
Oleh : Rendra Aradea, S.Sos.I*
Abu Sufyan menemui dan berbicara kepada Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallam di Madinah, tetapi Beliau tidak menjawab sama sekali. Kemudian Abu Sufyan menemui Abu Bakar meminta bantuannya untuk membicarakan persoalan yang dibawanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam tetapi Abu Bakar, Ia lalu pergi menemui Umar bin Khathab untuk tujuan yang sama. Terakhir kalinya, dia menemui Ali bin Abi Thalib agar memberikan pertolongan kepadanya di hadapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Ali pun menolak.
Sebelum kedatangan Abu Sufyan di Madinah untuk memperbaharui perjanjian Hudaibiyah dengan kaum muslimin, Rasullah telah mendapat informasi pelanggaran yang dilakukan Bani Bakr terhadap kabilah Khuza’ah. Di mana kaum Quraisy terlibat membantu Bani Bakar dengan mengirimkan persenjataan dan pasukan.
Kedatangan Abu Sufyan ke Madinah tidak membuahkan hasil kesepakatan untuk memperbaharui perjanjian Hudaibiyah dengan kaum muslimin.. Akhirnya ia pulang tanpa membuahkan hasil yang diharapkan.
Setelah kedatangan Abu Sufyan, Rasulullah memulai menyusun berbagai strategi dan meminta pendapat dari para sahabatnya. Kemudian beliau juga mengeluarkan perintah kepada muslimin untuk bersiap-siap bertolak ke Makkah.
Di tengah jalan, ketika Rasulullah mengabarkan bahwa pasukan akan berangkat ke Makkah, mereka bersorak gembira. Sebab, mereka akan memasuki dan menaklukkan Makkah, sehingga salah satu pemimpin pasukan bernama Sa’d bin Ubadah yang pembawa bendera, berkata dengan lantang:
“Hari ini adalah hari pembalasan dan penghabisan mereka (al-yaum yaum al-malhamah),” katanya dengan bersemangat.
Manakala Rasulullah mendengar hal tersebut, beliau menegur Sa’d bin Ubadah dan mengganti kelimat yang diserukan oleh Sa’d bin Ubadah dengan kalimat:
“Hari ini adalah hari kasih sayang (al-yaum yaum al-marhamah),” tegas Rasulullah kepada pasukan.
Melihat banyaknya pasukan yang datang, kaum Quraisy di kota Makkah merasa gelisah. Kendati terdapat kesepakatan gencatan senjata dengan kaum muslimin selama sepuluh tahun, tetapi mereka sadar telah melanggar perjanjian tersebut.
Makkah ditaklukkan nyaris tanpa pertumpahan darah pada 20 Ramadhan 8 H. Rasulullah Saw membersihkan tak kurang 360 berhala yang berserakan di dalam maupun luar Ka’bah, serta menghapus gambar-gambar di dalamnya
Selanjutnya Rasulullah memberikan amnesti kepada penduduk Makkah, meski mereka dahulu memusuhi umat Islam. Beliau mengumumkan kepada penduduk Makkah,
“Siapa yang masuk masjid maka dia aman, siapa yang masuk rumah Abu Sufyan maka dia aman, siapa yang masuk rumahnya dan menutup pintunya maka dia aman.”
Beliau terus berjalan hingga sampai di Masjidil Haram. Beliau thawaf dengan menunggang unta sambil membawa busur yang beliau gunakan untuk menggulingkan berhala-berhala di sekeliling Ka’bah yang beliau lewati. Saat itu, beliau membaca firman Allah:
“Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (Qs. Al-Isra’: 81)
“Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi.” (Qs. Saba’: 49)
Kemudian, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam memasuki Ka’bah. Beliau melihat ada gambar Ibrahim bersama Ismail yang sedang berbagi anak panah ramalan.
Beliau bersabda, “Semoga Allah membinasakan mereka. Demi Allah, sekali-pun Ibrahim tidak pernah mengundi dengan anak panah ini.”
Kemudian, beliau perintahkan untuk menghapus semua gambar yang ada di dalam Ka’bah. Kemudian, beliau shalat. Seusai shalat beliau mengitari dinding bagian dalam Ka’bah dan bertakbir di bagian pojok-pojok Ka’bah. Sementara orang-orang Quraisy berkerumun di dalam masjid, menunggu keputusan beliau shallallahu ‘alahi wa sallam.
Dengan memegangi pinggiran pintu Ka’bah, beliau bersabda:
“Wahai orang Quraisy, sesungguhnya Allah telah menghilangkan kesombongan jahiliyah dan pengagungan terhadap nenek moyang. Manusia dari Adam dan Adam dari tanah.”
“Wahai orang Quraisy, apa yang kalian bayangankan tentang apa yang akan aku lakukan terhadap kalian?”
Merekapun menjawab, “Yang baik-baik, sebagai saudara yang mulia, anak dari saudara yang mulia.”
Beliau bersabda,
“Aku sampaikan kepada kalian sebagaimana perkataan Yusuf kepada saudaranya: ‘Pada hari ini tidak ada cercaan atas kalian. Allah mengampuni kalian. Dia Maha penyayang.’ Pergilah kalian! Sesungguhnya kalian telah bebas!”
***
“Hari ini adalah hari kasih sayang (al-yaum al-marhamah).” Demikian sabda Nabi Muhammad menandai peristiwa Fathu al-Makah bukan sebagai agenda menang-menangan yang penuh kekerasan, atau balas dendam tetapi upaya perdamaian antar dua pihak yang di masa sebelumnya penuh ketegangan.
Seperti yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam ajarkan pada kita untuk saling menyayangi dan mengasihi sesama manusia. makna kasih sayang di sini tidak berada dalam konteks lawan jenis, namun menjangkau hal yang lebih luas, yaitu pada sesama manusia, bahkan musuh sekalipun.
*Penulis merupakan guru di SMA Muhammadiyah 2 Al-Mujahidin
Ed : ARM