Oleh: Qonitah Tsabitah Azmi dan Shifa Salsabilah, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof.Dr. Hamka
Perkembangan zaman ini, masyarakat mulai dihadapi dengan persoalan yang kompleks, baik persoalan yang berkaitan dengan pribadinya, keluarga, pekerjaan, maupun permasalahan lainnya. Permasalahan ini akhirnya membuat munculnya rasa pesimis dan takut dalam menghadapi kehidupan. Tak hanya itu, manusia juga seringkali mengalami kecemasan akibat diri tidak dapat hadir dalam situasi saat ini dan terlalu memikirkan apa yang terjadi nanti.
Kecemasan atau anxiety merupakan fenomena psikologis yang umumnya terjadi pada individu di berbagai situasi kehidupan. Kecemasan seringkali ditandai dengan meningkatnya tekanan perasaan (frustrasi) dan pertentangan batin (konflik). Beberapa treatment diciptakan oleh Psikologi Barat dengan tujuan untuk meredakan maupun menghilangkan kecemasan. Hal ini dapat diartikan bahwasannya setiap manusia yang mengalami kecemasan tentu mendambakan adanya ketenangan batin dalam dirinya.
Al-Qur’an sebagai sumber ilmu, telah menjelaskan berbagai permasalahan yang dihadapi manusia termasuk permasalahan dinamika jiwa. Adanya konflik dan perasaan negatif dalam diri manusia tidak luput dari perhatian firman-Nya. Untuk itu, Al-Qur’an menghadirkan solusi agar manusia dapat memperoleh ketenangan batin yakni dengan berdzikir. Dzikir adalah suatu usaha manusia dalam mendekatkan diri kepada Allah dengan cara mengingat Allah dan mengingat keagungan-Nya. Dzikir menjadi salah satu cara yang diperkenalkan oleh Al-Qur’an agar hati yang semula mengalami konflik akhirnya mencapai ketenangan dan ketenteraman. Hal ini sebagaimana terdapat dalam firman-Nya yang berbunyi:
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Q.S Ar-Ra’d [13]: 28).
Dzikir telah digunakan sebagai terapi gangguan kejiwaan dalam ajaran Islam sejak masa Rasulullah saw. Saat ini, metode ini telah dibahas secara menyeluruh dan diakui sebagai alternatif yang sangat efektif untuk mengatasi gangguan kejiwaan.
Dzikir dalam Perspektif Tasawuf
Bahasan terkait ketenangan batin tak lengkap apabila tidak dibahas dari sudut pandang tasawuf. Hal ini dikarenakan tasawuf merupakan ilmu yang didasarkan pada keinginan untuk memperoleh ketenangan dan cinta Sang Pencipta dengan cara menyucikan jiwa dan hati sehingga diri senantiasa dekat dengan Dzat-Nya.
Tasawuf atau sufisme merupakan salah satu aspek mistik Islam yang menekankan pada pencapaian kedamaian batin dan kedekatan dengan tuhan melalui berbagai praktik psikosipritual. Praktik utama dalam tasawuf adalah dzikir, yang dilakukan dengan berbagai cara, seperti pengulangan kata-kata suci, meditasi, dan kontemplasi. Dalam tasawuf, dzikir termasuk ke dalam praktik psikospiritual. Psikospiritual berasal dari kata psiko yang berarti diri atau jiwa. Sedangkan spiritual berasal dari kata spirit dari kata benda bahasa latin “Spiritus” yang berarti nafas (breath) dan kata kerja spirare yang berarti bernafas. Melihat asal katanya, hidup adalah untuk bernafas, dan memiliki nafas artinya memiliki spirit. Menjadi spiritual berarti mempunyai ikatan yang lebih kepada hal yang bersifat kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal yang bersifat fisik atau material.
Sesuai dengan asal katanya, psikospiritual merupakan kombinasi perkataan psikologi dan spiritual. Psiko atau jiwa mengacu pada aspek kognitif, emosional, dan psikomotorik. Namun psikologi telah menambahkan elemen lain ke dalam diskusi ini: spiritualitas. Dari sinilah nama psikospiritual berasal. Spiritualitas merupakan unsur spiritual yang merupakan kebalikan dari aspek material. Menurut Banner (1998), psikospiritualitas merupakan unsur internal yang berkaitan dengan pikiran bersama dengan akal dan nafsu. Psikospiritual juga merupakan upaya untuk menangani masalah psikologis dengan menggabungkan pendekatan spiritual dan psikologis. Praktik dasar sufi dalam penerapan praktik psikospiritual untuk meningkatkan spiritualitas diantaranya meliputi puasa, pengasingan, adab, zikir kepada Tuhan, dan zikir kematian.
Dzikir sebagai Terapi Psikospiritual
Salah satu praktik psikospiritual yang diterapkan pada era modern ini untuk mengatasi kecemasan yaitu dzikir. Berbagai metode telah diupayakan untuk meredakan kecemasan, mulai dari terapi psikologis hingga meditasi. Namun, dzikir menjadi metode yang efektif dalam praktik tasawuf. Dzikir yang dalam ajaran islam, memiliki makna “mengingat nikmat Allah swt atau menyebut lafadz Allah swt”. Dzikir dalam konteks ini merupakan praktik spiritual yang dapat menenangkan gejolak emosi dan psikologis yang dialami seseorang.
Dalam tasawuf, dzikir dianggap sebagai cara untuk mencapai kedamaian batin dan mendekatkan diri kepada Allah. Menurut Imam Al-Ghazali, dzikir merupakan bentuk ibadah yang dilakukan dengan menyebut dan mengingat tuhan. Dzikir berperan penting untuk membangun kedekatan spiritual dengan tuhan, Mereka dapat mengarahkan pikiran dan hati mereka pada Tuhan dengan mengingat dan mengulangi nama-Nya. Ini akan memungkinkan mereka untuk menjadi lebih dekat dengan dan menyadari Tuhan mereka.
Dampak Psikologis Dzikir
Studi modern telah menunjukkan bahwa dzikir memiliki efek positif pada kesehatan mental. Pada penelitian yang dilakukan (Ali, 2016) menekankan bahwa zikir dapat menjadi salah satu alternatif yang efektif untuk mengatasi kecemasan. Praktik zikir terbukti meningkatkan ketenangan batin dan memberikan rasa aman pada individu. Zikir membantu individu merasa lebih dekat dengan Allah SWT, yang memberikan perlindungan spiritual dan memperkuat kepercayaan diri.
Selain itu, penelitian lain yang diterbitkan Jurnal Akhlak dan Tasawuf, Dzikir sebagai bagian dari tasawuf terbukti efektif dalam mengurangi kecemasan dan meningkatkan kesehatan mental. Selain itu, pendekatan ini juga membantu individu untuk mencapai keseimbangan emosional dan spiritual (Wahyudi, 2018)
Praktik Dzikir untuk Meredakan Kecemasan
Berikut adalah beberapa cara sederhana yang dapat dilakukan untuk merasakan manfaat dzikir dalam meredakan kecemasan:
- Pilihlah posisi duduk yang nyaman, seperti duduk di kursi, bersila, atau jika sedang sakit, ambil posisi tiduran atau posisi seperti saat shalat.
- Tenangkan diri sepenuhnya sebelum memulai.
- Mulailah dengan menyebutkan kata-kata atau kalimat-kalimat dalam hati dengan tenang, seperti “La ilaha illallah” (Tidak ada Tuhan selain Allah) atau “Subhanallah” (Maha Suci Allah), misalnya dengan duduk bersila sambil berdzikir.
- Tariklah nafas perlahan dan buanglah nafas melalui mulut secara perlahan sampai posisi tubuh membungkuk atau dalam posisi sujud.
- Jika memilih posisi duduk seperti saat shalat, pastikan dahi menyentuh lantai. Teruslah mengeluarkan nafas sampai perut dan paru-paru terasa sangat kosong. Ketika berada dalam posisi sujud dengan kepala tetap menyentuh lantai, bolehlah menahan nafas sejenak.
- Lanjutkan langkah-langkah ini hingga Anda merasa benar-benar lega.