Oleh : Bunga Chantia Paradisa (202110230311024)
Paulo Freire merupakan salah satu tokoh pendidikan yang berasal dari Brazil. Paulo Freire terkenal dengan seseorang yang mampu mengubah atau mengembalikan manusia sebagai makhluk yang bebas. Pemikiran pendidikan yang Paulo Freire tawarkan yaitu sebuah model pendidikan yang dinilai dapat mempersiapkan siswa yang kreatif seperti yang termuat dalam tujuan. Paulo berpendapat bahwa sistem pendidikan itu merupakan sebuah dominan sebagai senjata untuk mempertahankan kekuasaan yang mereka punya. Murid pun pun diperlakukan sebagai celengan yang akan diisi dengan tabungan Paulo Freire adalah tokoh pendidikan yang berasal dari Brazil. Ia juga merupakan teoretikus yang sangat berpengaruh di dunia.
Pendidikan menurut Paulo Freire harus bersama-sama bertujuan untuk membebaskan manusia dari rasa takut dan tertekan akibat dari penindasan. Konsep yang ditawarkan Paulo ini mampu menjadi solusi dalam pendidikan yang terjadi pada saat itu dan masa yang akan mendatang. Pendidikan kaum tertindas diciptakan bersama dengan dan bukan untuk kaum tertindas. Pendidikan kaum tertindas harus melawan penindasan dimana dunia dan manusia berada dalam penindasan.
Untuk mengatasainya, Paulo menawarkan konsep pendidikan hadap-masalah sebagai solusi dari penindasan ini. Dalam komunikasi menjadi aspek yang paling penting dalam konsep pendidikan ini untuk dapat memastikan adanya pemahaman, tak sekadar pemindahan informasi.
Berdasarkan buku yang telah saya baca degan judul “Kaum yang Tertindas” karya Paulo Freire, saya dapat menangkap penyampaian dan penemuan dari Paulo. Di dunia pendidikan, Paulo melihat orang-orang kuat yang selalu merendahkan masyarakat lemah melalui cara-cara yang halus. Menurutnya, konsep pendidikan kaum tertindas merupakan sistem pendidikan yang dibangun kembali bersama dengan kaum tertindas. Dan sistem tersebut tidak diperuntukkan oleh kaum tertindas. Sistem pendidikan ini dibangun untuk tujuan pembebasan bukan untuk penguasaan. Pendidikan yang terjadi pada saat itu bisa dikatakan seperti pendidikan model bank, karena seorang guru yang dapat diibaratkan sebagai depositor, dan murid diibaratkan sebagai deposito.
Kenapa bisa dikatakan demikian? karena pada saat itu sistem pembelajaran hanya sekedar guru menberikan atau mentransfer pengetahuan yang mereka punya kepada murid-muridnya, dan murid tersebut seperti sudah ditugaskan hanya untuk menerima penyampaian yang diberikan oleh guru tersebut. Sehingga murid kesulitan atau bahkan tidak dapat mengutarakan pendapat yang mereka punya.
Contoh sistem pembelajaran:
- Guru mengajar, murid belajar.
- Guru bicara, murid mendengarkan.
- Guru mengatur, murid diatur.
- Guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa-apa.
- Guru berpikir, murid dipikirkan.
Serangkaian karakteristik tersebut menunjukkan bahwa guru dapat diposisikan sebagai subjek, sedangkan murid merupakan objek. Dimana depositor adalah para guru, sementara deposito berupa ilmu yang diajarkan kepada murid. Murid pun lantas diperlakukan sebagai celengan kosong yang akan diisi dengan tabungan atau penanaman. Yang mana pada kelak nanti akan dipetik hasilnya. Akibatnya murid hanya mencatat. Itu akan merusak daya didik seorang murid itu sendiri. Malas berfikir dan tidak tumbuhnya imajinasi dan pengetahuannya. Sistem pendidikan yang diberikan pada murid harus berhubungan dengan kehidupan murid tersebut. Selain itu, sistem tersebut juga harus dapat mengoptimalkan potensi dan kreativitas murid. Dikarenakan setiap murid memiliki kompetensi atau kemampuan yang berbeda-beda.
Para murid seharusnya diberikan materi yang sesuai dengan apa yang dimiliki oleh murid itu sendiri. Sistem tersebut tidak disarankan untuk mengukur dan menetapkan keberhasilan murid dalam satu bidang saja. Paulo Freire juga menawarkan sistem pendidikan yang dikenal dengan Pendidikan Dialogis Humanis. Yang mana ada interaksi antara pendidik dan peserta didik. Pada sistem ini Paulo berharap tidak ada lagi keadaan dimana hanya satu orang yang aktif mentransfer pengetahuan, sedangkan yang lain hanya diam, mendengarkan, dan menerima.
Penerapan teori humanis tentu saja memiliki beberapa kelebihan. Contohnya teori ini bagus dalam pembelajaran pembentuk karekter murid. Kemudian memberi dampak positif perkembangan kepribadian murid. Teori ini mementingkan aspek memanusiakan manusia, dan memberikan kesempatan murid untuk bergerak bebas. Dapat disimpulkan bahwa teori humanis harus diimbangi pengembangan intelektual seorang murid. Sehingga akan tercipta keseimbangan antara tersebut. Maka, emosi diri siswa akan terkontrol dengan baik.
Kemudian Paulo menerapkan konsep Pendidikan Hadap Masalah. Sistem ini akar dari masalah dalam realitas kehidupan yang dialami oleh murid. Masalah tersebut dikaji dalam pembelajaran yang di telaah kritis melalui interaksi dialogis antara guru dan murid. Yang mana pada pembelajaran ini akan didapatkan sebuah solusi dari setiap masalah yang dihadapi. Pendidikan hadap masalah ini digunakan sebagai ilmu yang mendasari konsep pendidikan gaya bank yang berorentasi pada pembebasan manusia. Sistem pendidikan ini juga terjadi di pendidikan Indonesia. Murid hanya disuguhi beberapa materi tanpa menjelaskannya.
Dalam “Pendidikan Hadap Masalah” guru belajar dari murid dan murid belajar dari guru. Guru menjadi rekan murid yang melibatkan diri dan menciptakan daya pemikiran kritis para murid. Dengan demikian antara guru dan murid dapat mengembangkan kemampuan untuk mengerti secara kritis ditempat mereka berada. Mereka seharusnya melihat bahwa dunia merupakan suatu proses dalam dan dengan kenyataan yang belum selesai. Pada sistem “Pendidikan hadap masalah” senantiasa menantang manusia dan kemudian menuntut jawaban terhadap tantangan itu.
Menurut saya sistem yang ditawarkan Paulo sangat efektif. Selain dapat menciptakan kerja sama dan daya belajar yang sangat baik dalam berdiskusi, sistem tersebut dapat menciptakan manusia yang penuh imajinasi dan pola pikir yang teratur. Dengan tidak ditemukannya system tersebut, entah bagaimana jalan kerja pendidikan yang terdapat di dunia ini. Di masa depan tidak ada manusia cerdas yang tumbuh dengan baik atas pendidikan yang mereka dapat sejak awal. Seperti pada nyatanya murid di jaman kita ini diajar secara halus tidak mudah mengerti, dengan cara tegas tidak pula dimengerti.
Pada akhirnya, Paulo Freire mencoba membandingkan antara model pendidikan antidialogis yang selalu ditandai dengan usaha yang selalu menguasai manusia, sedangkan model pendidikan dialogis bersifat sangat kooperatif. Dalam “Pendidikan Kaum Tertindas” disebutkan bahwa, teori-teori antidialogis dikenal istilah yang seperti meguasai, manipulasi. Sedangkan tindakan dialogis dikenal istilah seperti kerja sama dan persatuan.
Dalam buku ”Pendidikan Kaum Tertindas” dapat disimpulkan bahwa pemikiran Paulo mengenai pendidikan yang terjadi menurutnya pendidikan yang menindas, dimana seorang guru dalam hal ini selalu bertindak yang sangat dengan layaknya sebagai seorang penindas. Para murid secara sadar telah menjadikan dirinya sebagai orang yang sangat tertindas. Semua itu tidak lepas dari lingkaran yang pada awalnya didasari dengan situasi yang sulit. Hingga membangun untuk menjadi lebih baik pun terasa sulit. . Situasi ini dapat dihilangkan dengan pemberian pemahaman baru kepada kedua pihak baik penindas maupun tertindas.
Sumber :
Freire Paulo. (2006). Pendidikan Kaum Tertindas. Jakarta: LP3ES.
Paulo Freire “PENDIDIKAN KAUM TERTINDAS” KEBEBASAN DALAM BERPIKIR Oleh: Muhammad Husni