
oleh: Muhammad Fahdhi Fauzi Akbar,
(Mahasiswa Doktoral Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka)
Dunia pendidikan sekarang sedang berada dalam keadaan dualisme, yang mana satu menuntut nilai pencapaian nilai secara akademis (nilai, skor UN/asesmen, kelulusan PTN) sementara sisi lain fokus pada pembentukan karakter, moral, dan etika (diperkuat dengan implementasi Kurikulum Merdeka dan isu sosial seperti bullying dan kurangnya empati di kalangan pelajar).
Generasi Z, yang tumbuh di era digital, sering diidentifikasi mengalami “krisis empati,” ditunjukkan dari meningkatnya kasus perundungan siber dan degradasi nilai-nilai kemanusiaan. Penelitian ini berupaya menganalisis bagaimana orientasi sekolah yang berlebihan pada “kejar nilai” (penekanan kognitif) dapat berkontribusi pada penumpulan empati, dan mencari model integrasi yang efektif antara pendidikan karakter dan tuntutan akademis.
Melihat beberapa update berita dalam dunia maya dan media sosial sekarang krisis mental yang terjadi dalam dunia pendidikan menyebabkan, sogok-menyogok demi mendapatkan kursi dalam PTN untuk masuk dan tidak menggunakan nilai akademis, kekerasan dan bullying yang terjadi di lingkungan pendidikan yang menyebabkan jatuhnya korban, dan masih banyak contoh yang lain terjadi di dunia pendidikan saat ini.
Sudah banyak tulisan tulisan teori teori atau pun artikel ilmiah yang membahas tentang potensi akademik , nilai nilai karakter akan tetapi apakah hanya menjadi tulisan yang bisa di baca oleh kalangan akademis tapi tidak ada perubahan, oleh karna itu timbul sebuah pertanyaan “Bagaimana Generasi Z membangun karakter agar menggali potensi akademik untuk mendapatkan nilai nilai pendidikan?
Dalam era perkembangan teknologi yang semakin pesat, kreativitas dan inovasi menjadi kunci utama dalam mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan masa depan ditengah perkembangan tersebut, pendidikan karakter memiliki peran yang sangat penting dalam menggali potensi kreativitas dan inovasi. Pendidikan karakater berfokus berfokus pada nilai nilai moral etika, dan sikap positif yang dapat membentuk kepribadian secara holistic, oleh karna itu pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk pribadi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki integritas moral yang tinggi, kemampuan berkomunikasi yang baik, serta keterampilan sosial dan emosional yang kuat.
Pendekatan pendidikan yang sering kali berfokus pada hasil akademik semata kini harus diperbaharui dengan cara yang lebih holistik. Pendekatan holistik dalam pendidikan karakter memandang bahwa pembelajaran akademik dan pembentukan karakter harus dilakukan secara seimbang dan terintegrasi. Pendekatan ini bertujuan untuk membentuk siswa yang tidak hanya cerdas dalam bidang ilmu pengetahuan dan keterampilan teknis, tetapi juga bijaksana, penuh empati, dan bertanggung jawab dalam setiap tindakan mereka. Melalui pendekatan holistik, nilai-nilai karakter seperti rasa hormat, tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan, kerja sama, dan kepemimpinan dapat dipelajari oleh generasi sekarang dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari, termasuk melalui interaksi sosial, kegiatan ekstrakurikuler, dan sikap mereka dalam menghadapi tantangan akademik.
Secara pribadi tulisan ini muncul dengan adanya realita yang ada di lingkungan sekitar. Sebagai mahasiswa yang sedang menempuh studi program doktoral (S3) , nilai-nilai aktualisasi dalam dunia pendidikan dan penanaman karakter, moral dan budaya sudah sangat hilang dalam dunia pendidikan. Bukan lagi saling menyalahkan menteri pendidikan dan sistem pendidikan tidak bisa di salahkan. Perlu adanya konsentrasi dan pendampingan secara berkala yang sistematis agar menciptakan cita-cita yang di inginkan bersama.
Kesimpulannya Generasi Z bukanlah kegagalan individu, melainkan terperangkap dalam sebuah sistem yang ada dalam menyelaraskan antara tuntutan pragmatis abad ke-21 dengan kebutuhan dasar manusia akan koneksi dan moralitas. Generasi Z dapat mencapai keseimbangan holistik antara potensi akademik dan nilai-nilai pendidikan dengan membangun karakter melalui disiplin, kerja keras, dan kemandirian, yang merupakan prasyarat untuk keunggulan kognitif. Nilai-nilai ini diperkaya oleh kreativitas, tanggung jawab, dan keterampilan komunikatif yang diperoleh dari interaksi sosial dan pengalaman, seperti yang dicerminkan dalam permainan tradisional yang menuntut kerja sama dan ketaatan pada aturan. Intinya, pembangunan karakter bagi Gen Z adalah proses di mana nilai moral berfungsi sebagai katalisator yang memungkinkan potensi akademik digali secara optimal, menghasilkan bukan hanya nilai tinggi, tetapi juga pribadi yang jujur, bertanggung jawab, dan berempati.
Editor: Farhan Shiddiq



