KABARMUH.ID, Yogyakarta – “Allah mengingatkan kepada kita ketika orang-orang yang berpuasa itu mencapai level taqwa atau setidaknya ketika orang-orang beriman oleh Allah diperintahkan untuk berpuasa itu tampaknya bagi mereka yang telah berada pada fase taqwa ini akan mendapatkan sesuatu yang lebih karena tentu kita paham proses kita berpuasa menghantarkan kita menjadi pribadi taqwa.” Prolog Dr. Muh. Ikhwan Ahada S.Ag., M.A.
Allah berfirman dalam surat Al-Anfal ayat ke 29:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”
Ayat ini ada dan mengandung huruf syarat yaitu kata “in tattaqu” merupakan huruf syarat ‘wahai orang orang yang beriman jika kamu sekalian itu bertakwa kepada Allah’ maka jawabnya kata “Yaj’al” maka dalam bahasa Indonesia seringkali kemudian ditambah dengan kata Allah, maka akan menjadikan bagi kamu sekalian “furqaanaan.”
Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan makna Furqon itu artinya nuran, jadi Allah akan menjadikan orang yang bertakwa itu memiliki kekuatan yang mampu memisahkan antara sesuatu yang sholeh dan sebaliknya sesuatu yang bermanfaat. Dan yang sebaliknya sia-sia sesuatu yang haq itu disebut batil. Nah tentu ini tidak akan dimiliki oleh mereka-mereka yang tidak bertakwa kepada Allah SWT.
Di samping itu Allah menjanjikan menutup kesalahan-kesalahan dan sekaligus mengampuni kesalahan dan yang menarik ternyata dalam surat Al-Baqarah ayat 183 dijelaskan mengenai tujuan puasa adalah taqwa dan setelah menjalaninya maka umat Islam akan menjadi orang yang Muttaqin. Ungkapnya.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”
Ada kalimat la’allakum yang dalam bahasa Arab ini disebut litaroji atau juga bisa lita’lil ada harapan kuat. Jika umat Islam bertakwa sesuai dengan yang diharapkan Allah itu maka akan menjadi orang-orang yang tuflihun. Allah menggunakan kalimat tuflihun adalah kalimat fi’il atau kata kerja bukan muflihun. Dalam beberapa tafsir termasuk di dalamnya al-marohi memberitahukan bahwa fi’il yang digunakan ini adalah fi’il mudhori yang maknanya adalah listimror kebahagiaan yang terus-menerus, kebahagiaan yang continue dan ini hanya dimiliki oleh orang-orang yang bertakwa.
Dalam ilmu psikologi subjektif will being kebahagiaan itu punya syarat yang pertama adalah live satisfaction, bahwa orang yang bahagia itu apabila harapan kepuasannya terpenuhi keinginannya tercapai cita-citanya bisa diraih dan seterusnya, maka kemudian manusia itu berbahagia karena satisfaction tadi. Lalu kedua syaratnya adalah ketika positif afexnya lebih tinggi dibanding negatif afexnya artinya ketika respon orang terhadap dirinya itu positif itu lebih tinggi dibanding dengan respon negatif orang terhadap dirinya maka kemudian orang ini akan bahagia.
Kebahagiaan yang bersyarat ini tidak berlaku bagi mereka yang beriman dan bertakwa, yang memiliki kebahagiaan tanpa syarat itu ternyata hanya dimiliki oleh orang-orang yang bertakwa dan itu oleh Allah dipanggil dengan orang yang beriman. Ketika umat Islam hendak menjalankan ibadah puasa. Rasulullah SWT menegaskan perkara yang dimiliki oleh orang mukmin itu adalah semuanya Khoir, penegasan Rasulullah kondisi seperti ini tidak bisa dimiliki kecuali orang mukmin dan kondisi bahagia seperti ini tidak bisa dimiliki kecuali orang-orang yang beriman.
Memperbanyak rasa syukur juga bisa menjadi sebab kebahagiaan, jadi ketika orang beriman itu oleh Allah berikan sesuatu yang membahagiakan lalu ia bersyukur maka rasa bersyukur itu menjadikan ia berbahagia. Lalu apabila Allah memberikan kepadanya perkara yang menurut hatinya tidak senang dan ia bersabar dan sikap sabar itu adalah sesuatu yang amat baik bagi orang mukmin untuk melatih rasa syukur terhadap nasibnya dibandingkan orang lain sekaligus bersabar menahan segala sesuatu dan kedua-duanya tersebut dijanjikan oleh Allah akan menjadi taqwa maka sungguh tepat kalau kebahagiaan yang tidak akan pernah dimiliki oleh siapapun di muka bumi ini kecuali hanya milik orang-orang yang beriman.
Kontributor: Sakila Ghina