Oleh: Akbar Syifa, Mahasiswa Pendidikan Agama Islam UMS
Hampir seluruh dunia menggelar aksi bela Palestina tidak hanya di timur yang bernotabene Mayoritas masyarakat muslim. Menariknya ada juga sebagian diantaranya yang menyerukan kebebasan Palestina di negara -.negara barat seperti amerika terkhusus universitas terkenal Colombia University, New York University dll. Kemudian di Indonesia tak mau kalah, mengutip CNN Indonesia 172 kampus Muhammadiyah bersatu gelar aksi bela Palestina.
Aksi ini digelar dengan satu tujuan pembebasan Palestina dari penjajahan Israel. Tidak heran jika aksi ini mendapatkan perhatian dari seluruh dunia. Mengutip dari Al Jazeera setidaknya 35.00 orang yang tewas akibat genosida yang dilancarkan oleh Israel. Kemudian 80.000 orang Palestina yang terluka terhitung dari tanggal 7 Oktober 2023 – 7 mei 2024. Tidak hanya itu bangunan bangunan seperti rumah sakit, sekolah, universitas, toko – toko hancur lebur oleh serangan Israel.
Saya turut berduka cita atas genosida yang terjadi di Palestina, saya tulis artikel ini sebagai bentuk keberpihakan dan dukungan terhadap Palestina. Kemudian tidak lupa senantiasa kirimkan doa untuk saudara saudaraku disana agar tetap diberi kesabaran dan ketegaran. Saya berikan apresiasi kepada siapa saja yang sampai detik ini memperjuangkan kebebasan Palestina. Ini bukan tentang persoalan agama, tapi ini tentang kemanusiaan. Sehingga mau atau tidak, seluruh manusia yang memiliki akal wajib menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Makna Cinta Tanpa Kata “Tapi”
Menyayangi, membela, memperjuangkan, menghormati itu semua terangkum dalam satu kata yaitu “cinta”. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan cinta? cinta (al-hubb) secara bahasa adalah kasih sayang. Secara istilah, makna cinta dalam islam sendiri sangatlah suci. Cinta haruslah didasari oleh kasih sayang dan dibuktikan dengan perbuatan. Dan apa- apa yang kita cintai di bumi ini haruslah karena Allah Ta’ala. Sangat tidak baik, bahkan berbahaya jika kita mencintai hanya karena nawa nafsu.
Nabi Muhammad mengorelasikannya dengan keimanan. “Dari Anas dari Nabi Saw bersabda: Tidaklah beriman seseorang diantara kalian sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.”(HR. Bukhari).
Hadis di atas menunjukkan bahwa keimanan seseorang dapat dikatakan sempurna apabila ia bisa mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri, sepanjang dalam hal kebaikan. Saudara yang dimaksud disini tidak terbatas hanya saudara kandung, saudara seayah atau seibu, akan tetapi lebih luas lagi mencakup saudara sesama manusia, termasuk orang-orang Palestina.
Kerelaan mengorbankan apa pun adalah konsekuensi dari buah cinta yang lekat dalam jiwa. Ibaratnya seperti seseorang yang sedang jatuh cinta kepada perempuan, maka ia akan berkorban apapun baik dari segi harta, tenaga, dan pikiran demi mendapatkan hati perempuan yang diidamkan. Begitu pula dengan kecintaan kita terhadap Palestina tidak boleh ada batasan karena mungkin takut terjadi perang dunia 3, Amerika akan membenci Indonesia, dan alasan alasan lain. Sebab seseorang tidak bisa dikatakan mencintai jika masih beralasan dan tidak mau berkorban.
Kekuasaan yang lemah dihantui ketakutan
Pada level cinta terhadap Palestina penulis bagi menjadi 3 tingkatan. Pertama, kecintaan tingkat individu. Kedua, kecintaan tingkat masyarakat. Ketiga, tingkat negera.
Cinta Palestina tingkat individu adalah keyakinan hati sepenuhnya atau tidak ada keraguan sama sekali bahwa Genosida Palestina oleh Israel benar benar nyata. Bukan konspirasi yang dibuat buat atau rekayasa media. Oleh karena itu dalam tingkat ini yang berperan adalah hati setiap individu masing masing apakah kita percaya atau tidak. Walaupun sudah banyak bukti jelas pembantaian, penghancuran tersebar di berbagai media. Apakah anda masih tidak percaya ?
Cinta Palestina tingkat masyarakat adalah bentuk keyakinan hati yang kemudian direalisasikan ke segala sesuatu perbuatan. Adapun contohnya seperti menggelar aksi bela Palestina, boikot produk Israel, mengumpulkan dana untuk kebutuhan orang Palestina. Saya kira dalam hal ini mereka sudah cukup vokal dalam memperjuangkan kebebasan Palestina.
Terakhir yang paling penting yaitu cinta Palestina tingkat negara adalah sebuah kekuasaan yang berdaulat memiliki kebebasan dalam meyakini, memutuskan, bertindak tentang isu Palestina. Bagaimana dengan negara Indonesia apakah sudah mencintai Palestina sepenuhnya? Nyatanya belum.
Dari pandangan penulis Negara Indonesia belum memaksimalkan kekuasaan untuk membela Palestina mungkin karena ada ketakutan ketakutan lain seperti hubungan diplomasi Amerika dan Indonesia, stabilitas ekonomi dll. Sehingga bisa dikatakan Indonesia hanya sekedar cinta palsu sebab masih ada ketakutan. Walaupun banyak media mengabarkan Menlu sudah mengutuk, walk out sidang PBB, memberikan donasi sebanyak banyaknya. Akan tetapi jika genosida masih terjadi di Palestina maka Indonesia masih gagal. Bantuan donasi hanya memanjangkan penderitaan warga Palestina bukan menghentikan penderitaan.
Bersatu Demi Kemanusiaan
Oleh karena itu gerbong terakhir untuk memperjuangkan Palestina tiada lain kembali pada setiap masing masing negara termasuk Indonesia sendiri. Saya sebagai warga negara meminta pertanggung jawaban dari pemimpin negara Indonesia atas genosida Palestina oleh Israel. Manfaatkanlah kekuasaan yang dipegang dalam segi keputusan dan tindakan dalam memperjuangkan Palestina jika Indonesia betul betul cinta Palestina 100 %.
Saatnya kita bersatu dalam kemanusiaan sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga kehormatan umat manusia. Walaupun dalam memperjuangkan semua itu pasti ada ujian seperti ketakutan, kekurangan harta dan jiwa sebagaimana Q.s Al Baqarah ayat 155 :
“Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang orang yang sabar.”