KABARMUH.ID, Surabaya – KH Ahmad Dahlan pernah mengajarkan surah Al-Ashr kepada murid-muridnya selama delapan bulan. Meskipun pada awalnya mendapat protes karena dianggap terlalu lama untuk mempelajari surat yang hanya terdiri atas tiga ayat, para murid akhirnya memahami kedalaman makna filosofis yang terkandung di dalamnya.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dalam acara Peresmian Gedung Perguruan Muhammadiyah Cabang Tandes dan Milad 1 Abad RS PKU Muhammadiyah Surabaya pada Ahad (01/09/2024), menjelaskan bahwa surah Al-Ashr mengingatkan manusia tentang pentingnya waktu.
Menurutnya, waktu tidak hanya sekadar hitungan detik atau menit, melainkan kesempatan yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Haedar menafsirkan ashr sebagai “kemodernan” atau “ashariyyah” yang mengajarkan umat Islam untuk selalu selaras dengan perkembangan zaman.
Ia mengutip Imam Syafii yang mengatakan, “Jika orang tahu kandungan surat Al-Ashr, cukup dengan surah ini untuk menjadi panduan hidup.” Surah ini menekankan pada pemanfaatan waktu melalui perbuatan-perbuatan terbaik yang dimulai dengan iman dan amal saleh.
Haedar menjelaskan bahwa iman bukan sekadar keyakinan, melainkan harus diwujudkan dalam tindakan nyata yang bermanfaat bagi orang lain. “Tidak disebut beriman bila ia tidak mencintai sesamanya seperti mencintai dirinya. Biasanya orang mencintai diri, kroni, dan dinastinya sendiri. Namun, keimanan membuat seseorang harus mencintai pada aspek yang lebih luas lagi di luar lingkaran kerabat,” ujarnya seperti dikutip dari laman resmi Muhammadiyah.
Iman adalah fondasi keyakinan, sedangkan amal saleh adalah bentuk nyata dari iman tersebut. Haedar menegaskan bahwa tidak semua perbuatan adalah amal saleh; amal saleh harus bersih, bernilai baik, dan memberikan dampak positif. Seorang muslim harus memastikan niat, tindakan, dan hasil dari perbuatannya benar-benar baik, termasuk dalam mencari nafkah.
Dalam praktik kehidupan sehari-hari, banyak yang tergoda untuk mengabaikan apa yang halal dan haram. Haedar menyoroti bahwa banyak orang yang gagal dalam ujian ini. Mereka mungkin berhasil dalam karir atau kehidupan mereka, tetapi akhirnya terjatuh ke dalam jurang korupsi dan kehilangan segalanya.
“Tidak sedikit orang yang tidak teruji di sini. Ia bisa sukses dalam hidupnya, sukses dalam perjuangan karirnya, tapi di ujung dia gagal dan jatuh karena korupsi. Terkenal, menjadi rising star dalam perjalanan politik, akhirnya singgah di Sukamiskin (penjara),” kata Haedar.
Menurut Haedar, sebanyak apa pun harta yang dikumpulkan, tidak akan ikut hingga ke liang kubur. Yang akan abadi adalah amal jariyah, perbuatan baik yang terus mengalir pahalanya bahkan setelah seseorang tiada. Haedar menekankan bahwa iman, amal saleh, dan tanggung jawab sosial adalah pilar penting dalam menjalani kehidupan modern yang penuh tantangan.***
Sumber : bandungmu.com