Oleh: A. Mumtaz Murtadha NB
Kader IMM Pondok Hajjah Nuriyah Shabran UMS

Islam di Indonesia

Tentu semua orang di negara ini telah mengetahui apa itu islam? Apa lagi islam di Indonesia itu sendiri? Karena seperti yang telah dikenal bahwa Indonesia merupakan negara nomor satu yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Tetapi biasanya sedikit sekali orang yang mengetahui makna Islam yang sebenarnya, karena itu biasanya judul ini sedikit sekali pula orang yang penasaran untuk membacanya. Sudah pasti sebabnya, karena masyarakat Indonesia sendiri tinggal di negara yang hampir setiap tempat sudah pasti ada orang Islam nya yaitu umat Muslim.

Kembali ke faktor sebelumnya, biasanya sedikit sekali orang yang mengetahui makna Islam yang sebenarnya, kenapa? Karena Islam itu sendiri tidaklah menjadi sebuah perioritas bagi setiap umat muslim yaitu sebagai tujuan dalam kehidupan nya, sebagai ilmu yang harus di perioritaskannya, sebagai solusi dari setiap masalahnya.

Maka dari itu islam tidaklah terbenak, tertanam sangat dalam bagi setiap individu umat muslim itu sendiri, karena mereka masih menjadikan islam hanyalah sebagai formalitas dalam beragama saja agar tidak dianggap komunis, hingga sebagai tren ahar tidak ketinggalan zaman atau bahkan untuk mendapatkan materi berbentuk uang ataupun perhatian dari orang-orang.

Sungguh islam yang seperti ini, bukanlah Islam yang sebenarnya, bukanlah ajaran Islam yg sesungguhnya. Islam yang sebenarnya dan sesungguhnya adalah islam yang dapat selalu dijadikan pedoman dalam kehidupan, apapun bentuk dan keadaannya.

Makna Islam(1): Tunduk dan Patuh

Bahkan kata dari Islam itu sendiri pun jika dalam makna bahasa, diambil dari kata aslama yuslimu islaaman yang mempunyai arti sifat yang Tunduk, Patuh. Orangnya disebut Muslim, yaitu jika orang yg telah berislam, maka orang itu harus Tunduk Patuh kepada ketentuan Allah SWT.

Jadi kalau kita telah menyatakan diri islam yaitu seorang muslim, tapi tidak tunduk tidak patuh kepada ketentuan Allah SWT, maka ada yang salah dalam keislaman nya, ada yang tidak tepat. Karena itu disaat Allah SWT menyebutkan tentang islam, Nabi menafsirkan tentang islam, maka disitulah berbentuk ujian-ujian kepatuhan kita kepada Allah SWT. Jadi kalau ada yang tidak mau patuh terhadap bentuk bentuk kepatuhan kepada Allah SWT, maka belum sempurna ke islaman nya.

Makna Islam(2): Kedamaian, Ketenangan, hingga Kenyamanan.

Arti islam menurut bahasa yang ke-2, yaitu islam dapat diartikan sesuatu yang menghadirkan kedamaian, ketenangan, hingga kenyamanan. Jadi kalau ada muslim yang menyatakan dirinya beriman, berislam, tapi belum mendapatkan ketenangan, kedamaian hingga kenyamanan, maka belum sempurna keislamannya.

Lalu nanti ada kaitan nya dengan makna atau arti islam yang pertama, yaitu jika kita telah menyatakan diri ini islam, lalu tunduk dan patuh terhadap bentuk bentuk yang telah Nabi SAW ajarkan, maka akan menghadirkan kedamaian dalam urusan dunia, ketenangan dalam kegelisahan dunia, hingga kenyamanan dalam kepatuhan kepada Allah SWT dalam urusan dunia hingga urusan akhirat.

Jadi kalau kita belum bisa mendapatkan kedamaian, ketenangan, hingga kenyamanan,  maka kepatuhan kita kepada Allah SWT itulah yang kurang. Bukan karena kita umat Islam kurang hebat hingga untuk mencapai apa yang kita harapkan dalam urusan dunia. Bukan pula karena kita kurang tinggi usahanya didunia nyata, tapi karena kita kurang patuh, kurang tunduk kepada Allah SWT, kepada sang Pemilik Dunia itu sendiri, sang Pemilik Kehidupan, yang menghidupkan semua yg telah dihidupkan yaitu kita didunia saat ini. Yang mempunyai Rizeki kan Allah SWT, Yang mempunyai kemudahan juga Allah SWT, Yang punya ketenangan juga Allah SWT, agar kita tenang dalam mencapai nya.

Makna Islam(3): Ketentraman Berbahagia

Arti atau makna islam menurut bahasa yang ke-3, yaitu Islam bisa diambil dari kata Salam, yaitu ketentraman berbahagia tertinggi yang diraih, hingga jaminan kebahagiaan. Karena ada orang yang bahagia di dunia, tetapi sengsara dialam kubur, banyak contohnya, bahkan telah dipastikan keadaan nya, tidak perlu menunggu kita melihat nanti diakhirat, karena Nabi sendiri telah memberikan contoh yang biasa dikenal, yaitu Qorun, Fir’aun, mereka sangat bahagia di dunia, Qorun penuh dengan kekayaan didunia, tidak ada yang dapat menandingi kekayaan dimasanya, begitu pula Fir’aun yang penuh dengan martabat jabatan tertinggi nya, sangat hebat dalam bala tentaranya, tapi saat dialam kubur, Allah menyampaikan dalam Qur’an Surah ke-40 ayat ke-46-47 itu, yaitu inti Firman Allah SWT, Neraka yang ditampakkan dari pagi sampai petang, bayangkan disaat kita dialam kubur itu, tidak bisa bangun lagi, bangun nya saat dihari kiamat, maka selama dialam kubur itu ditampakkan neraka dari pagi sampai petang. Maka itulah orang yang jika bahagia di dunia dan sengsara dialam kuburnya.

Ada juga tipe yang kedua, selama didunia nya seakan-akan sengsara, fakir dia, tetapi selama akhiratnya bahagia. Maka kita pilih yang mana? Bahagia dunia sengsara akhirat atau sengsara dunia bahagia diakhirat? Tidak ada pilihan yang ketiga.

Nikmatnya Ber-Islam

Maka kita tidak ingin memilih diantara keduanya, karena kedua pilihan itu tidak diberikan oleh Allah SWT. Pilihannya didalam Al-Qur’an, hanya ada 1, yaitu di Qur’an surah ke-2 Al-Baqarah, ayat ke 201. Sangking pinginnya pilihan ini, bahkan kita pun pasti hafal doanya, bahkan orang kita Indonesia punya istilah doa itu sendiri yang jika didengar kepada orang Indonesia, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Di antara mereka ada juga yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta lindungilah kami dari azab neraka”

  1. Al-Baqarah[2]:201

Apa nama doa itu? Ya doa sapu jagad, yang orang Arab sendiri pun tidak mengenali istilah nama doa tersebut.

Jadi capaian kebahagiaan ukurannya dalam Islam itu bukan cuman sekedar dunia, tapi alam kuburnya nikmat akhiratnya pun bahagia itulah Islam. Maka persoalannya, kita ke alam kubur aja belum, kemudian dunia juga belum bahagia, sementara itu kita mengaku muslim dengan  berIslam, apa yang salah dalam keislaman kita, sehingga kebahagiaan itu belum diraih?

Bahagia itu bisa relatif, sesuai dengan keadaan masing-masing, ada bahagia dengan kekuatan tenaga ketika bisa bangun tahajud, ada bahagia ukurannya harta ketika mencapai batas tertentu, ada bahagianya itu ukuran yang kedudukan ketika mencapai level tertentu. Tapi dari semua yang relatif itu, semua kebahagiaan itu sudah pasti dan seharusnya mendekatkan pelakunya dekat dengan Allah SWT. Jadi kalau kita menjadi orang kaya, mohon maaf, jika kekayaan kita itu belum bisa mendekatkan diri dengan Allah SWT, maka dalam pandangan Islam, orang tersebut belum disebut berbahagia nikmatnya dalam berislam.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here