Oleh: Andi Rezti M*
Masyarakat Indonesia terkhusus para muda-mudi generasi milenial dan generasi Z sudah tak asing lagi dengan budaya Korea. Selain terkenal dengan genre musiknya, Korea juga identik dengan drama serta life style-nya yang kekinian. Sehingga tak aneh jika banyak digandrungi oleh anak muda Indonesia bahkan dunia.
Menurut John Storey, konsumsi atas suatu budaya populer akan selalu memunculkan adanya kelompok penggemar. “Penggemar adalah bagian paling tampak dari khalayak teks dan praktik budaya pop”. Demikian halnya penggemar K-Pop yang dijuluki sebagai K-Popers (Korean pop lovers).
Nah guys, pasti banyak yang bertanya-tanya, “Kapan sih K-Pop mulai masuk ke Indonesia?”
Aku pernah membaca sebuah jurnal dari Yeni Nur dengan judul “Perilaku Penemuan Informasi pada Komunitas K-Pop Ever Lasting Friends (ELF)”. Yeni menuturkan bahwa perkembangan K-Pop pertama kali masuk pada saat piala dunia Korea-Jepang 2002, di mana Korea sukses sebagai salah satu dari empat negara terkuat peserta piala dunia pada masa itu. Sehingga melalui kesuksesan tersebut media massa mulai menyiarkan tentang budaya Korea termasuk K-Pop. Pengenalan budaya Korea ke seluruh penjuru dunia memunculkan sebuah fenomena demam Korea atau biasa disebut dengan Hallyu atau Korean Wave yang muncul akibat ketertarikan yang luar biasa terhadap budaya Korea, seperti musik, film, dan hiburan.
Jika teman-teman sekarang sedang duduk di bangku SMA, masih ingatkah kalian dengan Super Junior zaman kita SD? Ternyata lagu-lagu bergenre K-Pop ini sejak kita duduk di bangku SD sudah menjadi konsumsi publik. Dan pada saat itu kalau tak salah yang sedang naik daun adalah group boyband Super Junior. Ramai anak-anak mengdengarkan lagu dari Super Junior dan menirukan tarian-tarian mereka. Sampai-sampai mengetahui banyak dari sisi kehidupan personil boyband itu. Nampak sangat antusiasnya ya!
Virus K-Pop ini pun tak tergerus zaman. Tak seperti sesuatu yang hanya viral di zamannya. Virus K-Pop mampu mempertahankan eksistensinya dengan menyuguhkan berbagai macam hiburan yang sangat cocok dan relate untuk anak muda sekarang. Tak heran virus satu ini mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Selalu menghadirkan “something new” untuk para penikmatnya.
Bagaimana dengan Kondisi Fanatisme yang Berlebihan Terhadap Budaya Ini?
Dari segi budaya, aku menemukan penelitian dari Aida Setyowati pada tanggal 12 Januari 2014 yang berjudul, “Pengaruh Budaya K-Pop Terhadap Remaja Indonesia.” Dalam penelitian ini, ia menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Fenomenologi digunakan agar dapat diketahui persepsi pengaruh budaya K-Pop terhadap remaja dan dampak yang ditimbulkan. Dari hasil penelitian terbukti bahwa keberadaan budaya K-Pop yang berlebihan di Indonesia membawa dampak negatif yang menjadikan remaja di Indonesia menjadi malas dan mulai meninggalkan identitas dirinya sebagai warga negara Indonesia. Karena cenderung lebih mencintai budaya Korea dibanding budaya Indonesia.
Selain dari dampak negatif di atas. Dampak negatif lainnya adalah perilaku konsumtif, protektif terutama terhadap idol mereka, dan lupa waktu. Sering kita temui, K-Popers garis keras sering saling menyindir satu sama lain karena memiliki idol yang sama. Terkadang, berlebihan dengan membayangkan sesuatu yang tak seharusnya, seperti membayangkan diri menjadi istri/suami idol mereka. Membuat mereka menjadi zina mata sampai zina pikiran.
“Sekarang kan ada J-pop , Bollywood, Hollywood. kenapa harus K-Pop aja sih?”
Karena yang sangat menonjol dari budaya-budaya di atas hanyalah budaya K-Pop. Para K-Popers garis keras haruslah menerima kenyataan, bahwa di samping mereka memiliki komunitas yang besar. Mereka juga sering dikabarkan memakan banyak korban. Banyak berita yang kita jumpai di televisi tentang seseorang yang bunuh diri karena idol mereka. Dan hal-hal yang membuat para netizen agak ilfeel dengan K-Popers garis keras. Seperti K-Popers yang menjadikan idol mereka tuhan. Dan masih banyak lagi.
Dear my K-Poper’s friends, tak salah untukmu mengidolakan seseorang. Namun fanatisme yang terlalu berlebihan apalagi kepada idol Korea itu tak baik. Aku tahu, banyak dari kalian yang kesepian sehingga melakukan pelarian dengan mendambakan idol-idol tersebut. Sebenarnya, hal ini sering sekali disinggung oleh para asatidzah tentang bahaya mengidolakan artis Korea.
Disini, sebagai sesama muslim. Kita saling mengingatkan. Apa yang kalian dambakan adalah sesuatu yang tak seharusnya menjadi harapan. Jangan sampai kecintaan kita terhadap idol Korea mengalahkan rasa cinta kita kepada Baginda Nabi Muhammad ﷺ dan Allaah Ta’ala. Jangan sampai kita lebih hafal nama idol korea dibanding nama sahabat-sahabat nabi. Jangan sampai kita merelakan sesuatu yang berharga hanya untuk sesuatu yang sia-sia. Ya! Maksudku, waktu. Jangan sampai fanatisme yang terlalu berlebihan akan membuatmu menyesal di kehidupan selanjutnya. Setelah kehidupan di dunia yang singkat ini, kita akan melewati banyak dunia sebelum akhirnya kita kekal antara di Surga dan Neraka.
Dear my K-Poper’s friends, belum terlambat untuk bisa keluar dari dunia fanatisme K-Pop yang mematikan. Sebelumnya, aku pun sempat masuk menjadi seorang army – nama untuk fans BTS. Aku paham benar, ketika keluar dari dunia K-Pop sangat butuh effort yang besar. Terlebih lagi, kamu yang sudah sering menonton konser mereka, membeli album mereka. Rasanya berat pakai banget!
Salah satu kakak kelasku juga berhasil keluar dari dunia K-Pop, kemudian membagikan pengalamannya ke dalam highlight instagram-nya. Sedikit pesannya untuk kamu yang sekarang masih terjebak dalam fanatisme K-Pop,
“Ibarat sedang berpuasa. Kenapa kita bisa tahan? Padahal di tv sering muncul iklan makanan dan minuman. Karena kita tahu hukum berpuasa, sehingga kita mampu menahan diri. Tidak ada yang salah dengan Korea-nya. Hanya kita yang sering menjadikannya segalanya. Ketika ingin berusaha move on dari Korea. Kita jangan membenci namun berdamai dengan situasi. Jangan membenci namun menjaga diri untuk tak tenggelam lagi. Nafsu di tahan!”
Sekali lagi, tak ada yang salah dari Korea-nya. Mungkin teman-teman K-Popers ada yang mendapat manfaat seperti dapat menulis dengan tulisan hangul, bisa berbahasa Korea, bisa tahu tempat-tempat di Korea. Kembali lagi tanyakan pada diri. Itu hanyalah segelintir manfaat yang didapat dari banyaknya mudharat. Katanya orang sunda mah, “Napsu nyaeta hiji perkawis anu mipiboga sipat samentara nu lewih langkung direseupan, tibatan perkawis-perkawis anu langgeng.” (Nafsu adalah suatu hal yang bersifat sementara yang lebih dulu disukai, daripada hal-hal yang abadi). Untuk itu, berjuanglah dalam memerangi hawa nafsu dalam diri kita ini. Semangat!
*Penulis merupakan santri dan aktivis pelajar di Pesantren Al-Mujahidin Balikpapan
Editor: M. Andhim
Ilustrasi: Nesabamedia.com