Oleh: Baso Muhammad Wahidin
Kader IMM Pondok Hajjah Nuriyah Shabran UMS

Penting untuk diingat bahwa setiap manusia memiliki pengalaman dan jalan hidup yang yang beraneka ragam keunikannya. Keberhasilan sebagai manusia tidak selalu bergantung pada pandangan orang lain. Konsep identitas manusia telah lama menjadi pusat perhatian dalam berbagai bidang ilmu, budaya dan agama. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki beragam dimensi yang membentuk identitasnya, baik dari segi fisik, sosial maupun psikologi.

Pesan Kemanusiaan Baginda Nabi

Manusia dan kemanusiaan menjadi perhatian yang serius dalam Islam. Ketika Nabi Muhammad SAW pertama kali mensyi’arkan agama Islam, kondisi negeri arab sedang mengalami kebejatan moral dan pelecehan nilai-nilai kemanusiaan yang parah. Perang dan pertumpahan darah karena fanatisme antarsuku terjadi di mana-mana. Kaum hawa diinjak-injak martabatnya, mengubur hidup-hidup bayi perempuan karena dianggap tidak berguna dan memalukan keluarga.

Pesan kemanusiaan juga sangat jelas disampaikan Rasulullah dalam haji wada’ pada tahun ke-10 Hijriah. Saat itu Rasulullah seperti memberi isyarat malalui pidato tentang tanda-tanda bahwa beliau akan meninggalkan dunia ini. Para sahabat yang peka akan tanda-tanda itu tidak kuasa membendung air mata dan haji wada’ itupun dibanjiri air mata dan kesan yang mendalam. Di tengah suasana haru tersebut, sebuah pesan keluar dari lisan Rasulullah SAW:

“Wahai manusia, ingatlah, sesungguhnya tuhanmu adalah satu dan nenek moyangmu juga satu. Tidak ada kelebihan bangsa Arab terhadap bangsa lain. Tidak ada kelebihan bangsa lain terhadap bangsa Arab. Tidak ada kelebihan orang yang berkulit merah terhadap orang yang berkulit hitam. Tidak ada kelebihan orang yang berkulit hitam terhadap yang berkulit merah. Kecuali yang membedakan adalah dengan takwanya.” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi dan Haitsami).

Pidato Rasulullah tersebut mengandung pesan yang mendalam atas nilai-nilai kemanusiaan. Manusia bersumber dari satu leluhur yang dimuliakan Allah sehingga tidak boleh seorang pun merasa dirinya istimewa karena bangsanya, rasnya, asal daerahnya, bentuk fisiknya dibandingkan orang lain.  Soal derajat kemanusiaan, Islam memberi kriteria khusus, yaitu tingkatan takwa. Artinya, segala sesuatu tentang derajat manusia diukur dan dikembalikan kepada Allah SWT.

Faktor-faktor lingkungan, sosial dan budaya menjadi peran penting dalam proses menjadi manusia yang berkualitas. Untuk mencapai hal itu perlu melibatkan pemahaman diri, nilai-nilai personal serta tujuan hidup.  Melalui refleksi dan berbagai pengalaman hidup, seseorang akan membentuk prinsip-prinsip dasar interaksi dengan manusia lain.

Memanusiakan Manusia

Interaksi sosial memainkan peran penting dalam memvalidasi status manusia. Melalui koneksi dan komunikasi dengan orang lain, kita akan membangun relasi dan memahami dinamika dalam kehidupan bermasyarakat dengan baik. Memahami pandangan orang lain dan menghormati perbedaan menjadi elemen penting dalam menjadi manusia yang dihargai oleh sesama. Menjadi pribadi yang memberikan manfaat bagi sesama melalui pekerjaan, inovasi atau sukarela adalah beberapa cara untuk dinggap sebagai manusia yang bernilai dan  berharga.

Manusia akan diakui oleh manusia lain karena telah memberikan kontribusi positif kepada masyarakat. Makna hidup inilah yang akan mengembangkan bakat dan kemampuan sosial untuk kepentingan bersama. Salah satu komponen penting dalam menjadi manusia adalah empati. Kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain memungkinkan kita untuk berhubungan secara lebih mendalam dan menghargai perasaan dan pengalaman hidup mereka. Dengan merasakan emosi orang lain, kita dapat memberikan dukungan, mengatasi konflik, dan membangun hubungan yang lebih intensif. Empati juga mendorong kita untuk bertindak secara bijaksana, menghindari menyakiti perasaan orang lain dan lebih mementingkan kesejahteraan bersama.

Selain itu, etika dan moral juga mamainkan peran penting dalam pembentukan citra manusia. Menjunjung tinggi prinsip-prinsip moral dalam hubungan dengan orang lain dan menjaga integritas pribadi adalah langkah rumit dalam menjadi manusia yang dihormati. Manusia dianggap manusia oleh sesama manusia ketika mereka menjunjung tinggi prinsip-prinsip moral seperti kejujuran, rasa hormat dan empati. Ini memungkinkan kita sebagai manusia untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab dan mempertimbangkan dampak tindakan manusia kepada manusia yang lain dan terhadap lingkungan.

Oleh karena itu, proses menjadi manusia yang dianggap manusia oleh manusia banyak melibatkan penyesuaian dengan norma dan nilai yang berlaku dalam lingkungan sosial. Tentu pandangan bahwa seseorang perlu dianggap sebagai manusia oleh orang lain untuk merasa berharga bisa menjadi beban yang berat. Memang kita hidup dalam masyrakat dengan norma dan nilai-nilai tertentu. Tetapi makna dan identitas seseorang seharusnya lebih dari dari persepsi eksternal.

Bagian terpenting adalah bagaimana kita bisa menghargai diri kita sendiri, bagaimana kita bisa berkontribusi dalam hidup kita dan bagaimana kita memperbaiki hubungan kita dengan sesama manusia. Menghargai diri sendiri tanpa terlalu banyak mengandalkan validasi eksternal dapat membantu mengurangi stress, tekanan darah dan meraih kebahagiaan yang lebih dalam.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here