Oleh: Ratya Rahma Nur Aida (202110230311056)

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi umat manusia. Pendidikan merupakan sebuah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana  oleh manusia untuk mewujudkan suasana ketika belajar dan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi yang ada pada diri seseorang agar memiliki pemahaman mengenai spiritual keagamaan, pengendalian terhadap diri sendiri, kepribadian, akhlak mulia, kecerdasan, serta keterampilan. Proses pendidikan yang terjadi saat ini tidak ada yang netral, namun pendidikan dijadikan sebagai sebuah sarana yang digunakan untuk mempermudah generasi muda dalam mendapatkan ilmu pengetahuan. Pada saat ini, pendidikan sangat penting bagi manusia, apabila kita tidak berpendidikan dan tidak memiliki pengetahuan yang luas maka biasanya kita akan cenderung diremehkan oleh lingkungan sekitar kita. Oleh karena itu, banyak dari kita dituntut untuk menjadi orang yang berpendidikan agar dapat bermanfaat bagi nusa dan bangsa. Pengalaman hidup dapat menjadi sebuah pendidikan atau pembelajaran terhadap diri kita sendiri. Hal tersebut dikarenakan ketika kita memiliki pengalaman hidup yang mungkin sedikit buruk, kita akan menjadikan pengalaman tersebut sebagai pembelajaran agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa yang akan datang. Sebagai manusia kita memiliki sifat terbuka, jujur, lugas, kreaktif, penuh perjuangan, dan pantang menyerah. Sifat tersebut dapat membuat kita menjadi pribadi yang sangat baik, apabila kita dapat menerapkan sifat tesebut pada kehidupan sehari-hari.

Berbicara mengenai pendidikan, pendidikan merupakan salah satu aspek yang utama dari beberapa aspek mengenai akan adanya perubahan status sosial di masyarakat. Paulo Freire mendefinisikan pendidikan adalah pendidikan humanisme. Humanisme di bangun atau di gagaskan oleh Freire melalaui filsafat pendidikan yang di tulis, dimana  menurut Freire humanisasi merupakan pilihan yang mutlak. Humanisasi adalah salah satu pilihan bagi kemanusiaan. Tugas pendidikan yang seharusnya dapat merubah cara pandang atau pola pikir masyarakat yang telah mengalami masa transisi moral pendidikan yang ada ada saat ini. Dimana seharusnya pendidikan dapat berjalan seimbang sesuai dengan tatanan norma-norma yang ada pada masyarakat sekitar. Pendidikan harus bisa mengajarkan dimana manusia seharusnya mengetahui tentang dirinya. Pendidikan yang sejatinya dapat membawa hakekat manusia untuk mampu memahami keberadaan dirinya dan lingkungan dunianya dengan dibekali pikiran dan tindakan yang seharusnya dilakukan manusia sehingga manusia tersebut dapat merubah cara pandang yang baik terhadap dunia dan realitas dengan satu cara yakni pendidikan yang sejati.

Begitu juga dengan sistem pendidikan yang dianggap sebagai salah satu tujuan yang tidak manusia (dehumanisasi), karena didalam sistem pendidikan terdapat suatu pemberian atau pembekalan suatu ilmu yang dengan sengaja di paksa oleh seorang guru atau pengajar dalam memberikan pengajaran atau pembelajaran yang ada. Pendidikan yang ada saat ini seakan-akan menjadi gambaran dari penindasan dan manipulatif otak terhadap para peserta didiknya. Dimana peserta didik hanya menerima atau menjadi objek dari sistem pendidikan yang ada. Sehingga kreatifitas, imajinasi, dan skill yang dimiliki oleh peserta didik tersebut tidak dapat berkembang dan akan membuat peserta didik yang memiliki bakat, akan menjadi peserta didik yang biasa-biasa saja.

Bagi Freire pendidikan yang seperti ini (guru memberikan ilmu pengetahuan dengan cara “ceramah”) hanya membuat para peserta didik menafsirkan kejadian yang mereka alami atau bisa menimbulkan kesalahan pemahan dari yang pendidik sampaikan. Seperti apayang dikatakan oleh Freire bahwasanya manusia bukan objek realitas kehidupan, akan tetai manusia sebagai subjek untuk merubah realitas kehidupan yang ada. Paulo Freire menginginkan sistem pendidikan yang ada saat ini  tidak mengenal kekuasaan. Dimana sang guru menjadi penguasa dan peserta didik sebagai korban dari kekuasaan tersebut. Pendidikan sangat berperan penting untuk dapat memvisualitaskan tngkat eksistensi yang seharusnya setiap manusia miliki ketika mereka sudah memasuki rana pendidikan.

Paolo Freire menyebutkan bahwa pendidikan lama menggunakan “sistem bank”. Sistem bank yang dimaksud dalam pendidikan ini yaitu guru merupakan sebuah subyek yang memiliki pengetahuan yang disampaikan kepada murid. Murid merupakan sebuah wadah atau tempat yang digunakan sebagai deposit belaka. Dalam proses belajar tersebut, murid semata-mata hanya menjadi sebuah obyek. Dalam hal tersebut sangat jelas bahwa dalam sistem tersebut tidak terbangun komunikasi yang sebenar-benarnya antara guru dan murid. Praktik pendidikan yang seperti itu sangat mencerminkan penindasan terhadap  bebrapa golongan yang ada. Banyak yang menggunakan pendidikan menjadi alat dominasi yang dimanfaatkan sebagai penjinakan. Paulo Freire memiliki keinginan untuk menghilangkan pendidikan yang menggunakan “sistem bank”. Freire mencetuskan sistem pendidikan yang baru yang dinamakan “problem-posing education” atau “ pendidikan hadap masalah”. Dalam “pendidikan hadap masalah” guru dapat belajar dari murid dan begitu juga sebaliknya, murid dapat belajar dari guru.

Pendidik merupakan panutan bagi para peserta didiknya, namun apabila pendidik tersebut tidak mencerminkan  sikap yang sesuai dengan kode etik pendidik, maka biasanya peserta didik akan cenderung tidak menghargainya. Saya menginginkan pendidikan yang antara pendidik atau peserta didik dapat bekerja sama dengan baik dalam pelaksaan pendidikan yang ada di Indonesia saat ini.

Pendidikan di indonesia saat ini masih banyak yang berpihak kepada kalangan menegah keatas. Orang kalangan menegah keatas banyak yang merendahkan kaum menangah kebawah apalagi mengenai pendidikan. Sering kita jumpai, bahwa anak yang tidak membayar uang sekolah karena permasalahan ekonomi akan dikucilkan didunia pendidikan. Tidak hanya oleh para peserta didik saja, namun pendidik pun banyak yang ikut mengucilka. Hal tersebut dapat membuat anak yang berasal dari kaum menengah bawah merasa minder. Tak jarang pendidikan saat ini membuat peraturan-peraturan yang menguntungkan kaum menengah keatas dan sangat merugikan kaum menengah kebawah.

Padahal yang kita ketahui, kaum menengah kebawah juga memiliki pemikiran-pemikiran yang sangat maju. Banyak orang dari kalangan menengah kebawah sukses menjadi pengusaha. Kaum menengah kebawah memiliki keinginan yang kuat untuk memperjuangkan hak mereka dalam pendidikan. Pendidikan yang mereka inginkan yaitu pendidikan tanpa penindasan. Baik yang dilakukan oleh peserta didik dari golongan menengah keatas maupun pendidik dari sebuah sekolah tersebut.

Penindasan yang dilakukan secara terus menerus tanpa adanya tindakan lebih lanjut akan sangat merugikan kaum tertindas. Pihak pendidik harus lebih peka terhadap peserta didiknya yang mungkin melakukan penindasan terhadap golongan menengah kebawah. Pendidikan harus lebih berperan netral terhadap siapapun yang ingin memperjuangkan cita-citanya melalui pendidikan yang ada saat ini. Sejatinya pendidikan milik siapa saja yang ingin mengetahui banyak ilmu.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here