Opini

Menembus Batas Bahasa dalam Evaluasi Menyimak Program BIPA

Oleh: Abdulrohim E-sor, B.A, Mahasiswa Internasional Asal Thailand di Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Surakarta

Keterampilan menyimak merupakan salah satu aspek penting dalam pembelajaran bahasa, khususnya bagi mahasiswa asing yang sedang mempelajari bahasa Indonesia. Menyimak merupakan keterampilan dasar yang berperan penting dalam proses akuisisi bahasa.

Kemampuan ini memungkinkan mahasiswa untuk memahami ujaran lisan, menangkap makna dari komunikasi verbal, serta mendukung peningkatan kemampuan berbicara dan menulis. Oleh karena itu, evaluasi keterampilan menyimak dalam program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) menjadi aspek yang krusial untuk mengukur efektivitas pembelajaran dan memastikan tercapainya kompetensi yang diharapkan.

Akan tetapi, proses evaluasi keterampilan menyimak tidak terlepas dari berbagai isu dan tantangan. Salah satunya adalah latar belakang bahasa ibu mahasiswa yang berbeda-beda. Hal ini memengaruhi cara mereka memahami fonologi bahasa Indonesia.

Mahasiswa dengan latar belakang bahasa yang memiliki sistem fonologi mirip dengan bahasa Indonesia cenderung lebih cepat memahami ujaran lisan dibandingkan dengan mahasiswa yang berasal dari bahasa dengan fonologi yang sangat berbeda.

Keberagaman dialek dan variasi bahasa Indonesia, baik bahasa baku maupun nonformal yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, menjadi tantangan tersendiri. Mahasiswa asing kerap mengalami kesulitan dalam memahami percakapan yang menggunakan ragam bahasa nonformal, sebab terdapat perbedaan antara bahasa yang digunakan dalam kelas BIPA dengan bahasa yang mereka temui di luar kelas.

Tantangan lainnya adalah kecepatan berbicara penutur asli serta penggunaan intonasi dan tekanan kata yang beragam. Materi menyimak yang digunakan dalam program BIPA yang terlampir di laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sering kali terbatas pada rekaman atau teks yang telah disesuaikan dengan tingkat kemampuan mahasiswa. Hal ini tentu menyebabkan mahasiswa kurang terbiasa dengan bahasa lisan autentik yang digunakan dalam konteks nyata, seperti percakapan sehari-hari, media massa, atau interaksi sosial.

Dalam praktiknya, evaluasi menyimak biasanya dilakukan melalui tes pilihan ganda atau isian untuk mengukur pemahaman terhadap rekaman suara. Akan tetapi, pendekatan ini masih belum mencerminkan kemampuan menyimak secara menyeluruh, seperti kemampuan menangkap makna implisit atau memahami emosi dalam ujaran.

Selain itu, standar evaluasi sering kali belum mampu mengakomodasi perbedaan individu di antara mahasiswa. Penilaian yang hanya memberikan skor akhir tanpa umpan balik yang mendalam juga menjadi kendala karena umpan balik yang spesifik sangat penting untuk perbaikan kemampuan menyimak mahasiswa.

Untuk meningkatkan efektivitas evaluasi menyimak, diperlukan beberapa strategi. Pertama, penggunaan bahan autentik seperti wawancara, berita, atau percakapan sehari-hari sangat dianjurkan agar mahasiswa terbiasa dengan bahasa lisan yang sesungguhnya.

Kedua, variasi bentuk evaluasi seperti tes pilihan ganda, tes isian, ringkasan lisan, hingga tugas proyek berbasis audio akan memberikan gambaran kemampuan yang lebih menyeluruh.

Ketiga, pemanfaatan teknologi seperti aplikasi pengenalan suara dan perangkat lunak analisis audio dapat membantu dalam memberikan evaluasi yang objektif dan rinci. Tidak kalah penting, evaluasi disertai pemberian umpan balik yang jelas dan spesifik.

Pengajar dapat memberikan rekaman ulang dengan penjelasan mengenai kesalahan-kesalahan umum yang dilakukan mahasiswa. Hal ini sangat bermanfaat agar mahasiswa dapat memahami kelemahan mereka dan melakukan perbaikan.

Sebagai kesimpulan, evaluasi keterampilan menyimak dalam program BIPA menghadapi berbagai tantangan, mulai dari latar belakang bahasa mahasiswa, variasi dialek bahasa Indonesia, hingga keterbatasan metode evaluasi yang digunakan. Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan pendekatan yang lebih autentik, variatif, dan berbasis teknologi, serta disertai dengan umpan balik yang konstruktif. Dengan demikian, evaluasi menyimak dalam program BIPA dapat menjadi lebih efektif dalam membantu mahasiswa asing mencapai kompetensi berbahasa Indonesia secara optimal.

Editor : Najih

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button