Oleh: Hanif Syairafi Wiratama, Kader IMM Shabran UMS

Pada  era modern perdetik ini kita disuguhkan beberapa fenomenologi, yang kemudian mungkin sangat kental dikalangan kita pelajar bahkan mahasiswa, yakni narsistik. Apa itu narsistik salah satu gangguan mental yang membuat pengidapnya merasa sangat penting dan harus dikagumi. Mereka juga hampir selalu merasa lebih baik ketimbang orang lain. Mayoritas pengidapnya selalu membanggakan pencapaiannya, padahal itu adalah hal yang biasa saja. Pengidap narsistik juga biasanya memiliki tingkat empati yang rendah kepada orang lain. Sebab, mereka menganggap punya kepentingan yang lebih tinggi dari orang lain. Namun, perasaan mereka cenderung mudah tersinggung dan bisa dengan mudah merasakan depresi saat mendapat kritikan.

Sebelum menjelajahi bahaya narsistik di kalangan kader IMM, penting untuk memahami konsep narsisme secara menyeluruh. Menurut DSM-5 (Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Jiwa), narsisme merupakan sebuah gangguan kepribadian yang ditandai dengan pola perilaku yang merujuk pada perasaan kepentingan diri yang berlebihan, kebutuhan akan pujian, serta kurangnya empati terhadap orang lain. Individu dengan ciri-ciri narsistik cenderung memiliki kesulitan dalam menjalin hubungan interpersonal yang sehat dan stabil.

Bahaya Narsistik di Kalangan Kader IMM

Di tengah semangat berorganisasi seperti IMM, kehadiran individu dengan ciri-ciri narsistik dapat menyebabkan sejumlah masalah yang signifikan. Beberapa bahaya yang mungkin timbul kemungkinan seperti, manipulasi dan Ambisi Berlebihan. Terkdang Individu narsistik cenderung memprioritaskan kepentingan diri sendiri di atas kepentingan kelompok atau organisasi. Mereka dapat menggunakan manipulasi untuk mencapai tujuan mereka sendiri, bahkan jika itu berarti bisa jadi merugikan organisasi secara keseluruhan.

Kurangnya Empati, kader yang narsistik mungkin kurang mampu memahami dan merespons kebutuhan serta pandangan anggota lain dalam organisasi. Ini dapat menghambat proses pengambilan keputusan yang inklusif dan berdampak negatif pada iklim sosial di dalam organisasi. Narsisisme seringkali berkaitan dengan hubungan interpersonal yang rapuh dan tidak stabil. Kader IMM yang narsistik dapat merusak hubungan dengan sesama kader dan bahkan dengan masyarakat luas, mengancam kerjasama dan kesatuan organisasi.

Bahaya narsistik di kalangan kader IMM tidak hanya mempengaruhi internal organisasi, tetapi juga bisa jadi memiliki implikasi yang lebih luas seperti merusak Reputasi Organisasi, kurangnya empati dari kader IMM yang narsistik dapat mencoreng reputasi organisasi secara keseluruhan. Hal ini dapat mengurangi dukungan dari masyarakat dan lembaga lain, serta menghambat pencapaian tujuan organisasi.

Menurunkan Kualitas Kepemimpinan, kader yang narsistik cenderung memperjuangkan kepentingan pribadi mereka sendiri daripada kepentingan kolektif. Hal ini dapat menghambat kemampuan organisasi dalam memimpin dan menginspirasi perubahan positif di masyarakat. Dengan hal demikian menyebarkan Kecurigaan dan Ketidakpercayaan dan kurangnya kejujuran dari kader IMM yang narsistik dapat menimbulkan kecurigaan dan ketidakpercayaan di antara anggota organisasi dan masyarakat luas. Ini dapat menghambat kolaborasi dan kerjasama yang diperlukan untuk mencapai tujuan bersama.

Tindakan Pencegahan

Menghadapi bahaya narsistik di kalangan kader IMM, langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan menjadi sangat penting. Mungkin ini bisa menjadi suatu alternative pencegahan yang dapat diterapkan seperti, memberikan pelatihan tentang kepemimpinan yang inklusif, empati, dan komunikasi yang efektif dapat membantu mencegah perilaku narsistik di kalangan kader IMM.

Mendorong budaya organisasi yang didasarkan pada nilai-nilai seperti kejujuran, transparansi, dan kolaborasi dapat membantu mengurangi kemungkinan munculnya perilaku narsistik. Mengidentifikasi dan mengatasi perilaku narsistik dengan tepat waktu melalui intervensi psikologis atau pembinaan kepemimpinan dapat membantu menjaga stabilitas dan integritas organisasi. Membentuk kesadaran diri melalui orang lain karena peran dari pada faktor lingkungan juga terkadang mempengaruhi hal tersebut.

Belajar empati terhadap orang lain karena dengan empati akan membentu suatu kepedulian kita terhadap sesame. Kemudian mencoba berkomunikasi yang tidak mengandung unsur merendahkan orang lain atau bahkan diri sendiri, serta terbuka terhadap kritik. Artinya menerima kritik dari orang lain terlebih di kalangan kader IMM, dan yang terakhir adalah konsultasi ke psikiater atau psikolog yang ahli pada bidangnya.

Dalam konteks berorganisasi seperti IMM, bahaya narsistik di kalangan kader merupakan masalah serius yang perlu diatasi dengan serius. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang konsep narsisme, implikasi perilaku narsistik, dan langkah-langkah pencegahan yang tepat, IMM dapat menghadapi tantangan ini dengan lebih efektif, menjaga integritas organisasi, dan mempromosikan kepemimpinan yang sehat dan inklusif. Namun jika dari hal kecil masih belum bisa merubah hal itu, maka orang-orang terdekat perlu langsung menemui psikiater/psikolog untuk konsultasi agar lebih efektif dalam penyembuhan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here