Kokam Dan Khitan Massal Maridan Part 1

| Oleh : Fuad |
Balikpapan – Waktu menunjukkan pukul 22.30 WITA. Udara dingin dalam Bus ber-AC yang kutumpangi sudah cukup menusuk kulit. Ditambah lagi hujan turun sejak sore hari turut menambah rasa dingin ini. Perjalananku masih panjang menuju Kota Balikpapan di Kaltim. Ini baru separuh jalan. Perlu waktu hingga 7 jam lagi baru sampai kota minyak.
Bus asal Kota Banjarmasin yang kutumpangi singgah ke sebuah warung makan di daerah Desa Jaru, Kabupaten Tabalong, Kalsel. Kata orang, nama desa ini kepanjangannya adalah jawa separuh (jaru). Itu merujuk pada populasi penduduk desa yang terdiri dari pendatang asal pulau Jawa dan orang banjar sebagai warga setempat.
Aku memilih keluar bus untuk meluruskan pinggang yang terasa penat usai duduk sepanjang jalan. Penumpang lainnya pun melakukan hal yang sama. Sejenak berdiri, aku pun masuk dan memesan segelas kopi susu kepada penunggu warung. Sambil menunggu pesanan tiba kubuka hp yang sudah tidak aktif sejak bus melaju dari kota seribu sungai. Ratusan chat di aplikasi whatsapp bermunculan menghiasi layar.
“Sudah bulik kah bosku,” tanya Hakiem, seorang teman dari Balikpapan. Chat ini mengingatkanku pada jadwal khitanan massal di masjid al Muhajirin, PT ITCI, di Kecamatan Sepaku, Kabupaten PPU pada Ahad (23/01). Sebuah perusahaan yang dulu berjaya di era 90-an. Kini semua karyawannya sudah di PHK. Hanya tinggal sedikit bagian perusahaan yang masih beroperasi. “Otw masih separuh jalan ndan,” tulisku sambil menyertakan foto bus yang kutumpangi menuju Balikpapan.
Memang ada tiga pilihan bagiku dalam kegiatan kali ini. Pertama turun di Penajam untuk ikut rombongan Iwan Sulistia yang juga Sekretaris Kokam Kaltim. Pilihan kedua lanjut menyeberang dan berangkat bersama teman-teman dari Balikpapan. Atau malah langsung pulang saja ke rumah untuk istirahat total. Apalagi dalam tiga hari terakhir aku menggunakan jalur darat dari Balikpapan ke Banjarmasin PP.
Tak berapa lama Hakiem menghubungiku lewat telepon WA. “Jadi lewat mana,” tanyanya. Akhirnya aku memilih menuju lokasi acara bersama teman-teman Kokam Kaltim dari kota minyak. “Lanjut aja sudah. Aku mau pulang mandi sama istirahat sebentar. Kita berangkat dari Balikpapan saja,” jawabku.
Sambil menyeruput kopi, kuperhatikan satu persatu chat yang ada dalam grup BPO Kokam Kaltim ini. Tampak sudah ada rombongan dari Sebulu dan Loa Janan, Kabupaten Kukar, yang berangkat ke Sepaku di Kabupaten PPU. “Batalyon raider grup 1 meluncur Sepaku,” tulis Faoji, anggota Kokam asal Sebulu. Hp pun kembali non aktif usai menghabiskan minuman dan membayar ke penunggu warung.
Bus kembali menapak jalur aspal yang menghubungkan kedua provinsi di pulau Kalimantan ini. Sekitar pukul 03.45 dini hari bus tiba di pelabuhan penyeberangan Penajam menuju Balikpapan. Tak lama menunggu bus pun masuk ke ferry dan memulai pelayarannya. Aku turun dari bus menuju ruangan khusus penumpang. Sampai di atas kugunakan sebuah bangku panjang sebagai alas merebahkan diri dan melanjutkan tidur.
Tepat pukul 05.00 adzan subuh berkumandang. Sedikit dari penumpang beranjak ke musholla yang berada di bagian belakang kapal. Aku bangun dan ikut antri berwudhu bersama penumpang lainnya. 15 menit berikutnya, sirine berbunyi menandakan kapal akan segera merapat ke pelabuhan Kariangau di Balikpapan. Bus kembali melaju usai dipersilahkan keluar kapal oleh petugas. Sekitar 20 menit di jalan raya, aku bangkit dan menghampiri sopir. “Turun depan Hotel Platinum om,” ujarku. Bus menepi dan menurunkanku. Tak lupa mengucap terima kasih kepada sopir dan kernet yang mengantarkanku kembali ke kota minyak. Tak berapa lama, istriku datang menjemput. Kami berdua pulang mengendarai motor menuju rumah di km. 10 Balikpapan Utara. (bersambung).