicara dan berpendapat, sehingga muncul budaya diam yang membuat orang pasif tidak berani berekspresi. Bab terakhir membahas tentang teori pendidikan dialogis (aksi) yang merupakan kesatuan antara pemerintah dan rakyat dalam upaya mencapai proses pembebasan. Tidak hanya dialog yang dibahas, tetapi juga teori aksi anti-dialogis, yaitu upaya untuk mengontrol manusia, membuat manusia tunduk pada ketaatan, pasif, menyesuaikan diri dengan keadaan, sehingga masyarakat tetap dalam kondisi tertindas.

Disetiap pembahasan pada buku pendidikan kaum tertindas, dapat kita lihat dimana pendidikan yang harus kita terapkan adalah pendidikan yang dapat membuat setiap manusia mampu untuk berdiri dan menyadari bahwa dirinya sebenarnya adalah manusia maka yang akan muncul adalah pendidikan yang menciptakan manusia yang unggul.

Sumber : Freire Paulo (2008) Pendidikan Kaum Tertindas. Jakarta: LP3ES.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here