Oleh : Hanif Syairafi Wiratama

Pentingnya memerdekakan hati dari pengaruh buruk hawa nafsu. Hawa nafsu merupakan dorongan-dorongan negatif dalam diri manusia yang dapat menghalangi kita untuk mencapai kesucian jiwa dan ketenangan batin. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap muslim untuk berusaha memerdekakan hatinya dari belenggu hawa nafsu tersebut.

Hari kemerdekan telah berlalu, namun apakah selama ini kita menghirup udara kemerdekaan secara spiritual? Apakah merdeka kita hanya sebatas simbolisasi jasad saja?
Selama ini kita bebas melakukan ibadah, berusaha, belajar dan menikmati hari-hari bersama keluarga tanpa khawatir nyawa melayang atau terluka.

Tidak dipungkiri, merdeka dari cengkeraman kaum penjajah merupakan kenikmatan agung yang Allah anugerahkan kepada bangsa Indonesia. Akan tetapi sudah cukupkah bagi kita kemerdekaan dari cengkeraman penjajah?

Bukankah masih banyak belenggu yang harus kita singkirkan agar kita dapat meraih kemerdekaan hakiki dan sejati?

Kemerdekaan hakiki adalah ketika kita sudah mampu memerdekakan diri kita dari jerat hawa nafsu. Kemerdekaan sejati adalah ketika kita telah mampu memerdekakan diri kita dari perangkap jahat setan yang tiada henti membuai kita dengan rayuannya.
Kemerdekaan yang sebenarnya adalah tatkala kita telah mampu memerdekakan hati kita dari penyakit-penyakit hati yang membinasakan.

Kemerdekaan yang sesungguhnya bagi seorang pejabat adalah saat ia mampu memerdekakan dirinya dari mental korup. Pejabat yang korup dan memakan uang rakyat sejatinya ia terjajah dan belum merdeka.

Terjajah oleh angan-angannya bahwa kekayaan dan status sosial yang tinggi akan melambungkan kebahagiaannya. Kemerdekaan yang hakiki bagi orang kaya adalah tatkala ia mampu memerdekakan hatinya dari penyakit sombong dan sikap merendahkan orang lain.

Kemerdekaan bagi seorang pedagang adalah ketika ia mampu memerdekakan dirinya dari kecurangan. Seorang santri atau siswa dikatakan merdeka apabila ia mampu memerdekakan dirinya dari kemalasan dalam menuntut ilmu.

Guru atau dosen yang merdeka adalah yang mampu memerdekakan dirinya dari niat lain selain mengabdi, mendidik, dan mengader. Seorang tetangga yang merdeka adalah apabila ia mampu memerdekakan hatinya dari virus iri, dengki, dan hasud kepada tetangganya. Begitulah seterusnya.Kemampuan melepaskan belenggu yang menghalangi kita dari berbuat baik, itulah kemerdekaan yang hakiki dan sesungguhnya.

Meskipun kita dalam proses memerdekakan diri melawan hawa nafsu, tapi kemerdekaan Indonesia layak disyukuri. Karena ini pondasi utama. Syukur adalah wujud terima kasih kita kepada Allah SWT, bentuk nyatanya kita selenggarakan do’a bersama untuk para pejuang syuhada yang gugur di medan peran serta bagi mereka yang gugur dalam memikirkan nasib bangsa ke depannya.

Allah berfirman di dalam surat al-Araf ayat 96:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرَى اَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَ الْاَرْضِ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi”

Dalam al-Qur’an ditegaskan di penghujung surat al-Hasyr ayat 24 :
هُوَ ٱللَّهُ ٱلْخَٰلِقُ ٱلْبَارِئُ ٱلْمُصَوِّرُ ۖ لَهُ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ ۚ يُسَبِّحُ لَهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ
“Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk rupa, yang mempunyai asmaaul husna. Bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Marilah kita tingkatkan terus darma bakti kita dalam mengisi kemerdekaan ini sesuai keahlian masing-masing. Kita mengabdi untuk bangsa dan negara sesuai dengan kemampuan dan posisi kita masing-masing.

Bagi seorang pegawai maka bekerja dan mengabdilah dengan penuh rasa tanggung jawab, bagi seorang pemimpin, maka pimpinlah dengan penuh kasih sayang dan niat yang tulus, kita tunjukan diri kita kepada Allah swt bahwa kita adalah bangsa yang bersyukur atas segala nikmatnya terutama nikmat kemerdekaan ini.

Janganlah sampai kita berkhianat terhadap negara kita, berkhianat terhadap tugas kita, berkhianat kepada Allah Swt. Karena sesunguhnya penghianatan adalah bentuk kekufuran atas segala nikmat yang telah di berikan oleh Allah sang pemberi rezeki.

إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَٱتَّخِذُوهُ عَدُوًّا ۚ إِنَّمَا يَدْعُوا۟ حِزْبَهُۥ لِيَكُونُوا۟ مِنْ أَصْحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ
“Sesungguhnya syaitan itu menjadi musuh bagimu, maka anggaplah ia sebagai musuhmu.” (QS. Fatir: 6)

Dalil lain yang menjelaskan bahaya hawa nafsu adalah firman-Nya:

وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya hati itu condong kepada kejahatan…” (QS Yusuf: 53)

Dalam Hadis Riwayat Muslim juga disebutkan bahwa Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

أَفْضَلُ الْجِهَادِ أَنْ يُجَاهَدَ الرَّجُلُ نَفْسَهَ وَ هَوَاهُ
“Sebaik-baik jihad adalah berjihad melawan hawa nafsu.” (HR. Muslim)

Bagaimana kita dapat memerdekakan hati dari pengaruh buruk hawa nafsu? Berikut beberapa langkah yang bisa kita lakukan:

1. Menyadari dan Mengakui Dampak Buruk Hawa Nafsu
Langkah pertama dalam memerdekakan hati adalah menyadari betapa berbahayanya pengaruh buruk hawa nafsu terhadap kualitas hidup kita. Kita harus mengakui bahwa hawa nafsu dapat menghalangi kita untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, baik di dunia maupun di akhirat.

2. Meningkatkan Ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Menguatkan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan langkah penting dalam membebaskan hati dari penjajahan hawa nafsu. Dengan mendekatkan diri kepada-Nya melalui ibadah-ibadah yang diperintahkan seperti shalat, puasa, sedekah, serta membaca Al-Qur’an dengan penuh tadabbur dan tajwid, hati akan semakin terpaut pada Sang Pencipta.

3. Mengasah Kemampuan Kendali Diri
Kemampuan kendali diri sangat penting dalam menghadapi godaan-godaan negatif dari hawa nafsu. Kita perlu belajar menolak godaan tersebut dan menjaga perilaku agar selalu sesuai dengan ajaran agama. Dalam menjaga kemampuan kendali diri, kita bisa melatih disiplin dalam beribadah, menjaga pola makan yang sehat, serta menghindari lingkungan dan situasi yang memicu hawa nafsu negatif.

4. Meningkatkan Pengetahuan Agama
Menggali pengetahuan agama juga merupakan langkah penting dalam memerdekakan hati dari pengaruh buruk hawa nafsu. Semakin banyak ilmu agama yang kita miliki, semakin kuat pula keyakinan dan kesadaran kita untuk menolak godaan-godaan negatif tersebut.

Memerdekakan hati dari pengaruh buruk hawa nafsu adalah perjalanan panjang dan tidak mudah. Namun dengan tekad yang kuat, usaha berkelanjutan, serta kerja sama antara individu dan komunitas Muslim, kita dapat mencapai pembebasan hati ini.


Hanif Syairafi Wiratama, Ketua Bidang Kader PK IMM Hajjah Nuriyah Shabran 2023


Sumber: Makna Kehidupan; Refleksi dan Harapan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here