KABARMUH.ID, Sukoharjo – Bulan suci Ramadan adalah bulan yang sangat dinantikan oleh seluruh umat Islam. Bukan tanpa sebab, bulan Ramadan dengan segala keistimewahan dan keberkahan di dalamnya, yang juga merupakan bulan diturunkannya Al-Qur’an membuat siapa saja ingin mendapatkan keistimewaan itu.
Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan, Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Grogol mengadakan tablig akbar yang bertajuk “Tarhib Ramadan” pada Ahad (03/03/2024) bertempat di Masjid Baitul Makmur Solo Baru.
Tablig akbar tarhib Ramadan ini diisi oleh Ustaz dr. Guntur Subiyanto, M.Si. acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an kemudian dilanjutkan dengan sambutan. Fatahillah, M.Psi., M.Pd., selaku Pimpinan Majelis Tabligh, dalam sambutnya menyampaikan bahwa masjid itu harus dijadikan sebagai tempat untuk menghasilkan orang-orang yang cerdas bagi persyarikatan dan bangsa.
“Bagaimana menjadikan masjid itu sebagai tempat untuk mengasilkan orang-orang hebat untuk menjadi pimpinan di negeri ini dari Muhammadiyah,” tuturnya.
Beliau juga menyampaikan kedepannya, kajian-kajian dan pembelajaran agama akan dipusatkan di rtanting-ranting yang ada di PCM Grogol.
“Nanti kegiatan-kegiatan pengajian besar dalam arti belajar tentang agama nanti akan kita pusatkan di ranting masing-masing,” Sambungnya.
Sambutan berikutnya disampaikan oleh Drs. Muhammad Safrudin selaku Piminan Cabang Grogol. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa tabligh akbar ini sebagai satu sarana untuk menyatukan kebersamaan usia konstelasi politi yang merupakan pesta besar bangsa Indonesia. Selanjutnya kami berharap kepada pimpinan ranting untuk tetap memasifkan dakwah di masjid-masjid yang berada di rantring-ranting.
Acara dilanjutkan dengan penyampaian tablig akbar tarhib Ramadan. dalam menghadapi perbedaan awal Ramadan, Ustaz Guntur menyampaikan perbedaan-berbedaan itu dengan harapan agar jamaah menjadi paham serta toleran terhadap perbedaan yang terjadi.
“Ini menjadi satu catatan, nggih agar kita tahu, khususnya warga muhammadiyah maka saya akan menyampaikan dimanakah letak perbedaan sehingga kita nanti akhirnya menjadi toleran apabila terjadi perbedaan,” tuturnya Ustaz Guntur.
Kontributor: Rahmat Balaroa