
Oleh: M. Rofiqul Anam
(Ketua Bidang Perkaderan PW IPM Lampung)
Dalam memaknai kehidupan dalam dunia yang semakin maju seiring dengan era disrupsi dan globalisasi, dimana tersedianya banyak sekali data yang berserak di dunia maya serta saling terhubung secara global dan digital. Kita sebagai generasi muda seakan dibenturkan oleh dua pilihan, ketika kita mampu menghadapinya dengan langkah yang tepat, maka hal ini dapat menjadi peluang besar bagi kita untuk memanifestasi generasi yang mampu berfikir secara aktual dan terhindar dari degradasi moral, namun sebaliknya dapat menjadi bomerang sekaligus tantangan, dimana akan terjadi turbulensi pada generasi yang mengakibatkan suatu degradasi ketika kita tidak mampu bernaral secara optimal dalam memaknai kemajuan teknologi dan informasi ini. Semua pilihan itu ada di tangan pemuda, tinggal bagaimana kemudian dapat menentukan yang terbaik dengan melakukan perubahan kongkrit yang berorientasi untuk masa depan bangsa ini.
Degradasi Berfikir Generasi Muda
Dampak dari kemajuan teknologi memunculkan fenomena dan paradigma yang mengarah pada perubahan konstruksi berfikir masyarakat, dengan munculnya berbagai macam platform digital, salah satunya media sosial. Dimana, media sosial sebenarnya dapat dimanfaatkan secara optimal bagi generasi muda untuk mendorong suatu perubahan dengan menjadikanya sebagai wadah untuk meningkatkan kapabilitas keilmuan menuju intergritas bangsa. Namun, media sosial hari ini cenderung membuat generasi muda mengalami degradasi dalam berpikir, alih-alih sadar akan tanggung jawab untuk membuat segala informasi menjadi pengetahuan dan menerapkanya menjadi suatu kearifan. Salah satu cara untuk menjawab persoalan ini adalah dengan penalaran kritis yang harus dimiliki oleh generasi muda. Nalar kritis di analogikan sebagai kesadaran dan kemampuan untuk terlibat dalam pemikiran reflektif dan mandiri yang mengharuskan kita menggunakan kemampuan bernalar secara optimal. Keterampilan berpikir kritis memungkinkan para generasi muda untuk terlibat dalam penentuan keputusan yang lebih tepat dan akurat berbasis informasi yang adekuat. Ini menjadi bukti empiris bahwa nalar kritis merupakan suatu urgensi yang wajib dimiliki oleh generasi muda penerus bangsa.
Generasi muda hari ini dituntut untuk mampu mengarusutamakan penalaran kritis sebagai validitas atas mudahnya akses informasi yang kita terima sebagai dampak dari era disrupsi dan globalisasi. Ketidakmampuan bernalar kritis atas suatu fenomena atau paradigma sangat berbahaya bagi generasi muda, sukar mengolah informasi yang akuntabel meski pada tataran yang paling sederhana, alih-alih terhadap persoalan-persoalan yang kompleks. Seperti yang di tuturkan oleh Paulo Freire bahwa absennya nalar kritis bukan tidak mungkin membuat bangsa ini seperti wayang, ia hanya akan mengikuti kemauan dalang tanpa mampu berpikir dan memiliki kesadaran serta kemerdekaan diri. Keberadaan anak muda di tengah-tengah kehidupan sosial turut memberikan peran dengan membawa pencerahan dan penyadaran serta terlibat dalam setiap proses dinamika yang terjadi di masyarakat. Dengan adanya nalar kritis menjadikan kita pribadi yang lebih responsive dan solutif sehingga dapat mencerahkan peradaban bangsa, terlebih pada isu-isu kontemporer yang berkembang di masyarakat. Pembentukan nalar kritis dapat diimplementasi salah satunya melalui ruang-ruang literasi seperti diskusi. Hal ini sejalan dengan apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini yang rumusan-rumusanya dihasilkan melalui proses diskusi. Artinya, proses menuju iklim intelektual melalui ruang-ruang diskusi ini harus diciptakan disetiap elemen terkhusus pada generasi muda agar menghadirkan pemikiran-pemikiran yang bersifat membangun.
Merawat Nalar Kritis
Generasi muda yang dapat dikatakan sebagai agent of change ini memiliki potensi yang sangat besar bagi bangsa dan Negara, dapat dikatakan bahwa nasib masa depan bangsa dan Negara ada di tangan generasi muda hari. Tantangan ini harus kita jawab sesegera mungkin dengan terus berkembang dan beregenerasi untuk menyongsong generasi emas mendatang. Generasi muda sudah sepatutnya mengaktualisasi perkembangan teknologi dan informasi dengan kemampuan dan ilmu pengetahuan, salah satunya melalui penalaran kritis. Oleh Karena itu, nalar kritis harus kita bentuk serta rawat sedini mungkin, agar segala bentuk data dan informasi dapat kita terima secara akuntabel, serta dapat menjadikan hadirnya era disrupsi dan globalisasi ini sebagai momentum untuk merekonstruksi gerakan generasi muda secara reflektif sehingga mimpi besar bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa adidaya yang maju akan segera terwujudkan.
Editor: Choiril Amirah Farida



