
Oleh: Rizky Aldiansyah
Kader IMM Pondok Hajjah Nuriyah Shabran UMS
Dalam berkehidupan pasti ada sebuah keinginan dan tujuan serta ada harapan yang ingin dicapai dalam berkehidupan di dunia, tetapi untuk mendapatkan dan menjalani serta melewati tujuan tersebut tidaklah mudah tidaklah sebatas apa yang dipikirkan lewat pikiran apa yang dikhayalkan semata.
mendapatkan sebuah keinginan dan tujuan begitu banyak sebuah cobaan dan batuan yang akan dihadapi dalam menggapai tujuan tersebut. Sehingga seseorang belum tentu kuat dan gigih serta sabar dalam menghadapi tantangannya. Sehingga banyak menyebabkan seseorang putus harapan, bahkan banyak yang depresi disaat menghadapi persoalan dalam menuju keinginannya. Putus asa, sebuah keadaan yang akan dihadapi untuk seseorang yang memiliki keinginan dan tujuan, maka bisa dikatakan seseorang yang tidak pernah mengalami putus asa, maka bisa dinilai tidak mempunyai keinginan dan harapan dalam hidupnya.
Seseorang sangat ingin keingianannya untuk tercapai dan mendapatkannya, tetapi seseorang tersebut yang lupa dasar dari pengharapan tersebut yang mengharap lebih selain kepada Allah swt. Sehingga ketika Allah memberi suatu kesulitan bahkan kegagalan terhadap seseorang maka dia jatuh terhadap kekecewaan dan keputusasaan.
Keputusasaan: Bukti Allah Cemburu
Sebuah nasehat dari perkataan imam syafi’i beliau mengatakan “Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang, maka Allah timpakan ke kamu pedihnya pengharapan, supaya engkau mengetahui cemburu hati yang berharap selain Dia, Maka Allah menghalangi dari perkara tersebut agar kamu berharap kepadanya”.
Didalam perkataan Imam Syafi’i bahwa sesungguhnya Allah mempunyai sifat cemburu yang cemburunya melebihi ciptaannya, orang bisa patah hati karena memiliki kekecewaan pada orang lain, kekecewaan itu muncul karena sebelumnya ada pengharapan terhadap orang lain, kalau tidak terlalu berharap maka tidak akan ada kecewaan, besarnya harapan menunjukan kuatnya kemelekatan.
Hati-hati, harapan terlalu besar terhadap manusia menyebabkan kekecewaan. Kita mengetahui bahwa Allah itu mempunya sifat cemburu dan kecemburuan Allah itu menunjukkan Allah sangat cinta terhadap kita. Maka patut kita bahagia jika dicemburui oleh Allah swt karena bukti bahwa Allah itu mencintai kita. Buktinya Allah itu cemburu kepada kita, Allah patahkan hati kita biar tidak terlalu melekat kepadanya terlalu berharap kepadanya terlalu menginginkannya.
Manusia wajar jika kita membutuhkan pasangan, membutuhkan orang lain untuk mewujudkan mimpi keinginan kita tetapi jangan terlalu melekat, kemelekatan berlebihan menimbulkan efek kekecewaan yang begitu besar.
Dari penyebab itu sehingga kita bisa lupa misi utama kewajiban kita dimuka bumi ini, akhirnya asik melayani orang yang sangat kita harapkan itu, yang bisa membuat lupa terhadap Allah swt. Alhamdulillah jika Allah menegur kita dengan dibuat kita putus asa, sehingga berpikir bahwasannya Allah cemburu terhadap kita, Allah masih cinta sehingga Allah menegur serta mengingatkan akan halnya kita telah jauh dan lupa kepadanya.
Peringatan dari perkataan imam syafi’i diatas bahwasanya;
- Jangan terlalu melekat/berharap kepada selain Allah
وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَٱرْغَب
“Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”
- Sadarlah bahwa Allah itu Maha Mencintai dan sangat mencintai hamba yang bergantung terhadapnya. Dan orang yang bergantung kepada allah termasuk orang yang bertakwa.
بَلٰى مَنْ اَوْفٰى بِعَهْدِهٖ وَاتَّقٰى فَاِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِيْنَ
“Bukan begitu! Siapa yang menepati janji dan bertakwa, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa.”
- Ketika kita patah hati maka bersegeralah kita kembali/ingat kepada Allah swt.
Dari peringatan Imam Syafi’i ini kita diajarkan jika menghadapi segala cobaan, masalah dan lainnya janganlah cepat putus asa, depresi bahkan berpikiran untuk mengakhiri hidup. kita harus ingat bahwa kita punya Allah swt, yang sangat mencintai kita, yang sangat mencemburui kita tetapi hanya saja kita yang sangat jual mahal kepada Allah swt.
Keputusasaan itu Mendekati Kekufuran
Kufur adalah suatu penolakan atau pengingkaran terhadap kekuasaan Allah. Dari makna disini kita hubungkan dengan makna kata keputusasaan bahwasanya makna kedua nya memiliki kesinambungan terhadap keduanya.
Kenapa demikian karena banyak sekali jika kita sudah mengalami berbagai cobaan ataupun masalah, baik dalam kegagalan ataupun hal-hal yang tidak sesuai keinginannya, apalagi allah memberikan kita begitu besar cobaan itu yang kita pikirkan tidak mungkin untuk menyelesaikannya, banyak diantara kita yang depresi dan timbul keputusasaan atau kekecwaan dan merasa tidak ada harapan dan berat untuk kembali memperbaiki dan cari solusinya sehingga banyak sekali disaat itu yang tidak yakin akan adanya kekuasaan allah yang maha kuasa dan maha besar. Dan bisa menyebabkan kita masuk kedalam kekufuran kepada allah swt.
Syeikh Shams Tabrizi berkata “Apapun yang terjadi didalam hidupmu, tidak peduli betapapun sulitnya hal itu janganlah memasuki lingkungan keputusasaan, bahkan ketika semua pintu tertutup, akan ada jalan rahasia utukmu yang tidak diketahui oleh siapa pun”.
Sangat mudah untuk bersyukur ketika semuanya baik-baik saja. Apapun kesulitanmu seberat apapun bebanmu ingatlah dan hindarilah kata “putus asa” begitu kita putus asa berarti kita telah lupa bahwa Allah yang maha kuasa, yang bagi kita tidak mungkin tetapi bagi Allah tidak ada yang tidak mungkin.
Bagi Allah, Tidak Ada yang Mustahil
Jadi, dari perkataan Syeikh Shams Tabrizi bahwasannya beliau mengingatkan kepada kita, apapun kesulitanmu, bebanmu, jangan sampai kita berkata putus asa, karena didalam Al-Quran keputusasaan termasuk kedalam kekufuran karena telah melupakan dan tidak percaya kepada kekuasaan Allah swt.
Bahkan jika semua pintu (solusi untuk mengatasi permasalahan) merasa kita itu tertutup, Allah bisa membuka pintu bahkan Allah bisa membuat pintu baru. Semua apa yang tidak terbayangkan dipikiran kita walaupun kita sudah banyak mencoba berbagai cara berbagai jalan yang kita pikirkan telah kita perhitungkan tetapi belum mencoba melalui jalan Allah dan melalui perhitungan Allah. Maka sama saja sia-sia yang telah kita lakukan.
Jadi, tidak ada yang mustahil untuk Allah berkehendak. Buktinya dari sejarah nabi, disaat perjalanan isra’ mi’raj dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa bisa dilakukan hanya satu malam walaupun pemikiran manusia tidak masuk akal, tapi itulah kekuasaan Allah Maha Kuasa yang ada dilangit dan dibumi. Wallahu a’lam bish shawab.