KABARMUH.ID, Jakarta – Organisasi Humanity United Project Indonesia (HUPI) menerima kedatangan Omer Kanat, seorang pendukung Zionis yang berkedok pembela Uyghur di Indonesia.
Penerimaan itu secara nyata tampak dalam International Focus Group Discussion (FGD) yang diinisiasi oleh organisasi Humanity United Project Indonesia berkolaborasi dengan Uyghur Human Rights Project di Hotel Alia Cikini pada Senin (2/9/24).
Namun nyatanya, World Uyghur Congress (WUC) ternyata diam-diam mendapat sokongan dana dari Barat.
Hal itu tampak dari sikap standar ganda yang dilakukan oleh media-media Barat dalam framing pemberitaan yang bias yang dilancarkan lewat NGO internasional.
World Uyghur Congress (WUC) merupakan NGO internasional yang sangat nyaring bersuara mengkampanyekan HAM etnis Uyghur Xinjiang Tiongkok di seluruh dunia.
Begitupun dalam pernyataan resminya pada (9/10/) World Uyghur Congress (WUC) yang berpusat di Jerman secara terang-terangan mendukung Israel dan tidak menyinggung sama sekali korban Israel di Gaza.
Sebagaimana tampak dalam unggahan Dolkun Isa, Presiden World Uyghur Congress (WUC) di laman Xnya pada 10 Oktober lalu, kemudian diperkuat oleh Rushan Abbas dan Omer Kanat, dua aktivis Uighur Human Right Program Project (UHRP) yang kerap kali datang ke Indonesia dan Malaysia untuk berkampanye mencari dukungan organisasi dan kelompok Muslim untuk aktivitasnya.
Ditolak Malaysia
Sebelum diterima di Indonesia, Omer Kanat sempat menjadwalkan untuk berkampanye ke Malaysia, tetapi ditolak. Sebab Omer Kanat dan WUC (World Uyghur Congress) adalah pendukung Zionis Israel.
Dilansir dari laman Malaysia Post, Mohd Azmi Abdul Hamid mengajak warga Malaysia dan seluruh dunia yang mendukung Palestina untuk menolak kedatangan Omer Kanat ke negara-negara masing.
Presiden Majlis Perundingan Pertumbuhan Islam Malayesia (MAPIM) itu juga mengkritik Kongress Uyghur Sedunia bekerja sama dengan dunia Islam terutama dengan MalaysiaGazette.
“Kita mahu Kongres Uyghur Sedunia membetulkan sikap dan pendirian mereka kerana Uyghur sebagai etnik Islam harus menunjukkan keselarian pendirian dengan umat islam seluruh dunia dan juga mereka yang cintakan keadilan pembebasan Palestin,” katanya kepada MalaysiaGazette.
Omer Kanat dan World Uyghur Congress (WUC) tidak hanya mendapatkan sokongan dana dari Barat, tapi mereka juga membangun hubungan yang lebih erat dan mendalam dengan organisasi Zionis Israel.
Diketahui, pada Juli 2023, Elis Weisel Foundation for Humanity, organisasi Zionis di Amerika Serikat melaporkan bahwa yayasan ini memberikan dana sejumlah US$550,000 (RM2.62 million) kepada World Uyghur Congress (WUC), Uyghur Human Right Project (UHRP), dan Jewish World Watch (JWW) untuk menyokong operasi organisasi tersebut.
Omer kanat juga sering mengikuti acara-acara yang diselenggarakan oleh organisasi Zionis. Seperti acara yang diadakan oleh Adas Israel Congregation di Washington pada 7 Oktober 2023.
Pada tanggal 23 Oktober 2023, Omer Kanat juga menghadiri forum penghargaan anugerah hak asasi yang diadakan oleh Lantos Foundation. Diketahui bahwa yayasan ini secara terbuka mendukung kekejaman Zionis dan mengutuk Hamas yang melancarkan ‘serangan penganas’ untuk ‘menghapus Jewish dan tanah air mereka’.
Tepat dua hari pasca serangan Hamas ke Israel pada tanggal 9 Oktober 2023 lalu, World Uyghur Congress (WUC) mengeluarkan sikap mengecam serangan tersebut.
Saat itu, Omer Kanat selaku Eksekutif Pengurus Komite World Uyghur Congress (WUC) sekaligus Eksekutif Program Hak Asasi Manusia Uyghur (UHRP) secara terbuka mengutuk tindakan Hamas dan berdiri berssma Israel untuk menghancurkan Hamas.
Begitupun dengan organisasi “Campaign for Uyghur” yang masih berafiliasi dengan World Uyghur Congress (WUC) yang menyatakan bahwa organisasi ini berdiri bersama Israel.
Diterima Indonesia
Lantas, bagaimana Omer Kanat bisa diterima di Indonesia? Negara Indonesia sejak dulu berdiri bersama Palestina. Ini sangat memprihatikan. Bagaimana mungkin sebuah organisasi yang ada di Indonesia menerima orang yang secara terbuka mendukung Zionis Israel atas penjajahan rakyat Palestina.
Organisasi Humanity United Project Indonesia (HUPI) bahkan mengundangnya menjadi pembicara dalam forum yang bertajuk “Mengurai Konflik Uyghur: Pendekatan Moderat untuk Mewujudkan Kebebasan dan Perdamaian”, sedangkan Omer Kanat adalah pendukung Israel.
Di tengah genosida Zionis Israel atas rakyat Palestina yang terus berlanjut tentu menerima seorang tokoh yang mendukung Zionis Israel adalah sikap yang tidak dibenarkan.
Sikap Humanity United Project Indonesia (HUPI) hanya memperburuk citra Indonesia di hadapan dunia yang selama ini tengah mendukung genjatan senjata atas konflik Israel dan Palestina.
Jika Malaysia saja bisa menolak kedatangan Omer Kanat, lantas kenapa Indonesia tidak? Bukankah Indonesia selama ini selalu berdiri dengan tegak dalam membantu dan membela Palestina di hadapan negara-negara dunia.
Berbagai aktivitas atau kerja sama dengan NGO yang mendukung Israel harus diselesaikan. Ini akan menandakan komitmen bangsa ini akan terus bersama Palestina. (Rojak)