Oleh: Alfin Nur Ridwan
Hidup adalah pilihan. Mungkin kalimat singkat itu pernah terdengar di telinga kita baik dari teman, orang lain, ataupun dari quotes-quotes yang berseliweran di media sosial. Jika dicermati lebih lanjut kalimat tersebut memanglah memiliki makna yang mendalam dan mempunyai arti penting jika diimplementasikan dalam kehidupan.
Karena dalam menjalani kehidupan ini kita sebagai manusia akan selalu dihadapkan dengan sebuah pilihan. Sebagaimana dalam kisah penciptaan Adam dan Hawa, saat itu manusia dihadapkan dengan pilihan untuk menaati apa yang Allah katakan atau tidak, dan itu merupakan sebuah pilihan yang harus dipilih.
Dalam setiap pilihan atau langkah yang akan diambil oleh manusia tersebut, manusia akan dihadapkan lagi yang namanya konsekuensi yang harus dihadapinya. Sebagai contoh, sebut saja si Fulan mempunyai tugas yang harus diselesaikan, saat malam hari tiba ia dihadapkan dengan dua pilihan. Pilihan yang pertama yakni, ia mengerjakan tugasnya malam itu juga dengan konsekuensi berupa rasa ngantuk yang harus dirasakannya ketika pagi namun, beban tugasnya sudah lepas. Akan tetapi jika ia memilih menyelesaikan tugasnya di pagi hari, maka ia dapat beristirahat dengan cukup di malam hari namun, masih memliki beban tugasnya di pagi harinya.
Itulah yang disebut dengan konsekuensi. Ia akan hadir ketika kita memilih suatu pilihan yang harus diambil. Namun, jika melihat realita saat ini, banyaknya kasus-kasus kejahatan, terjadinya degradasi moral, dan beberapa perilaku amoral lainnya yang terjadi tak lepas dari luputnya manusia akan yang namanya konsekuensi. Banyak manusia yang mengambil keputusan/pilihan dengan serta menuruti hawa nafsunya tanpa mengindahkan pikirannya juga, yang kemudian luput konsekuensi dari benak dirinya.
Hidup: Pilihan, Konsekuensi, dan Tanggungjawab
Sebagaimana telah disebutkan di awal, dalam hidup ini kita akan selalu dihadapkan dengan sebuah pilihan. Kita harus memilih, memilih, dan memilih. Dan setelah itu hadir juga yang namanya konsekuensi, sebuah hukum akibat dari hasil pilihan yang kita pilih. Pilihan apapun itu pasti akan ada yang namanya konsekuensi yang harus dihadapi selanjutnya. Setelah manusia yakin atas pilihannya dan kemudian sadar akan konsekuensi yang timbul selanjutnya, maka yang harus dilakukan lagi setelah itu ialah tanggungjawab. Sebuah tindakan yang wajib dilakukan untuk bisa mencapai apa yang telah kita pilih.
Yang pertama, perihal sebuah pilihan. Tentunya secara umum kita tidak bisa menilai langkah apa yang dipilih oleh orang lain itu sebagai sesuatu yang buruk. Karena pastinya orang lain pun yang memilih pilihan tersebut merasa kalau keputusan yang ia buat adalah baik baginya, menyenangkan dirinya, memuaskan untuknya. Namun, yang terkadang lepas ketika seseorang itu membuat suatu keputusan ialah keluputan akan ikatan yang ia telah punya sebelumnya.
Semisal saya akan ambil satu contoh. Banyak remaja di era kekinian yang tak ketinggalan untuk turut memiliki ‘pasangan’ dalam mengarungi masa remajanya ini. Akan tetapi, tak sedikit juga yang memilih untuk memiliki ‘pacar’ di fase remajanya ini namun alih-alih sebagai support system, justru malah menimbulkan hal negatif di lain sisi. Seperti waktu yang terlalu banyak terbuang hanya untuk bercumbu mesra baik secara tatap muka ataupun lewat gadget, ada juga yang karena sedang menjalin percintaan dengan lawan jenis malah lupa dengan orang tuanya sendiri, atau ada juga yang sebelumnya cukup aktif di organisasi malah kemudian cenderung tidak aktif.
Itu hanyalah satu contoh kecil saja dari seseorang yang ketika membuat pilihan kerap kali lupa akan ikatan-ikatan yang telah dibuat sebelumnya. Ikatan yang dimaksud seperti hubungan dirinya dengan keluarga, dirinya dengan agama yang dianut, dirinya dengan temannya, dirinya dengan organisasi yang diikutinya, dirinya dengan orang tertentu. Nah, seharusnya ketika hendak membuat suatu pilihan/keputusan, patutlah memperhatikan hubungan-hubungan yang telah dibuat sebelumnya. Jangan sampai pilihan yang kita buat justru memutuskan ataupun mencederai hubungan kyang telah kita buat sebelumnya.
Coba bayangkan, jika setiap manusia sadar akan hal itu. Tentunya tindakan-tindakan yang tidak bermoral, tindakan kejahatan, tindakan merusak, tidak akan terjadi jikalau manusia sadar akan hubungan-hubungan yang ia miliki.
Kemudian setelah ia sadar terlebih dahulu akan hubungan yang ia miliki lalu membuat suatu pilihan maka, kesadaran yang harus turut ia hadirkan selanjutnya ialah konsekuensi yang akan dihadapi. Coba saja lihat kenapa kasus remaja hamil di luar nikah cukup banyak terjadi?. Tentu, hal tersebut bukanlah sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba tanpa adanya sebab. Sebabnya ialah dari pergaulan bebas yang berlanjut sampai pada berhubungan badan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya.
Andaikan pelaku atas kasus remaja hamil di luar nikah sadar akan hubungan yang ia miliki dengan agama dan orangtua khususnya, dan kemudian memikirkan konsekuensi apa yang harus ia tanggung setelahnya, pasti ia akan berpikir berkali-kali untuk melakukan tindakannya tersebut. Namun, yang terjadi ialah pilihan telah ia tentukan akan tetapi konsekuensinya ia abaikan. Maka, pilihan yang telah ia buat itu hanya akan jadi kesia-siaan saja dan berakhir pada sebuah penyesalan.
Lagi-lagi itu hanyalah satu studi kasus saja yang terjadi di negeri ini. Selanjutnya, yang terakhir harus manusia juga sadari dan lakukan ialah bertanggungjawab akan pilihan yang ia buat dengan menerima dan menjalani konsekuensi yang harus dihadapinya.
Bertanggungjawab bukanlah perkara yang mudah dilakukan. Tak sedikit mereka yang melakukan sesuatu namun tidak bertanggungjawab akan konsekuensi yang harus dihadapinya. Para orang-orang hebat, orang-orang yang senantiasa menampilkan keceriaan di raut wajahnya, orang-orang yang tak pernah putus asa, adalah mereka yang dalam menjalani kehidupan ini senantiasa bulat dalam tekadnya, sadar akan konsekuensinya, dan bertanggungjawab akan apa yang akan terjadi kedepannya.
Menghindar dari kesalahan atau konsekuensi memang bagi beberapa orang merupakan sebuah jalan keluar. Namun, perlu diketahui bahwa hal tersebut tidaklah sama sekali menyelesaikan masalah, yang ada malah akan terus banyak hal-hal yang perlu dipertanggungjawabkan lagi. Konsekuensi akan terus menghantuinya, apa yang ia inginkan sebelumnya pun hanya akan menjadi pemuas nafsu sesaat saja jika sebuah tanggungjawab tak ia laksanakan.
Perihal tanggungjawab ini memang seharusnya sudah dilatih sedari kecil dengan mengajarkan kepada anak untuk tidak takut salah dan mengaku salah jika memang berbuat salah. Karena yang terjadi justru ketika seorang anak itu berbuat salah maka tak sedikit orang tua yang malah memarahinya atau menghukumnya. Yang mengakibatkan kebiasaan untuk menutup-nutupi sebuah masalah atau tantangan menjadi melekat hingga umur beranjak dewasa.
Itulah sedikit refleksi hidup yang agaknya perlu sama-sama ditelaah kembali. Sebuah tujuan yang ingin kita capai ataupun langkah yang kita pilih, jangan sampai luput dari konsekuensi dan tanggungjawab yang juga harus turut dijalaninya ketika memilih suatu pilihan dalam hidup.
Alfin Nur Ridwan, Sekretaris Umum PK IMM Hajjah Nuriyah Shabran 2023
Sumber: Makna Kehidupan; Refleksi dan Harapan