Oleh: Muhammad Thoriq Al Farisi
Kader IMM Pondok Hajjah Nuriyah Shabran UMS

Shalat secara etimologi berarti doa, sedangkan secara terminologi shalat adalah suatu perbuatan serta perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai dengan persyaratan yang ada. Shalat merupakan salah satu sarana yang paling utama dalam hubungan antara manusia dengan Allah SWT. Jika shalat seseorang baik maka hubungannya dengan Allah SWT juga akan baik. Baik atau buruknya shalat seseorang juga menjadi tolak ukur baik atau buruknya orang tersebut. Karena sesungguhnya shalat itu mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar.

Manusia dengan permasalahan hidupnya

Setiap manusia pasti memiliki masalahnya masing-masing. Tidak mungkin bagi seorang manusia hidup di bumi ini tanpa masalah. Hal demikian merupakan hal yang wajar bagi setiap manusia. Baik itu anak kecil, remaja, hingga yang sudah tua pun memiliki masalah masing-masing. Namun masalah yang dihadapi setiap orang tidaklah sama. Masalah yang seharusnya dihadapi orang dewasa tidak akan dihadapi oleh anak-anak. Begitupun juga sebaliknya.

Masing- masing individu memiliki masalah dengan porsinya yang masing-masing pula. Mahasiswa dengan masalahnya di kampusnya. Anak muda dengan masalahnya dalam karirnya. Orang dewasa dengan masalah keluarganya, masalah cicilan rumah, masalah anaknya, dan masalah- masalah yang lainnya. Akan tetapi setiap masalah pasti masih berada dalam kemampuan seseorang. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya:

“Allah tidak akan membebani seseorang kecuali atas kemampuannya” (QS. Al Baqarah: 286)

Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi orang-orang yang beriman telah memberikan sebuah keterangan yang menegaskan bahwa Allah SWT tidak akan memberikan masalah kepada hambanya, kecuali hambanya ini mampu untuk menyelesaikannya. Ini merupakan bentuk sifat kelembutan dan kasih sayang Allah SWT kepada hambanya. Allah SWT tidak rela apabila hambanya harus menghadapi masalah diluar kemampuannya.

Banyak sekali orang- orang yang ketika mendapat masalah, tetapi mereka justru memperumit masalahnya sendiri. Seperti orang yang Ketika mendapat masalah, dia justru menghibur dirinya dengan kemaksiatan, entah itu perzinaan, mabuk-mabukan, atau dalam bentuk kemaksiatan yang lain.

Hal itu tidak akan menyelesaikan masalah, justru hal yang seperti itu hanya menjeda masalah yang dialami dan akan menimbulkan masalah baru di masa mendatang. Seperti contoh seorang pemuda yang pusing akan tugas kuliah nya yang menumpuk, lalu dia berpikir jika dia mengonsumsi minuman keras akan membuat pikirannya menjadi tenang. Pada kenyataannya mengonsumsi minuman keras justru bisa merusak otak yang seharusnya bisa dia gunakan untuk mengerjakan tugas- tugasnya di perkuliahan.

Memohon pertolongan kepada Allah dengan Sabar dan Shalat

Orang yang memiliki keimanan dalam hatinya tidak akan melakukan hal yang demikian. Justru dengan adanya masalah yang dihadapi, orang yang beriman akan mengadukan masalahnya kepada Allah SWT didalam sujudnya. Karena orang yang beriman paham bahwa Allah SWT adalah satu-satunya yang memiliki kekuasaan di langit dan di bumi. Dan hanya kepada Allah SWT orang yang beriman meminta pertolongan atas masalahnya. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya:

“wahai orang-orang yang beriman, Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan bersabar dan shalat. Sesungguhnya Allah Bersama orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah: 153)

Orang yang beriman akan pandai dalam mengontrol emosinya. Tidak mudah marah, dan selalu tenang dalam menghadapi masalah. Kemudian Bersamaan dengan sabar, orang yang beriman akan memohon pertolongan kepada Allah SWT dalam shalatnya. Orang yang beriman yakin bahwa semua masalahnya akan selesai, karena setelah kesusahan ada kemudahan. Dan orang beriman percaya bahwa semuanya akan selesai dan semua akan Kembali kepada sang pencipta

“Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah: 6)

Orang yang beriman memahami bahwa Allah SWT menguji hamba- hambanya dengan banyak cobaan. Yang mana jika seorang hamba berhasil melewati ujian dari Allah SWT dengan sabar, maka Allah SWT akan mengangkat derajatnya. Dan Allah SWT membersamai orang- orang yang sabar.

“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah- buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang- orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah: 155)

Merefleksikan Tujuan Shalat

Banyak dari manusia yang beriman, ketika mereka shalat hanya bertujuan agar Allah menyelesaikan masalahnya. Seperti seorang Mahasiswa yang sangat khusyuk dalam shalatnya Ketika Ujian Akhir Semester saja. Ketika Ujian Akhir semester selesai, shalatnya kembali menjadi biasa- biasa saja, sering terlambat bahkan lalai dalam shalatnya.

Hal itu berarti hanya melibatkan Allah SWT untuk menyelesaikan masalah. Yang mana seharusnya orang yang beriman melibatkan masalahnya kedalam hubungan dia dengan Allah SWT di dalam shalat. Sehingga tujuan shalat hanyalah untuk Allah SWT bukan untuk selesainya sebuah masalah. Karena pada hakikatnya, shalat merupakan penghambaan tertinggi dari seorang hamba kepada tuhannya.

“Katakanlah (Muhammad) sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam” (QS. Al- An’am: 162)

Maka dengan kita menjadikan Allah SWT sebagai tujuan utama kita dalam shalat, kemudian melibatkan masalah kita dalam hubungan kita dengan Allah, semua masalah akan selesai atas bantuan Allah SWT. Kita akan menjadi hamba-Nya yang sebenar-benarnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here