KABARMUH.ID, Balikpapan – Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Kaltim menggelar pertemuan dengan Ustadz Muflih Safitra (UMS). Hal ini untuk meredakan ketegangan yang sempat terjadi terkait polemik perbedaan pendapat di media sosial. Di mana komentar yang muncul telah berakibat kegaduhan di tengah kaum muslimin.
Dalam pertemuan tersebut, UMS menyebut rencana evaluasi dalam menyampaikan pendapat di media sosial. Karena memang postingan yang ada mendapatkan perhatian dari orang banyak dengan latar belakang dan pemahaman yang berbeda-beda. Bahkan mungkin saja ada oknum yang berniat membuat dirinya dan pihak Muhammadiyah saling bersitegang.
“Melihat kondisi ini saya sudah takedown semua postingan. Ada pro dan kontra dari beberapa akun media sosial, namun masing-masing akun baik pro maupun kontra adalah akun tanpa postingan dan pengikut. Sangat memungkinkan masing-masing akun ini baru dibuat dan pemiliknya bekerjasama untuk menimbulkan adu domba dan keluar dari ranah kritik ilmiah,” ujarnya, Senin (20/05) malam.
Dirinya, lanjut UMS, sedari awal hanya ingin meluruskan diksi Al-Qur’an surat pemusik dan sahabat Hasan bin Tsabit musisi Nabi, bukan demi rating media sosial. Ia juga tidak memperkirakan video kritik ini bakal viral mengingat akunnya terbilang hanya akun kecil.
“Kami mohon maaf. InsyaAllah apa yang terjadi bisa menjadi pembelajaran seputar dakwah di media sosial. Kami akan perhatikan dan evaluasi demi menjaga ukhuwah Islamiyyah. Agar terhindar dari dosa dan permusuhan,” tuturnya lagi.
Menurut UMS, pertemuan bersama PWPM Kaltim ini merupakan kesempatan untuk saling berkomunikasi. Agar persoalan yang sempat muncul bisa mendapatkan solusi terbaik. “Harapannya semoga ke depan ada forum komunikasi para da’i yang bisa jadi wadah menyampaikan saran dan kritik secara langsung dan terarah. Semoga kita bisa sinergi dalam dakwah seperti di banyak daerah. Kami juga terbuka bila suatu saat saudara kami ingin menyampaikan kritik dan saran, karena sebagai manusia jadi kita tidak mungkin luput dari kesalahan, dan sesama muslim menjadi cermin bagi saudaranya yang lain,” tambahnya.
Sementara perwakilan PWPM Kaltim, Rahiman al Banjari mendukung penuh adanya islah kedua belah pihak. Mengingat di daerah lain cukup banyak gejolak dari warga Muhammadiyah. Salah satunya ada upaya untuk membawa persoalan ini ke ranah hukum. Sementara pihak PWPM Kaltim lebih menempuh jalur mediasi sebagai saudara semasa muslim.
“Alhamdulillah tadi kita sudah berdiskusi dan saling memberi masukan. Intinya melakukan langkah perbaikan. Karena memang kita sama tahu kalau sudah masuk medsos jadi bola liar. Banyak pihak yang mungkin komentar lalu bikin gaduh,” ucapnya.
Selain itu, lanjut Rahiman, dirinya juga setuju tidak perlu ada permintaan maaf dalam bentuk video. Cukup narasi pemberitaan berisi islah dan perbaikan dari kedua belah pihak. Diharapkan ke depan bisa memunculkan sinergi dan kolaborasi dalam dakwah serta mencegah kegaduhan.
“Kami sepakat dokumentasi pertemuan dan narasi ishlah dengan UMS lewat tulisan saja. Kalau konten video nanti malah salah tafsir lagi,” ujar pria yang juga Komandan Wilayah Kokam Kaltim ini. (zha)