Oleh: Fathan Faris Saputro
Seiring dengan perkembangan pesat teknologi dan konektivitas global, dunia kita semakin terjerat dalam jaringan digital. Fenomena ini telah mengubah banyak aspek kehidupan sehari-hari kita, dari cara kita berkomunikasi hingga bagaimana kita bekerja. Namun, di balik gemerlapnya dunia digital ini, muncul juga perasaan iri hati yang semakin merajalela. Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi hubungan antara digitalisasi dan perasaan iri hati.
Digitalisasi, tanpa diragukan lagi, telah membawa banyak manfaat. Ini telah memudahkan akses informasi, memungkinkan kolaborasi global, dan memberikan kemampuan untuk melakukan pekerjaan dari mana saja. Namun, dengan segala manfaat itu, ada juga konsekuensi negatif. Salah satunya adalah adanya perbandingan yang konstan dengan orang lain melalui media sosial. Ini adalah salah satu faktor utama yang memicu perasaan iri hati.
Ketika kita terus-menerus terpapar dengan pencapaian dan kebahagiaan orang lain di platform media sosial, mudah bagi kita untuk merasa kurang puas dengan kehidupan kita sendiri. Gambar-gambar yang diunggah oleh teman-teman kita yang liburan di tempat-tempat eksotis, atau kesuksesan teman sekolah yang memamerkan pencapaian akademik mereka, seringkali membuat kita merasa kurang berarti. Hal ini mendorong timbulnya perasaan iri hati yang merusak kesejahteraan mental kita.
Digitalisasi juga telah memperluas kesenjangan sosial. Meskipun teknologi telah memberikan akses lebih besar ke informasi dan peluang, tidak semua orang memiliki akses yang sama. Ada orang yang tidak mampu mengikuti perkembangan teknologi atau memanfaatkannya sepenuhnya. Hal ini dapat memperburuk perasaan iri hati, karena mereka merasa tertinggal dan tidak mampu bersaing dalam dunia yang semakin terhubung.
Perasaan iri hati yang dipicu oleh digitalisasi juga dapat berdampak negatif pada hubungan sosial. Ketika kita terlalu fokus pada pencapaian dan kebahagiaan orang lain, kita mungkin lupa untuk menghargai hubungan kita sendiri. Ini dapat menyebabkan ketegangan dalam hubungan dengan teman, keluarga, dan rekan kerja. Kita mungkin terlalu sibuk membandingkan diri kita dengan orang lain sehingga tidak mampu merasakan kebahagiaan orang lain.
Bagaimana kita bisa mengatasi perasaan iri hati yang dipicu oleh digitalisasi? Pertama-tama, penting untuk mengenali bahwa gambaran yang ditampilkan di media sosial seringkali hanya bagian kecil dari kehidupan seseorang. Orang seringkali memilih untuk membagikan momen-momen bahagia mereka daripada kesulitan mereka. Oleh karena itu, kita sebaiknya tidak terlalu serius dalam mengukur nilai kita berdasarkan perbandingan dengan orang lain di media sosial.
Selanjutnya, penting untuk berfokus pada apa yang benar-benar penting dalam hidup kita. Daripada menghabiskan waktu yang berharga untuk membandingkan diri dengan orang lain, kita sebaiknya memusatkan perhatian pada pengembangan diri, hubungan, dan pencapaian pribadi yang sesuai dengan nilai dan tujuan kita.
Kita juga dapat membatasi paparan diri kita terhadap media sosial dan teknologi. Menghabiskan terlalu banyak waktu di platform-platform ini hanya akan memperkuat perasaan iri hati. Sebaliknya, mengalokasikan waktu untuk kegiatan di dunia nyata dan meresapi momen-momen penting dalam hidup kita dapat membantu mengurangi perasaan iri hati.
Dalam dunia yang semakin terdigitalisasi, perasaan iri hati bisa menjadi masalah yang nyata. Namun, dengan kesadaran dan tindakan yang tepat, kita dapat mengelola dan mengatasi perasaan ini. Penting untuk ingat bahwa kebahagiaan dan keberhasilan sejati tidak dapat diukur dengan apa yang kita lihat di media sosial. Mereka lebih tentang bagaimana kita menjalani kehidupan kita, menghargai hubungan kita, dan mencapai tujuan pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai kita. Jadi, mari bersama-sama berupaya untuk melepaskan diri dari perangkap perasaan iri hati yang digerakkan oleh digitalisasi.
Saat kita berusaha untuk mengatasi perasaan iri hati yang dipicu oleh digitalisasi, penting juga untuk merenung tentang peran teknologi dalam kehidupan kita. Sementara teknologi membawa manfaat besar, kita juga harus belajar untuk menggunakan alat-alat ini dengan bijak. Ini berarti tidak hanya memahami cara teknologi bekerja, tetapi juga memiliki kontrol atas sejauh mana kita terlibat dengan teknologi tersebut.
Penting untuk menetapkan batasan dan menjaga keseimbangan dalam penggunaan teknologi. Misalnya, Anda dapat menentukan waktu khusus untuk memeriksa media sosial dan email, dan kemudian meluangkan waktu yang lebih lama untuk bersantai tanpa gangguan teknologi. Ini membantu Anda menjaga keseimbangan antara dunia digital dan dunia nyata.
Mendukung satu sama lain dalam menghadapi perasaan iri hati juga merupakan langkah yang baik. Kita semua mengalami perasaan ini dari waktu ke waktu, dan mendiskusikannya dengan teman atau keluarga yang dipercayai dapat membantu kita merasa lebih terhubung dan kurang terisolasi. Bersama-sama, kita dapat mengatasi perasaan iri hati dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat di era digital ini.
Penting untuk terus-menerus merenungkan nilai-nilai kita dan apa yang benar-benar penting dalam hidup kita. Digitalisasi mungkin telah mengubah cara kita berinteraksi dan bekerja, tetapi nilai-nilai inti seperti cinta, persahabatan, kebahagiaan, dan pemahaman diri tetap penting. Dengan memusatkan perhatian pada hal-hal ini, kita dapat mencapai keseimbangan dan kepuasan dalam era digital ini.
Digitalisasi telah membawa banyak manfaat dan peluang, tetapi juga memunculkan perasaan iri hati yang semakin merajalela. Penting untuk mengenali perasaan ini dan mengambil langkah-langkah untuk mengatasi mereka. Dengan kesadaran, pengaturan batasan dalam penggunaan teknologi, dukungan sosial, dan pemahaman nilai-nilai inti, kita dapat menjalani kehidupan yang lebih seimbang dan memuaskan dalam era digital ini. Jangan biarkan digitalisasi menguasai hidup kita; sebaliknya, mari gunakan teknologi sebagai alat yang mendukung tujuan dan kebahagiaan kita. Wallahu a’lam bishawab.