*Oleh : Naufal Febrian
Dalam sebuah kisah diterangkan seorang kakek yang sudah tua renta menanam sebuah pohon kurma. Kebetulan pada saat itu, seorang raja lewat dan melihat kakek yang sedang menanam tersebut. Dengan rasa penasaran sang raja bertanya kepada si kakek tentang alasan atau motivasi menanam pohon. Sang raja bertanya seperti itu karena semua orang sudah tahu bahwa pohon kurma tidak akan berbuah kecuali setelah beberapa tahun sehingga mana mungkin kakek itu menanam pohon kurma untuk dipetik oleh dirinya sendiri.
Ternyata benar, ketika ditanya, si kakek menjawab dengan bijak, “Dulu orang-orang sebelum kita menanam pohon kurma sehingga buahnya dapat kita nikmati sekarang, apakah tidak ada keinginan dalam diri kita untuk mengikuti jejak mereka dengan menanam pohon kurma saat ini supaya generasi setelah kita dapat menikmati buah kurma dari pohon yang kita tanam?”
Bagaimana? Sudah adakah sedikit gambaran yang didapat dari cerita di atas, sob? Inti dari cerita di atas adalah se-begitu perhatiannya sang kakek terhadap keberlangsungan kehidupan bagi generasi yang akan datang.
Dia tidak ingin generasi berikutnya tertimpa masalah, mengalami kemunduran hingga akhirnya menghilang tanpa jejak. Nah, pada dasarnya ini jugalah yang melandasi kenapa harus ada suatu bagian yang mengurusi kader-kader dalam setiap organisasi. Kaderisasi menjadi bagian yang memberikan perhatian lebih terhadap keberlangsungan organisasi dengan menciptakan dan menjaga kader-kader yang akan melanjutkan perjuangan.
Kaderisasi dapat diibaratkan sebagai jantungnya sebuah organisasi, tanpa adanya kaderisasi rasanya sulit dibayangkan suatu organisasi mampu bergerak maju dan dinamis. Hal ini karena kaderisasilah yang menciptakan embrio-embrio baru yang nantinya akan memegang tongkat estafet perjuangan organisasi. Kaderisasi berusaha menciptakan kader yang bukan hanya hebat dalam mengerjakan suatu program, tapi lebih dari itu. Kaderisasi haruslah mampu menciptakan kader yang memiliki jiwa pemimpin, memiliki emosi yang terkontrol, kreatif dan mampu menjadi pemberi solusi untuk setiap permasalahan serta yang terpenting mampu dan pantas nantinya menjadi seorang teladan bagi anggotanya.
Bung Hatta pernah bertutur mengenai kaderisasi, “Bahwa kaderisasi sama artinya dengan menanam bibit. Untuk menghasilkan pemimpin bangsa di masa depan, pemimpin pada masanya harus menanam.” Dalam proses kaderisasi sendiri pun terdapat dua ikon penting, yaitu pelaku kaderisasi (subjek) dan sasaran kaderisasi (objek).
Pelaku kaderisasi merupakan individu-individu yang telah memiliki kapasitas yang mantap untuk mengader para anggotanya dan memahami alur kaderisasi dalam organisasi tersebut. Sementara sasaran kaderisasi merupakan individu-individu yang dipersiapkan dan dilatih untuk menjadi penerus visi dan misi organisasi.
Jadi, sudah jelas terlihat urgensi dari kaderisasi dalam sebuah organisasi. Kaderisasi merupakan suatu kebutuhan internal yang harus dilakukan demi kelangsungan organisasi. Layaknya hukum alam akan adanya suatu siklus, di mana semua proses pasti akan terus berulang dan terus berganti. Namun, satu yang perlu kita pikirkan, yaitu format dan mekanisme yang komprehensif dan mapan, guna memunculkan kader-kader yang tidak hanya mempunyai kemampuan di bidang manajemen organisasi, tapi yang lebih penting adalah tetap berpegang pada komitmen sosial dengan segala dimensinya. Sukses atau tidaknya sebuah institusi organisasi dapat diukur dari kesuksesannya dalam proses kaderisasi internal yang dikembangkannya. Karena, wujud dari keberlanjutan organisasi adalah munculnya kader-kader yang memiliki kapabilitas dan komitmen terhadap dinamika organisasi untuk masa depan.
*Penulis merupakan alumni ponpes Al-Mujahidin dan aktif di IMM FKIK UMY
Red : ARM