KABARMUH.COM – Surakarta, Menjadi organisasi Islam besar dan lengkap dengan ratusan ribu amal usaha dalam bidang Pendidikan, kesehatan dan sosial ternyata memiliki tantangan tersendiri. Persyarikatan Muhammadiyah setidaknya memiliki dua tantangan besar. Sebagaimana yang dituturkan oleh guru besar Universitas Muhammadiyah Surakarta Prof. Fattah Santoso, bahwasannya Muhammadiyah harus mampu “menginternalisasi” dan “menginternasionalisasikan” ideologi dan gerakannya secara massif.
Merespon hal ini, LPPIK UMS telah sukses mengadakan pelatihan yang dikemas dalam pentuk Daurah Pengembangan Cabang dan Ranting Muhammadiyah (Daurah LPCR). Agenda penting ini telah terlaksana dengan khidmat pada Rabu-Kamis (6-7) di komplek aula Pondok Hajjah Nuriyah Shabran UMS Kartasura. Kegiatan ini diikuti oleh 50 peserta perwakilan dari setiap Angkatan mahasantri Pondok Shabran.
Ustadz Sahman Zaenudin selaku Pembina Pondok Shabran sangat mengapresiasi aktivitas yang diselenggarakan oleh LPPIK UMS ini. Perlu diketahui bahwasannya mahasantri yang mukim di Pondok Shabran merupakan kader utusan yang dikirim mulai dari provinsi Aceh hingga ujung provinsi Papua. Mereka memikul beban untuk mengembangkan cabang dan ranting Muhammadiyah di daerah asalnya. Sehingga daurah LPCR ini tentu sangat relevan dan tepat sasaran.
Di samping itu yang menjadikan agenda ini luar biasa ialah karena mendatangkan para pakar maupun praktisi yang telah lama berjuang baik dari hulu pucuk pimpinan maupun hilir di cabang ranting. Pemateri yang menjadi narasumber di antaranya, Ustadz Norma Permata, P.hd (Ketua LPCR Pusat), Ustadz Wiwaha, S.Pd (Ketua PDM Sukoharjo), KH. Jindar Wahyudi, M.Ag (Ketua PDM Boyolali) dan KH. Yayuli Al-Demaky, M.PI (Kabid Pengamalan AIK dan pengkaderan Ponpes Hajjah Nuriyah Shabran LPPIK UMS).
Dengan seabrek pengalaman yang dimiliki, Ustadz Norma seolah menghipnotis para peserta daurah di dalam penyampaian materi. Beliau memaparkan strategi pengembangan cabang ranting Muhammadiyah menggunakan analisis SWOT. Di samping itu beliau sangat menekankan untuk menjadikan big data dan tertib administrasi sebagai basis pengembangan cabang ranting Muhammadiyah.
Anggi Mahendra dengan antusias menyimak dan mencatat materi yang dipaparkan oleh para pemateri.
“Daurah pengembangan cabang dan ranting ini sangat berharga bagi saya pribadi. Materi demi materi yang saya dapatkan membuka wawasan dan sekaligus menjadi motivasi untuk semakin mengembangkan diri. Ternyata dinamika Muhammadiyah di luar sana sangat menarik. Jujur, saya bangga bisa mengikuti pelatihan ini.” Ungkap kader utusan Lampung yang sekarang duduk di semester 6 prodi IQT UMS ini.
Ustadz Winarno,M.PI menuturkan bahwa cabang dan ranting merupakan nadi pergerakan persyarikatan Muhammadiyah. Baik atau buruknya gerak persyarikatan ke depan sangat ditentukan oleh cabang dan ranting. Oleh karenanya harus terus diperhatikan dengan seksama.
“Gerak langkah persyarikatan tergantung dari cabang dan rantingnya. Maka pengelolaan cabang dan ranting yang baik akan membawa dampak kepada roda persyarikatan menjadi kuat dan dinamis” pungkas Ustadz Winarno selaku Kasubid Kaderisasi Pondok Shabran LPPIK UMS.