EsaiFeaturedJogjakartaOpiniPersyarikatan

Tuberkulosis : Komitmen Berantas Sampai Tuntas!

https://doktersehat.com/penyakit-a-z/tuberkulosis/

Oleh : Naufal Febrian*

KABARMUH.ID, Yogyakarta – Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap hari hampir 28.000 orang jatuh sakit dan setidaknya 4.000 warga meninggal dunia, sebab penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dan disembuhkan ini. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan menargetkan tuberkulosis (TB) dieliminasi tahun 2030.

Namun, akses ke pencegahan TB bagi sedikitnya 24 juta orang yang bergaul erat dengan penderita TB aktif serta 6 juta orang dengan HIV 2022, seperti komitmen pemimpin dunia pada Pertemuan Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2018, hanya sebagian kecil tercapai.

TB disebabkan Mycobacterium tuberculosis. Paling banyak menyerang paru, ada pula di tulang, kelenjar getah bening, pleura, meningitis, dan urogential (saluran kencing dan reproduksi). Dua pertiga penderita TB di dunia ada di delapan negara. India terbanyak, lalu China, Indonesia, Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh, dan Afrika Selatan.

Upaya global memerangi TB menyelamatkan sekitar 63 juta jiwa sejak tahun 2000. Namun, pandemi covid-19 mengancam keberhasilan itu. Data awal yang dikumpulkan WHO dari lebih 80 negara memperkirakan, pada 2020 orang yang mendapat perawatan untuk TB turun rata-rata 21 persen atau lebih dari 1,4 juta orang dibandingkan 2019. Sebelum covid-19 menyerang, kesenjangan antara perkiraan jumlah penderita TB setiap tahun dan orang yang dilaporkan didiagnosis TB berkisar 3 juta. Pandemi memperburuk situasi itu.

Banyak pengidap TB kini tidak dapat mengakses perawatan. WHO khawatir lebih dari 0,5 juta orang meninggal karena TB pada 2020 akibat tak terdiagnosis dan mendapat pengobatan. Indonesia disebut sebagai yang mengalami penurunan perawatan TB relatif besar (42 persen), disusul Afrika Selatan (41 persen), Filipina (37 persen), dan India (25 persen).

Data Kementerian Kesehatan, pasien TB yang ditemukan dan diobati pada 2019 mencapai 67 persen dari total estimasi 845.000 penderita pada 2018. Penemuan kasus TB tahun 2020 turun menjadi hanya 41,4 persen. Hal itu akibat terhambatnya investigasi kontak penularan dan pengalihan sebagian petugas kesehatan untuk TB ke upaya penanganan covid-19 saat itu.

WHO membuat panduan untuk membantu negara mengidentifikasi kebutuhan khusus masyarakat, populasi beresiko tertinggi TB, dan lokasi paling terpengaruh untuk memastikan orang mengakses layanan pencegahan dan perawatan yang tepat.

Di Indonesia, Presiden Joko Widodo mencanangkan gerakan melawan TB dengan mengintegrasikan berbagai kegiatan penanganan covid-19 dengan pengendalian TB saat itu.

Dan hingga saat ini data itu terus meningkat, per 4 September 2023 menurut KEMENKES RI estimasi kasus TB diangka 969.000 dan pada kasus TB anak 110.881. Dan sebenarnya kasus ini bisa semakin  menurun dengan banyaknya edukasi yang diberikan kepada masyarakat mengenai TB itu sendiri dan juga penanganannya. Maka dari itu, tulisan ini saya hadirkan sebagai bentuk kepedulian sesama manusia.

Apa Gejala TBC?

Gejala utama adalah batuk berdahak terus-menerus selama 2-3 minggu atau lebih yang dapat disertai gejala-gejala lainnya seperti:

  • Sesak napas dan nyeri pada dada
  • Batuk bercampur darah
  • Badan lemah dan rasa kurang enak badan
  • Kurang nafsu makan dan berat badan menurun
  • Berkeringat pada malam hari meskipun tidak melakukan kegiatan

Bagaimana TBC Menular?

Bakteri TBC dapat menular melalui udara ketika partikel dahak orang dengan TBC paru keluar saat batuk, bersin dan berbicara. Percikan-percikan dahak tersebut yang mengandung bakteri dan dapat melayang-layang di udara sehingga terhirup oleh orang lain.

Penderita TB Paru dengan BTA Positif, dapat menularkan kepada 10-15 orang per tahun di sekitarnya. Namun, jika orang yang terinfeksi mempunyai daya tahan tubuh yang baik, ia tidak akan langsung sakit TBC. Sebanyak 5-10% orang yang tertular dapat menjadi sakit TBC.

BTA Positif artinya dari hasil pemeriksaan mikroskopis ditemukan bakteri tahan asam pada sampel dahak orang yang diduga TBC. Semakin banyak jumlah BTA yang ditemukan (+1/+2/+3), semakin besar kemungkinan untuk individu tersebut menularkan bakteri TBC kepada orang lain.

Siapa yang paling berisiko TBC?

  • Anak-anak
  • Penyintas HIV/AIDS
  • Orang lanjut usia
  • Perokok
  • Penyintas Diabetes Melitus
  • Kontak langsung dengan pasien TBC (KEMENKES RI)

Diagnosis

Untuk mendiagnosis tuberkulosis, beberapa langkah dan pemeriksaan umumnya dilakukan, antara lain:

  • Wawancara Medis: Dokter akan menanyakan gejala, riwayat kesehatan, dan kemungkinan paparan terhadap orang lain yang mungkin menderita tuberkulosis.
  • Pemeriksaan Fisik: Dokter dapat memeriksa kelenjar getah bening untuk pembengkakan dan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan suara pernapasan Anda.
  • Tes Tuberkulin (TST atau Mantoux): Pada tes ini, protein tuberkulosis disuntikkan ke lapisan bawah kulit di lengan. Jika muncul benjolan merah setelah 2-3 hari, itu bisa menunjukkan adanya infeksi tuberkulosis.
  • Tes Darah (IGRA): Tes darah, seperti QuantiFERON-TB Gold In-Tube test atau T-SPOT.TB test, juga dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi tuberkulosis.
  • Pemeriksaan Dahak: Sampel dahak dapat diperiksa di laboratorium untuk mengetahui adanya bakteri tuberkulosis.
  • Foto Rontgen Dada: Gambaran X-ray dada dapat menunjukkan perubahan atau kerusakan pada paru-paru yang dapat disebabkan oleh tuberkulosis.
  • Pemeriksaan Lanjutan: Jika diagnosis belum jelas atau tuberkulosis di luar paru-paru dicurigai, pemeriksaan tambahan seperti CT scan, biopsi, atau kultur bakteri dapat dilakukan.

Penting untuk mencatat bahwa pemeriksaan dan pengobatan untuk tuberkulosis harus selalu diawasi oleh tenaga medis yang berkompeten.

Pengobatan Tuberkulosis

Pengobatan untuk tuberkulosis biasanya memerlukan konsumsi antibiotik dalam jangka waktu yang lama, biasanya selama enam bulan atau lebih. Beberapa obat yang biasanya digunakan dalam pengobatan tuberkulosis meliputi:

  1. Isoniazid
  2. Rifampin (Rifadin, Rimactane)
  3. Ethambutol (Myambutol)
  4. Pyrazinamide

Untuk memastikan bakteri telah sepenuhnya hilang, penting untuk mengambil semua obat yang diresepkan dan untuk tidak berhenti minum obat lebih awal meski gejala telah membaik.

Jika pengobatan tidak diikuti dengan benar, bakteri tuberkulosis bisa menjadi resisten terhadap obat, sehingga pengobatan menjadi lebih sulit.

Pencegahan Tuberkulosis

Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah tuberkulosis:

  1. Vaksinasi: Vaksin BCG (Bacille Calmette-Guerin) biasanya diberikan kepada anak-anak di negara-negara dengan tingkat kejadian TB tinggi. Vaksin ini tidak selalu efektif dalam mencegah TB, namun bisa melindungi anak-anak dari bentuk TB yang parah.
  2. Pencegahan penyebaran: Jika Anda menderita TB, Anda dapat mencegah penyebarannya dengan memakai masker saat berada di antara orang lain selama tahap awal pengobatan, serta menjaga lingkungan sekitar bersih dan terlindung dari penularan.
  3. Tes tuberkulosis rutin: Jika Anda berada di risiko tinggi terkena TB (misalnya, karena pekerjaan atau kondisi kesehatan tertentu), melakukan tes tuberkulosis secara rutin dapat membantu mendeteksi penyakit ini lebih awal. (KEMENKES RI)

Dan dengan hal ini semoga semua mendapatkan edukasi yang bermanfaat mengenai TB dan juga meningkatkan penurunan kasus TB di Indonesia.

*penulis merupakan pimpinan komisariat di PK IMM CARDIODENTAL FKIK-FKG UMY

Ed : ARM

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button