KABARMUH.ID, Yogyakarta – Pada kesempatan kali ini Ustadz Hendra Dermawan S.Pd, M.A. menyampaikan topik terkait dengan dari islamophobia yang telah disampaikan sebelumnya. Perlu diketahui bahwa persyarikatan bangsa-bangsa sudah sejak 3 tahun terakhir menetapkan bahwasanya tanggal 15 Maret itu diperingati sebagai hari anti Islamphobia.
Hal ini merupakan bagian dari dinamika yang bahwasannya Islam itu dipersalahkan, Islam banyak disalahpahami, Islam banyak diduga atau bahkan di stigma identik dengan finance extremism. Namun kini Islam bisa memperlihatkan dirinya sebagai agama yang penuh cinta. Ahad (24/03)
Menurut Hendra Islam dipandang menjadi agama yang penuh kekerasan adalah akibat mereka-mereka yang membajak Islam dan oknum-oknumnya. Sebagai contoh, mereka yang mengatasnamakan Islam lalu menyebarkan ajaran apa yang disebut dengan syahid bombing atau bom mati syahid.
Oleh karena itu, jika seseorang berkomitmen akan meledakkan sesuatu dengan target tertentu lalu punya mimpi Utopia setelah meninggal dunia akan berjumpa dengan bidadari di surga padahal yang menjadi korban adalah yang tidak berdosa, sungguh dalam Islam ajaran seperti itu tidak ada.
Itulah salah satu model ajaran yang membajak Islam, karena hanya ada quote and quote tertentu. Maka kadang-kadang Islam itu tersandera dan menjadikan narasi besar akan Islamphobia, sehingga menyebabkan ketakutan yang berlebihan dan tidak mendasar.
Lalu, Hendra menanyakan “apa yang perlu ditakuti dari Islam?” Dia tegaskan bahwa counter narasi atau hal yang perlu dilakukan adalah tabayyun terhadap publik dan terhadap mereka-mereka yang mempersalahkan dan mempermasalahkan atau terlalu takut dengan Islam tanpa dengan alasan yang jelas. Karena sungguh ajaran islam itu penuh dengan cinta dan kasih.
Nabi Muhammad membawa ajaran Islam. Dimana ajaran islam itu menjadi rahmat tidak hanya bagi umat Islam tetapi bagi seluruh alam raya ini termasuk di dalamnya non-muslim.
Sungguh ini ajaran yang isinya adalah perdamaian sumber kedamaian, maka harus menjadi juru bicara Islam yang bisa menjelaskan bahwasanya Islam itu identik dengan ajaran perdamaian the religion of peace. Islam itu identik dengan ajaran yang ada nilai-nilai filantropis, Islam itu identik dengan ajaran yang memberikan kedudukan yang mulia bagi kaum perempuan dan seterusnya.
“Agama yang menghargai persamaan tidak ada keutamaan bagi mereka yang Arab terhadap non-Arab kecuali ketakwaannya maka kita harus mengubah dari cara pandang mereka yang awalnya Islamphobia menjadi Islamophilia. Istilahnya unik yang artinya Islam itu datang dengan nilai-nilai cinta, hadir sebagai seorang muslim yang orang lain akan selamat kalau ada kita. Orang Islam adalah Ia yang muslim yang lain selamat dari bahaya lisannya dan kekuasaannya hadir menjadi pribadi yang menarik dan damai.” Jelasnya.
Maka, momentum Ramadhan ini sebagai tempat latihan agar bisa menjadi diri yang memiliki wawasan dan punya daya tahan. Karena sesungguhnya Ramadhan adalah perisai bagi diri untuk memperbaiki Islam di mata yang membencinya dan menjadi Islam yang terlihat penuh cinta.
Kemudian Hendra menutup “kita bisa hadir dengan ajaran yang atau seruan dakwah yang dikemas simpel simple packaging-nya baik begitu sehingga membuat orang lain tertarik untuk lebih mengenal Islam.”
Kontributor: Sakila Ghina