BeritaInspirasiJateng

UMS Peringkat 1 SINTA PTS se-Jawa Tengah dan PTMA se-Indonesia

KABARMUH.ID, SURAKARTA – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Kembali mencatatkan prestasi membanggakan dengan menduduki peringkat pertama Science and Technology Index (SINTA) untuk kategori Perguruan Tinggi Swasta (PTS) se-Jawa Tengah. Per Sabtu (11/10), UMS unggul di posisi pertama untuk Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) se-Indonesia dan peringkat ke-17 nasional dengan bersaing lebih dari 5.400 perguruan tinggi di seluruh Indonesia.

Skor keseluruhan (SINTA Score Overall) UMS menunjukkan angka 1.118.739 dengan 898 penulis. Sedangkan untuk skor per tiga tahun (2022-204) menunjukkan angka 539.931.

Deputi Bidang Publikasi, Direktorat Riset, Pengabdian kepada Masyarakat, Publikasi, dan Sentra KI (DRPPS) UMS, Prof. Dra. Kun Harismah, M.Si., Ph.D memaparkan bahwa peringkat SINTA dihitung berdasarkan banyak faktor yang mencakup publikasi ilmiah, hak kekayaan intelektual (HAKI), sitasi, pengabdian masyarakat hingga akreditasi lembaga. Ia mengungkapkan data ini merupakan akumulasi metrik selama 3 tahun sebelumnya diperoleh melalui website SINTA Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek) dan dapat diakses oleh semua orang.

“SINTA merekap kinerja dosen dan peneliti seluruh Indonesia. Kinerja yang sudah direkap dari jumlah kemudian dikali bobotnya setiap poin, lalu ditotal menjadi skor. Skor itulah yang menjadi dasar pemeringkatan,” jelasnya, Jum’at (10/10).

Kun menyebut sistem penilaian SINTA sangat komprehensif dengan bobot yang beragam. Data diambil secara otomatis dari berbagai sumber seperti artikel maupun sitasi dari Scopus dan Google Scholar. Akan tetapi, terdapat pula beberapa data yang harus diinput secara manual oleh masing-masing dosen seperti buku dan prototipe.

Sitasi memiliki berperan penting dalam peningkatan skor SINTA. Kun menyebut, beberapa dosen UMS, terutama dari Program Studi Keperawatan dan Ilmu Gizi, terlibat aktif dalam publikasi jurnal internasional bergengsi seperti The Lancet Journal yang memiliki ratusan penulis dan ribuan sitasi.

“Lancet itu jurnal internasional, sitasinya banyak digunakan oleh penulis di seluruh dunia. Kalau mereka butuh data penyakit, mereka otomatis mengambil dari artikel tersebut. Itu otomatis masuk pada skor SINTA dosen,” jelasnya.

Prof. Dra. Kun Harismah, M.Si., Ph.D., Deputi Bidang Publikasi, Direktorat Riset, Pengabdian kepada Masyarakat, Publikasi, dan Sentra KI (DRPPS) UMS

Selain itu, ia juga mengungkap bahwa Rektor UMS menerapkan kewajiban bagi setiap dosen untuk melakukan publikasi ilmiah di jurnal internasional minimal setahun sekali. Menurutnya, hal ini merupakan upaya untuk menambah artikel publikasi dosen. “Satu tahun satu artikel, satu tahun satu riset, satu tahun satu publikasi, dan kekayaan intelektual. Sehingga kalau dosennya lebih dari 800 sekian, paling tidak minimal satu tahun artikel yang terbit segitu,” tuturnya.

Selain kewajiban publikasi, Yasir Sidiq, S.Pd., M.Sc, Ph.D, Kasubdit Manajemen Jurnal Ilmiah DRPPS UMS, menjelaskan bahwa DRPPS UMS juga menyediakan berbagai program pendampingan. Ia menyampaikan pendampingan dilakukan dua kali dalam setahun bagi dosen dan sekali dalam satu tahun bagi mahasiswa. Pendampingan mahasiswa dilakukan langsung oleh dosen setiap program studi masing-masing, sedangkan pendampingan dosen dipantau langsung oleh DRPPS UMS seperti pelatihan menulis.

“Kami membuka pendaftaran, dosen mengirimkan artikel, kemudian kami review dan beri pendamping. Pendampingan dimulai dari penulisan hingga submit,” jelasnya.

Yasir mengungkap, pencapaian SINTA ini membawa dampak signifikan bagi UMS. Lembaga penelitian di universitas kini berada di klaster mandiri, setara dengan akreditasi unggul. Menurutnya, posisi ini memberikan keuntungan UMS untuk mengelola dana penelitian secara mandiri.

“Kementerian memberikan kepercayaan kepada UMS untuk mengelola dana penelitian secara mandiri, tidak seperti klaster lain yang harus disupervisi universitas lain,” ujar Yasir.

Bagi Yasir, pencapaian ini sangat berdampak positif bagi mahasiswa. Ia menjelaskan bahwa catur dharma perguruan tinggi, yakni Penelitian, Pendidikan, Pengabdian kepada Masyarakat, serta Al-Islam dan Kemuhammadiyahan merupakan satu kesatuan utuh yang saling mempengaruhi dan tidak dapat dipisahkan. Menurutnya, ketika dosen melakukan penelitian dan memahaminya dengan baik, maka ia dapat mengajarkannya kepada mahasiswa dengan baik. Hal itu sangat mempengaruhi kualitas pendidikan dan pengajaran di UMS.

“Dampaknya untuk mahasiswa, otomatis dengan demikian kepercayaan publik terhadap UMS semakin baik dan juga mahasiswa diajak kolaborasi penelitian, riset, pengabdian juga karena menambah keterampilan dan pengalaman mereka,” jelasnya.

Yasir menyebut, UMS menargetkan untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi ini pada evaluasi SINTA 2025 yang akan dilakukan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek) pada akhir tahun ini.
(Zaatuddin/Humas)

Editor: Farhan Shiddiq

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button