
Oleh : Mochamad Gilang Putra Pratama (202110230311014)
Paulo Freire merupakan penulis buku ini yang berjudul, ‘Pendidikan Kaum Tertindas’. Paulo Freire lahir pada tanggal 19 September 1921 di Recife di sebuah kota pelabuhan brazil, dia adalah anak dari orangtua yang mempunyai latar belakang anggota polisi militer di Pernambuco dari Rio Grande Do Norte. Ayahnya penganut aliran kebatinan dan tidak ikut agama resmi, ibunya yang beragama katolik, orangtuanya mengajarkan kepada Paulo Freire untuk menghargai dan menghormati pendapat orang lain. Pada tahun 1929, Amerika Serikat mengalami krisis ekonomi yang melanda Brazil yang menyebabkan keluarga Paulo Freire terkena dampaknya. Tahun 1931, keluarga Freire pindah ke kota Jabatao dan ayahnya meninggal di kota itu, Profesor Richard Shaull menceritakan pengalaman Paulo Freire tentang kehidupan kaum tertindas dalam buku yang tercetak bahasa inggris, Paulo Freire sempat berhenti sekolah karena orangtuanya mengalami krisis ekonomi. Setelah ekonomi orangtuanya membaik, Paulo Freire mengikuti kejar paket dan setelah itu dia melanjutkan untuk masuk ke perguruan tinggi Universitas Recife dengan mengambil fakultas hukum. Paulo Freire juga belajar filsafat dan psikologi bahasa sambil kerja paruh waktu menjadi guru bahasa Portugis di sekolah lanjutan.
Pada tanggal 1944, Paulo Freire menikah dengan Elza Maia Costa Oliviera, yang berprofesi sebagai guru sekolah dasar. Istrinya berasal dari Recife. Mereka dikarunia i tiga orang putri dan dua orang putra . Freire berkata bahwa pada saat itu perhatiannya mengenai teori-teori pendidikan pendidikan mulai tumbuh. Paula Freire saat itu lebih banyak membaca tentang pendidikan daripada tentang hukum. Paulo Freire bekerja sebagai pejabat dalam bidang kesejahteraan, serta menjadi direktur bagian pendidikan dan budaya SESI (pelayanan sosial) di negara bagian Pernambuco. Pada tahun 1946-1954 Paulo Freire memiliki pengalaman kontak langsung bersama kaum miskin di kota-kota yang menjadikannya sebuah pengalaman yang sangat bermanfaat dalam penelitiannya pada tahun 1961 dan menjadi bahan dalam metode dialogik dalam pendidikan. Terjunnya Paulo Freire di bidang pendidikan, dalam sejarah filsafat pendidikan yang diberikannya di Universitas Recife, tempat dia memperoleh doktor pada tahun 1959.
Pada tahun 1960an banyak terjadi masalah keresahan sosial di Brasil. Pada tahun itu banyak sejumlah gerakan pembaruan berkembang secara bersamaan. Banyak macam aliran, ada yang beraliran sosialis, ada yang beraliran komunis, dan ada yang beraliran kristen. Lalu ada yang bergerak di kalangan seniman, buruh, dan petani. Masing-masing digerakkan oleh tujuan politik. Saat itu Brazil mempunyai penduduk sekitar 34,5 juta jiwa dan hanya 15,5 juta dapat ikut pemilihan umum. Metodenya dinamakan metode Paulo Freire, bekerja bersama timnya untuk menarik kaum tuna aksara agar dapat belajar membaca dan menulis dalam waktu yang cukup singkat. Tuna aksara juga dikenalkan ke dalam kesadaran politik. Mereka secara aktif secara nyata ikut menentukan arah perkembangan bersama. Paulo Freire wafat pada tanggal 2 Mei tahun 1997
Paulo Freire pernah dipenjarakan selama tujuh puluh hari karena tertuduh menjalankan kegiatan yang membahayakan bagi keselamatan bangsa, pemerintah menganggap beliau seorang yang menentang kebijakan pemerintah sehingga dia dipenjara oleh pemerintah, Selama di penjara, dia meninggalkan segala aktivitasnya. Karya Paulo Freire bukan hanya itu saja namun dia juga di tunjuk untuk menjadi pengarah untuk pendidikan pertanian. Buku Paulo Freire yang berjudul Educao como Practica de Liberdade (Pendidikan sebagai pelaksanaan pembebasan) yang diterbitkan di Brazil.
Buku Paulo Freire yang paling terkenal adalah Pedagogy Of The Oppressed. Pada bab pertama membahas tentang kebutuhan pendidikan bagi kaum tertindas. masalah sentral manusia merupakan humanisasi. Humanisasi adalah suatu hal yang harus diperjuangkan, karena sejarah mengatakan humanisasi dan dehumanisasi merupakan alternatif yang nyata. Kaum tertindaslah yang dapat paham mengenai makna penindasan, karena mereka pernah mengalami hal tersebut.
Keadaan masyarakat selalu dikaitkan Paulo Freire dengan dunia pendidikan. Dia mengatakan bahwa tidak ada pendidikan yang netral. Hal ini mengajak semua orang untuk berpikir kritis, jeli, dan waspada terhadap kebijakan pendidikan yang selalu diwacanakan seakan akan objektif.
Dalam keadaan yang ada di Indonesia ini banyak kasus yang terjadi dalam masyarakat Indonesia masih banyak orang yang tuna aksara di daerah terpencil atau di daerah pedalaman yang masih menganut tradisi mereka yang tidak mau menerima kemajuan teknologi atau globalisasi atau pemerintah pun juga masih kurang tegas dengan peraturan wajib belajar usia 9 tahun banyak anak anak pedalaman yang mau ke sekolah saja menyebrangi sungai dan terkadang membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di sekolah dan banyak jalan yang masih belum mendapat perbaikan dan masih menggunakan jalan setapak , hal inilah dalam segi infrastruktur yang masih kurang mendapat perhatian dari pemerintah yang masih fokus di daerah perkotaan , sehingga menimbulkan ketimpangan pendidikan antara anak pedalaman desa dengan anak perkotaan, sungguh di sayangkan seandainya pemerintah membangun infrastruktur pendidikan yaitu memperbanyak sekolah sekolah di dekat perkampungan pedalaman dan memperbaiki jalan jalan yang masih setapak, dan tidak akan ada ketimpangan pendidikan ini, padahal pendidikan adalah hal wajib yang harus mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah terkait karena dari pendidikanlah negara bisa menjadi negara maju yang saat ini masih menjadi negara berkembang dan yang paling terpenting bagi masyarakat adalah mendapatkan ilmu yang baru dan mempunyai wawasan yang luas terhadap negara kita dan negara lain, dan inilah yang di inginkan oleh Paulo Freire yang menginginkan berubahnya sistem pendidikan menjadi lebih tersusun dan beralih ke arah yang benar, dan Paulo Freire ingin masyarakat kecil mempunyai pendidikan yang sama dengan yang lain, dan pendidikan kita masih menggunakan pendidikan satu arah di mana pendidik mengajarkan kepada muridnya tidak menggunakan pola diskusi melainkan pendidikan yang harus taat dengan apa yang di sampaikan pendidik tersebut sehingga orang yang belajar tidak bisa leluasa untuk berpikir kritis sehingga banyak orang yang sampai detik ini pun yang masih ketergantungan dengan pola didik seperti itu , sebetulnya pendidikan satu arah merupakan pendidikan yang banyak kelemahannya membuat siswa tidak bisa mengutarakan pendapatnya tidak bisa berdiskusi dengan baik pola belajar seperti ini yang tidak bisa membuat negara kita maju , dan membuat sifat otoriter sejak kecil sebaiknya pola pembelajaran satu arah ini cepat di hilangkan dari dunia pendidikan pendidikan satu arah adalah pendidikan model lama dan kita harus menganut pendidikan dua arah agar tidak mudah di manfaat kan oleh golongan/kelompok tertentu dan Paulo Freire menuntut agar masyarakat lebih kritis terhadap pendidikan.