Oleh: Muhammad Awaluddin Rahmat (Kader IMM FAI UMY)

Islam hadir sebagai ajaran yang memberikan pedoman hidup bagi umat manusia dengan menekankan keseimbangan antara nilai-nilai spiritual dan realitas kehidupan. Dalam sejarah perkembangannya, Islam sering dihadapkan pada tantangan bagaimana mempertahankan kemurnian ajarannya di tengah dinamika sosial dan kemajuan zaman. Di Indonesia, Muhammadiyah menjadi salah satu organisasi Islam yang menonjol dalam upaya mengharmoniskan antara purifikasi ajaran Islam dan pembaruan pemikiran. Sebagai gerakan tajdid (pembaruan), Muhammadiyah dikenal dengan pendekatan puritanisme dalam membangun pemahaman Islam yang lebih murni, bebas dari unsur takhayul, bid’ah, dan khurafat. Namun, di sisi lain, Muhammadiyah juga mengusung semangat Islam Berkemajuan, yang mendorong umat Islam untuk terbuka terhadap ilmu pengetahuan, teknologi, dan perubahan sosial tanpa kehilangan identitas keislamannya. Pendekatan ini sejalan dengan konsep Islam Wasathiyah, yaitu Islam yang moderat, tidak ekstrem dalam konservatisme, tetapi juga tidak terjebak dalam liberalisme yang berlebihan.

Oleh karena itu Muhammadiyah dengan gerakan purifikasinya serta paham dengan mdernisasi beragama yang menjadikan Muhammadiyah acapkali di identitaskan sebagai Islam Modernis, Islam Murni, Islam Reformis, Islam Puritan, Islam Progresif, Islam Moderat, hingga Wahabi. Maka dalam praktiknya, Muhammadiyah mendirikan berbagai lembaga pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, sebagai wujud komitmennya dalam mengembangkan Islam yang berbasis ilmu pengetahuan. Bahkan tidak hanya itu, Muhammadiyah juga memiliki karakteristik yang unik dengan adanya, MUNU (Muhammadiyah-NU), hingga Krismuha (Kristen-Muhammadiyah).

Islam Wasathiyah Dalam Muhammadiyah

Gerakan dakwah Muhammadiyah berfokus pada pemurnian akidah sekaligus mendorong umat Islam untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman melalui pemanfaatan teknologi dan inovasi. Konsep Islam Wasathiyah yang diusung Muhammadiyah tercermin dalam sikapnya yang menolak ekstremisme, baik dalam bentuk konservatisme yang kaku maupun liberalisme yang berlebihan. Muhammadiyah juga aktif dalam kegiatan sosial, seperti pelayanan kesehatan dan bantuan kemanusiaan, sebagai bagian dari implementasi ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Dengan kombinasi antara purifikasi dan pembaruan, Muhammadiyah terus berusaha menjaga keseimbangan antara keteguhan dalam prinsip Islam dan keterbukaan terhadap perubahan sosial.

Dalam hal ini Muhammadiyah sudah cukup mejaga kekokohan dalam purufikasi dan dinamisasi. Mengutip dari KH. Abdul Mu’ti (Sekretaris Umum PP Muhamadiyah) bahwa “Islam Wasathiyah bukan hanya soal keseimbangan, tetapi juga keberpihakan terhadap keadilan, kemanusiaan, dan kemajuan”. Ada beberapa hal yang dapat kita maknai bersama sebagai bentuk representasi diri. Pertama, Islam Wasathiyah Bukan Sekadar Keseimbangan, tetapi sikap aktif. Banyak yang mengartikan Islam Wasathiyah (Islam Moderat) hanya sebagai posisi tengah antara ekstrem kanan (konservatif-radikal) dan ekstrem kiri (liberal-sekular). Namun, KH. Abdul Mu’ti menegaskan bahwa Islam Wasathiyah bukan hanya soal “netral” atau mengambil posisi tengah, melainkan memiliki keberpihakan terhadap nilai-nilai yang lebih besar, yaitu keadilan, kemanusiaan, dan kemajuan. Kedua, Keberpihakan terhadap Keadilan. Keadilan dalam Islam tidak hanya berarti kesetaraan di mata hukum, tetapi juga mencakup keadilan sosial, ekonomi, dan politik. Muhammadiyah sebagai organisasi Islam Wasathiyah selalu berpihak pada umat yang tertindas dan mendorong pemerintahan yang bersih serta bebas dari korupsi. Salah satu contoh konkritnya adalah Muhammadiyah sering menyuarakan kritik terhadap ketimpangan sosial dan mendukung kebijakan yang berpihak pada rakyat kecil. Dan Muhammadiyah aktif dalam advokasi kebijakan publik, seperti dalam isu pendidikan dan kesehatan. Sebagai organisasi Islam yang berpegang pada prinsip tajdid (pembaruan), Muhammadiyah telah berhasil menjaga keseimbangan antara purifikasi ajaran Islam dan dinamisasi dalam merespons perkembangan zaman. Dengan pendekatan Islam Wasathiyah, Muhammadiyah tidak hanya menghindari ekstremisme dalam beragama, tetapi juga aktif dalam memperjuangkan nilai-nilai keadilan, kemanusiaan, dan kemajuan. Hal ini tercermin dalam berbagai aspek, seperti pendidikan, kesehatan, dakwah, dan sosial kemasyarakatan. Muhammadiyah berperan dalam membangun tatanan masyarakat yang inklusif, menolak fanatisme berlebihan, serta mendorong umat Islam untuk beradaptasi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa kehilangan jati diri keislaman.

Keseimbangan Puritanisme dan Kemajuan Muhammadiyah

Berbicara puritanisme dalam Muhammadiyah tercermin dari semangat pemurnian ajaran Islam yang berlandaskan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Muhammadiyah menolak praktik keagamaan yang dianggap sebagai bid’ah, takhayul, dan khurafat (TBC) serta menegakkan ajaran Islam yang bersih dari penyimpangan. Dalam aspek ini, Muhammadiyah memiliki kesamaan dengan gerakan-gerakan pembaruan Islam yang menitikberatkan pada tauhid yang murni dan pelaksanaan ibadah yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Namun, berbeda dengan paham puritan yang rigid dan eksklusif, Muhammadiyah tetap mempertahankan sikap wasathiyah atau moderasi dalam menjalankan purifikasi agama. Sikap ini menjauhkan Muhammadiyah dari ekstremisme dan memungkinkan fleksibilitas dalam menghadapi realitas sosial yang dinamis.

Sedangkan, kemajuan Muhammadiyah juga memiliki karakter modernis dan progresif. Semangat tajdid (pembaruan) yang diusung Muhammadiyah tidak hanya dalam aspek teologis, tetapi juga dalam ranah sosial, pendidikan, dan ekonomi. Organisasi ini berperan aktif dalam mendirikan sekolah, universitas, rumah sakit, dan berbagai lembaga sosial sebagai bentuk nyata dari Islam yang berkemajuan. Pemikiran keislaman Muhammadiyah menekankan pentingnya ijtihad, yaitu upaya memahami Islam sesuai dengan konteks zaman. Oleh karena itu, Muhammadiyah tidak menolak ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan justru menggunakannya untuk kemajuan umat. Dengan demikian, Muhammadiyah mampu menghadirkan Islam sebagai solusi bagi tantangan kehidupan modern, tanpa kehilangan esensi nilai-nilai Islam yang autentik.

Penutup

 Sebagai penutup, Islam Wasathiyah dalam Muhammadiyah itu tentang menjaga keseimbangan antara menjaga kemurnian ajaran Islam dan mengikuti perkembangan zaman. Muhammadiyah bukan hanya berfokus pada pemurnian ajaran Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah, tapi juga terbuka terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi agar umat Islam bisa terus maju. Sebagai organisasi Islam yang moderat, Muhammadiyah menolak sikap beragama yang terlalu kaku atau terlalu bebas. Mereka punya komitmen kuat terhadap keadilan, kemanusiaan, dan kemajuan, yang diwujudkan lewat berbagai bidang seperti pendidikan, kesehatan, kegiatan sosial, dan advokasi kebijakan publik. Dengan cara ini, Muhammadiyah terus berusaha menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, maju, dan tetap berpegang pada nilai-nilai Islam. Islam Wasathiyah dalam Muhammadiyah bukan cuma soal keseimbangan, tapi juga tentang berpihak pada nilai-nilai yang membawa manfaat bagi umat dan bangsa.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here