KABARMUH.ID, Purworejo – Pendidikan merupakan representasi peradaban suatu bangsa, dalam hal ini kami cukup mengerti bahwa perlu adanya pendekatan lebih untuk aspek ini di indonesia dengan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa yang nantinya akan lahir kreativitas masyarakat untuk menemukan pembaharuan terhadap kehidupan mereka, hal itu merupakan naluriah manusia bahwa terus akan mencari suatu kemudahan untuk membuka potensi meningkatkan kualitas kehidupan mereka.

Pada 19 September 1921 lahir seorang tokoh Pendidikan humanisme bernama Paulo Freire yang membawa teori pendidikan humanisme dalam bukunya, “Pendidikan kaum yang tertindas”. Paulo Freire menegaskan bahwa Pendidikan seharusnya menjadi pemicu kreativitas peserta didik dalam rangka menumbuhkan nalar kritis mereka terhadap kepekaan lingkungannya, guru tidak lagi menjadi alat transfer pendidikan melainkan fasilitas Pendidikan yang dapat peserta didik nikmati, selalu kita dapati bahwa bahwa peserta didik kewalahan dalam menerima Pendidikan yang diberikan bulat-bulat kepada mereka, padahal seharusnya ilmu pengetahuan menjadi hal yang menyenangkan. Peserta didik bukanlah tempat penampungan ilmu, mereka punya hak untuk berpikir secara mandiri sama hal nya manusia yang memiliki kehendak bebas terhadap pikirannya, ironi sekali bila anak-anak kita menyimpan dendam dan trauma karena pengajaran yang membebani mereka yang diberikan semasa bersekolah sehingga berimplikasi pada mereka yang kelak akan mendidik dan menerima contoh yang tidak relevan pada zamannya sehingga penyimpangan ini akan terus terulang lagi pada generasi berikutnya.

Konsep ini menjadi urgensi yang wajib terus dicanangkan dalam Pendidikan di Indonesia, bangsa ini didirikan oleh orang-orang terpelajar yang merasa bahwa penindasan atas bangsa ini harus segera dihilangkan demi tumbuhnya peradaban yang harmonis. Pada setiap zaman tentu kita tahu bahwa ada konsep yang harus diselaraskan dan dipastikan layak untuk diterima masyarakat, sama halnya pendidikan yang seharusnya beradaptasi pada kehidupan peserta didik sehingga Pendidikan dapat diterima dengan meriah dan menyenangkan tanpa membatasi hak-hak mereka.

Pada 14 Januari 2024, kelompok KKN desa Salam Kecamatan Gebang mencontohkan apa yang disebut “Pendidikan kaum yang tertindas”, dengan sasaran anak-anak sekolah dasar yang merupakan peserta didik bakal penerus generasi bangsa. Melibatkan mereka dalam kegiatan belajar merupakan hal yang tepat untuk mewujudkan 3 cita-cita besar Ki Hajar Dewanthara :

  1. Ing Ngarso Sung Tulodho : menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan.
  2. Ing Madyo Mangun Karso : seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat.
  3. Tut Wuri Handayani : seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang.

Melahirkan seorang pemimpin yang cakap merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada pendidik, mengingat segala keterbatasan pendidik selaku manusia merupakan perjuangan yang konkrit, begitupun penanaman moralitas pada peserta didik sekolah dasar adalah hal yang wajib karena moral lah yang menentukan kualitas mereka esok hari, menjadi orang yang peduli dan disiplin merupakan standar nilai yang diberikan pendidik serta menyingkirkan standar nilai konvensional tentang angka-angka di kelas.

Hari itu kami mendampingi peserta didik dalam melakukan “tadabur alam” dari posko KKN di desa salam, kecamatan gebang menuju destinasi Watu Sumo yang terletak di desa sidoleren, kecamatan gebang dengan melakukan long march Bersama-sama. Perjalanan dengan daya tempuh mencapai 2 jam berjalan kaki memberikan romansa kepada kami karena kegiatan ini begitu menyenangkan dan menggembirakan, mungkin ini karena kami sembari belajar, bererita, bersenda gurau bersama-sama tanpa adanya paksaan dan intimidasi dari pihak manapun sehingga ini memberikan nuansa yang membebaskan mereka bereksplorasi dan bercerita bak kawan lama yang sedang melepas rindu walaupun selisih umur kami terpisah jauh.

Fasilitator memberikan arahan dan bimbingan serta memberikan contoh pemimpin yang sedang berdiri sejajar bukti bahwa kelas sosial tidak berlaku pada hari itu, setiap manusia berhak mendapatkan hak kebebasan mereka bercerita lebih bebas dan harmonis. Fasilitator juga memberikan dorongan moral pada peserta didik untuk meraka yang sedang tumbuh menjadi pemimpin yang menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan dengan menceritakan kisah-kisah inspiratif selama perjalanan menuju destinasi. Hal ini ditujukan agar peserta didik merasa nyaman dalam menyampaikan opini dan membantu menumbuhkan nalar kritis mereka dalam kepekaan lingkungan maupun sosial dengan memberikan arahan pada peserta didik mengenai pentingnya tegur sapa pada setiap orang yang ditemui maupun hanya sekedar lewat, kami menumbuhkan peran sosial pada setiap peserta didik untuk menjadi sosok yang anggun dalam berkomunikasi serta menumbuhkan jiwa yang besar dengan membiasakan paradigma yang inisiatif dan memiliki spontanitas dalam merespon fenomena sosial.

Wallahua’lam Bisawab.

Red : Muhammad Faqih Minded Aljundy | Ed : NS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here