
KABARMUH.ID, SURAKARTA – Pondok Hajjah Nuriyah Shabran Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) atau yang akrab disebut Pondok Shabran UMS, segera memulai pembangunan gedung baru sebagai langkah nyata dalam meningkatkan fasilitas mahasantri. Saat ini, proses pembongkaran tengah berlangsung. Bangunan lama yang telah berdiri sejak 1980-an itu kini menjadi saksi berakhirnya satu babak sejarah, sekaligus menandai dimulainya era baru bagi peradaban pondok ini.
Wakil Kepala Pondok Hajjah Nuriyah Shabran UMS, Muk Andhim, S.Pd., M.Pd., menyampaikan bahwa pihak pondok telah melakukan berbagai langkah preventif agar proses pembangunan berjalan dengan lancar dan tidak menimbulkan dampak negatif bagi warga sekitar.
“Memang ada beberapa keluhan dari warga sekitar, tetapi pihak pondok telah mengupayakan secara preventif. Sebelum pembangunan dimulai, sudah ada pertemuan antara warga, tokoh agama desa, dan pihak pondok,” jelasnya. Minggu, (12/10).
Ia menambahkan, pembangunan ini ditargetkan memakan waktu antara 8 bulan hingga 1 tahun, sesuai dengan perencanaan dari tim pembangunan Direktorat Aset, Sarana, dan Prasarana UMS.
“Semoga dengan dibangunnya fasilitas baru ini, Pondok Shabran dapat menjadi tempat perkaderan dan pendidikan yang lebih baik bagi kader Muhammadiyah dari seluruh Indonesia,” harapnya.

Bagi sebagian orang, pembongkaran itu menimbulkan rasa haru. Namun di sisi lain, banyak juga yang menyambutnya dengan semangat pembaruan. Salah satunya datang dari Alfin Nur Ridwan, alumni Pondok Shabran UMS, yang mengaku sempat tak menyangka gedung utama akan ikut dibongkar.
“Tidak menyangka saja, soalnya yang sudah lama dibongkar itu awalnya hanya gedung Baitul Arqam. Jadi saya kira bangunan itu saja yang akan direnovasi, karena memang sudah rusak cukup parah,” ujarnya.
Meski mengaku bahagia dengan rencana pembangunan, Alfin tidak menampik bahwa perasaan sedih tetap ada.
“Ada bahagia dan sedihnya. Senang karena akhirnya Shabran bisa direnovasi dan lebih nyaman buat mahasantrinya, tapi di sisi lain tetap ada cerita dan sejarah yang akan hilang. Bangunan itu adalah saksi bisu perjuangan kami dulu,” kenangnya.
Sementara itu, salah satu santri aktif, Zahfa Almedina, justru mengekspresikan kegembiraan mendalam atas dimulainya pembangunan tersebut.
“Saya sangat senang dan bahagia, karena bangunan lama sudah rapuh dan tidak bisa digunakan lagi. Selain itu, jumlah mahasantri yang semakin banyak membuat kami benar-benar membutuhkan gedung baru,” ujarnya dengan antusias.
Bagi Zahfa, pembangunan ini bukan sekadar proyek fisik, tapi juga bentuk penghormatan pada sejarah Pondok Shabran yang legendaris.
“Pondok Shabran itu terkenal karena sejarahnya yang panjang. Jadi menurutku pembangunan ini bukan menghapus sejarah, tapi justru membuat pondok semakin modern tanpa kehilangan maknanya,” tambahnya.
Zahfa juga menyampaikan harapan agar para alumni tetap merasa bangga, meskipun gedung yang dulu mereka tempati kini telah rata dengan tanah.
“Aku yakin para alumni juga bangga, karena pondok mereka berkembang. Ini bukan akhir, tapi awal yang baru,” tutupnya.
Dengan semangat pembaruan dan dukungan dari berbagai pihak, pembangunan Pondok Shabran UMS diharapkan menjadi tonggak baru bagi generasi mahasantri berikutnya. Generasi yang tumbuh dalam tradisi, tapi berpikir maju untuk masa depan.
Kontributor: Arsy/Adi
Editor: Alfarabi



