KABARMUH.ID, Sleman – Udara pagi segar dan burung yang saling bersautan, menyambut datangnya jama’ah “Kopi Ngaji” dari penjuru Jogja ke Bodeh, Sleman. Pengajian ini rutin diadakan setiap sabtu ba’da subuh. Mentari belum bersinar, tapi mata jama’ah sudah berbinar, melihat hamparan sawah hijau yang ada di kanan-kiri tempat ngaji ini. Cemilan, teh atau kopi hangat, jadi teman duduk ngaji jama’ah.
Aku pilih teh hangat saja, selain lebih soft, juga menenangkan hati yang gundah karena tugas kuliah. Kopi Ngaji edisi 16 Desember 2023 ini terasa berbeda, biasanya narasumber berdialog slowly khas Jogja, namun kali ini begitu energik sedari awal. Ustadz Misbahul Huda, MBA. namanya, motivator nasional & tokoh publik masyarakat Jawa Timur.
Beliau membawakan kajian bertajuk, “Spiritual Parenting: Mendidik Anak Berbudi dan Berprestasi”. Jujur saja, aku terkesima dengan mukadimah yang disampaikan oleh Ustadz Misbah. Beliau memainkan kata lewat rima silang yang dibumbui dengan humor khas bapack-bapack, nampak sekali jama’ah begitu antusias menunggu tiap lontaran kata Ustadz Misbah.
Antusias ini tak lepas dari penguasaan ruang dialog yang dilakukan Ustadz Misbah pada 30 detik pertama, di waktu itu pendengar akan cenderung kehilangan konsentrasi jika pembicara tidak menarik perhatian. Kalau aku boleh berpendapat, Ustadz Misbah ini model dakwahnya 11 12 dengan Ustadz Das’ad Latif, seni dakwahnya sangat kultural sekali.
Ustadz Misbah membuka topik dengan membedah dua point of view antara berbudi dan berprestasi. “Dalam konteks spiritual parenting, berbudi itu tidak hanya soal baiknya akhlak anak terhadap kita sebagai orang tua, tapi juga kepada orang lain.” Ujar Ustadz Misbah menegaskan kedudukan akhlaq dalam proses tumbuh kembang budi seorang anak. Khususnya dalam mengenalkan nilai-nilai Islam yang dibungkus dengan cara family friendly.
Dalam kajian ini pula, Ustadz Misbah terus terang dengan mengisahkan permasalahan anaknya yang ketahuan berkata kasar di sosial media kepada teman sekolahnya, padahal jika di rumah anaknya itu tak pernah berlaku yang demikian.
“Saya sita HP-nya, tidak saya marahi, tapi saya laporkan masalah ini kepada wali kelasnya di sekolah,” terang Ustadz Misbah setelah anaknya menangis usai ditanya-tanya.
Setiap orang tua perlu membuat forum empat mata dengan anaknya, sekedar ngobrolin masalah di sekolah, perilaku teman, hingga gundah gulananya. Sehingga anak akan merasa terbuka untuk bercerita pada orang tua, hal ini yang dapat menjaga anak untuk berbudi baik pada siapapun.
Sebagai praktisi parenting, Ustadz Misbah memberikan perspektif baru yang asyik bagi para jama’ah yang masih “menjabat” sebagai orang tua terhadap anaknya. Bahwa pendidikan akhlak itu harus dimulai dari keteladanan akhlak orang tuanya. “Masa orang tua nyuruh anaknya shalat, tapi dia sendiri gak shalat? Kan lucu,” jelas Ustadz Misbah sambil tertawa kecil.
“Bapak, ibu, jama’ah Kopi Ngaji Rahimakumullah. Berprestasi itu tidak hanya anak dapat ranking 1 di sekolah ya,” tegas Ustadz Misbah melanjutkan kajian.
Setiap anak dari orang tua yang seperti apapun, pasti memiliki potensi prestasi yang harus diarahkan orang tua. Ustadz Misbah menceritakan anaknya yang suka ngotak-ngatik motor dan tertarik soal dunia permotoran.
“Anak saya itu ada yang hobi mainin motor, sering ke bengkel, rakit ini itu, seperti dunianya sendiri,” ujar Ustadz Misbah.
Kemudian beliau mulai membuka forum dialog dengan anak laki-lakinya itu, “Le, kapan-kapan kita ke pameran variasi motor yok,” ajak Ustadz Misbah.
Interaksi antara bapak dan anak ini sangat penting bagi pengarahan potensi. Ustadz Misbah men-discalimer bahwa prestasi itu hanyalah bonus, tidak boleh dipaksakan, yang harus dipaksa adalah peran orang tua dalam mengarahkan dan mengetahui potensi anaknya.
Berjalannya waktu, chemistry tentang bongkar-membongkar permotoran ini sudah terbangun dengan baik antara Ustadz Misbah dan anak laki-lakinya.
“Saya menawarkan ke anak laki-laki saya itu untuk mencoba bisnis rakit sepeda fixie,” terang Ustadz Misbah mulai mengarahkan potensi anaknya.
Meskipun Ustadz Misbah tak memberi tahu kelanjutan dari kisah itu, setidaknya aku bisa menangkap bahwa peran orang tua sangat krusial dalam penggalian potensi dan prestasi dari seorang anak. Satu nilai penting dari kajian Ustadz Misbah ini, jadilah orang tua yang asyik bagi anaknya!
Red : Faishal Hazza | Ed : NS