KABARMUH.ID, SURAKARTA – Sebanyak 46 anggota PKK mengikuti pendampingan pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) dari sampah rumah tangga yang digelar oleh Tim Pengabdian Skema Program Pengabdian Masyarakat Persyarikatan/AUM/Desa Binaan (P2AD) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dengan dukungan pendanaan dari Direktorat Riset, Pengabdian kepada Masyarakat, Publikasi, dan Sentra KI (DRPPS) UMS.
Pengabdian tersebut hadir untuk mengubah cara pandang masyarakat utamanya bagi ibu-ibu PKK Sekarwangi, Lemahbang, Dibal, Ngemplak, Boyolali. Kegiatan yang telah terlaksana (29/8) tersebut mengubah pandangan terhadap sampah organik dapur sesuai prinsip greenpreneurship atau kewirausahaan hijau. Jika sebelumnya sampah hanya dibuang, kini sampah dipandang sebagai sumber daya bernilai yang bisa diolah menjadi pupuk cair ramah lingkungan untuk menyuburkan cabai, sayuran, maupun tanaman hias di sekitar rumah.
Tim pengusul berasal dari Prodi Pendidikan Akuntansi, Pendidikan Biologi, dan Ekonomi Pembangunan dengan ketua tim pengusul Sitti Retno Faridatussalam, S.E., M.M. Sinergi lintas disiplin ini menjadikan program tak sekadar fokus pada aspek lingkungan, tetapi juga menyentuh pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Sitti Retno menjelaskan bahwa kegiatan ini dirancang untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan hijau. “Melalui pengolahan sampah menjadi pupuk organik cair, kita membangun greenpreneurship yang mendukung terciptanya green economy. Harapannya, masyarakat tidak hanya mandiri secara lingkungan, tetapi juga berdaya secara ekonomi,” terangnya, Jumat (12/9).
Dalam pelaksanaan kegiatan, mahasiswa UMS juga turut dilibatkan. Mereka membantu pendampingan sekaligus membagikan poster edukasi penggunaan komposter dengan serbuk bokashi, yang berguna mempercepat pembusukan sampah organik rumah tangga. Edukasi ini memberi pemahaman praktis agar peserta dapat mengelola sampah dengan lebih efisien.
Suasana pengabdian kian hidup saat sesi tanya jawab. Peserta aktif menanyakan jenis sampah apa saja yang bisa difermentasi, hingga kendala teknis yang mungkin muncul selama proses pembuatan POC. Diskusi ini memperlihatkan bahwa antusiasme masyarakat dalam mengelola sampah semakin besar.
Di akhir kegiatan, salah satu peserta, Ibu Siti Andi, menyampaikan kesannya setelah mengikuti kegiatan tersebut. “Awalnya sampah rumah tangga hanya kami buang. Sekarang ternyata bisa dimanfaatkan jadi pupuk yang sangat bermanfaat. Saya sudah mencobanya untuk tanaman cabai dan tanaman lain di sekitar rumah, hasilnya lebih subur,” ungkapnya.
Tim pengusul menyebut kegiatan tersebut membuktikan bahwa greenpreneurship bisa dimulai dari dapur rumah tangga. Dengan langkah kecil, ibu-ibu PKK Sekarwangi telah menunjukkan bahwa sampah bukan akhir dari siklus, melainkan awal dari kebermanfaatan baru bagi lingkungan, ekonomi keluarga, dan keberlanjutan masa depan. (Maysali/Humas)
Editor: Al Fadhlil Raihan Yunan



