KABARMUH.ID – Dalam momen penuh kehangatan dan kekhidmatan, antologi puisi berjudul “Pelukan Ramadan” karya Fathan Faris Saputro dan Nurul Iftiasanti resmi diterbitkan oleh Penerbit Eja. Buku ini hadir sebagai karya sastra yang menggali kedalaman spiritualitas, menghadirkan refleksi mendalam tentang makna Ramadan dalam kehidupan umat Muslim.

Dengan menyajikan 99 puisi, “Pelukan Ramadan” memadukan kekayaan bahasa dengan pengalaman spiritual yang dihadapi setiap individu selama bulan suci Ramadan 1445 Hijriyah. Setiap puisi di dalamnya menggambarkan perjalanan batin dan refleksi diri yang menjadi bagian tak terpisahkan dari momentum Ramadan.

Refleksi Ramadan dalam Setiap Bait

Fathan Faris Saputro, salah satu penulis, mengungkapkan bahwa karya ini lahir dari perjalanan batinnya selama menjalani Ramadan, di mana setiap puisi yang ditulis mencerminkan suasana hati yang terbungkus oleh keheningan dan perenungan diri. Menurut Faris, Ramadan bukan hanya soal ibadah fisik, tetapi juga perenungan spiritual yang mendalam.

“Puisi-puisi ini adalah ungkapan perasaan saya terhadap Ramadan, yang bukan hanya soal ibadah fisik tetapi juga perenungan spiritual yang mendalam. Kami ingin menyampaikan kepada pembaca bahwa Ramadan adalah waktu yang tepat untuk merajut kembali hubungan dengan Sang Pencipta serta memperbaiki kualitas diri sebagai manusia,” ungkap Faris, alumni S2 UM Surabaya, pada Sabtu (7/9/2024).

Sementara itu, Nurul Iftiasanti, yang juga turut menyumbangkan puisinya dalam antologi ini, menekankan bahwa Ramadan bukan hanya sebuah ritual tahunan, melainkan juga momentum sosial yang menyatukan berbagai lapisan masyarakat. Melalui puisinya, Nurul berusaha menggambarkan suasana berbagi dan kebersamaan yang dirasakan selama Ramadan.

“Ramadan mempertemukan kita dengan esensi kehidupan. Lewat puisi, saya mencoba menggambarkan indahnya berbagi, berbuka dengan sederhana, dan kegiatan ibadah yang memberi ketenangan batin,” ujar Nurul, Kabid IMMawati DPD IMM Kalteng periode 2024-2026, dengan penuh semangat.

Kekuatan Puisi dalam Menggambarkan Ramadan

Antologi “Pelukan Ramadan” bukan hanya sekadar kumpulan kata-kata, melainkan merupakan refleksi dari berbagai dimensi Ramadan. Faris dan Nurul mengeksplorasi tema-tema besar seperti pengampunan, ketulusan, kerendahan hati, serta harapan akan kehidupan yang lebih baik setelah menjalani ibadah selama sebulan penuh. Melalui bahasa yang indah, puisi-puisi ini mengajak pembaca untuk merenungi makna yang lebih dalam tentang Ramadan.

Dalam salah satu puisinya yang berjudul “Sahur Bersama Lauk Tahu Tempe”, Faris menggambarkan kesunyian malam yang hanya dipecahkan oleh suara adzan sahur. Sedangkan, puisi “Haru Azan Zuhur” karya Nurul mengangkat kekuatan ibadah puasa sebagai bentuk latihan kesabaran dan kepasrahan diri kepada Allah. Puisi-puisi ini menawarkan perspektif yang beragam, namun tetap terjalin dalam satu benang merah: perjalanan batin selama Ramadan.

Dengan bahasa yang puitis dan penuh makna, “Pelukan Ramadan” berhasil menangkap esensi Ramadan sebagai bulan yang penuh keajaiban dan keberkahan. Setiap bait mencerminkan suasana Ramadan, mulai dari keheningan malam yang dipenuhi doa hingga sukacita saat menyambut Idul Fitri. Faris dan Nurul membingkai Ramadan sebagai sebuah pelukan hangat yang merangkul setiap individu dalam kebersamaan, pengampunan, dan kasih sayang.

Pesan dan Harapan Lewat Antologi

Antologi “Pelukan Ramadan” diharapkan tidak hanya menjadi bacaan inspiratif, tetapi juga menjadi pengingat bagi umat Muslim untuk selalu menjaga nilai-nilai yang ditanamkan selama bulan Ramadan. Faris menekankan bahwa buku ini lahir dari hati dan diharapkan bisa menyentuh hati setiap pembacanya.

“Kami berharap buku ini bisa menjadi sahabat bagi mereka yang sedang mencari kedamaian dan petunjuk di tengah kehidupan yang penuh dengan tantangan,” ujar Faris.

Nurul juga menyampaikan bahwa melalui “Pelukan Ramadan”, ia ingin menginspirasi pembaca untuk memaknai setiap momen Ramadan, bukan hanya sebagai rutinitas tahunan, tetapi sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri.

“Setiap bait dalam buku ini adalah doa, harapan, dan refleksi. Semoga buku ini bisa menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang untuk lebih memahami arti Ramadan, baik dari sisi religius maupun kemanusiaan,” tutup Nurul.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here