Oleh : Salma Riskiyah Azizah (202110230311007)
Pengalaman pribadi saya yang berkaitan dengan pemikiran Paulo Freire yang ada pada buku pendidikan kaum tertindas. Sejak saya duduk di bangku sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, pendidikan yang saya terima yaitu hanya pendidikan sistem bank. Pendidikan dimana hanya guru sebagai sumber informasi yang didapatkan oleh siswa. Sistem pendidikan seperti ini menurut saya tidak efektif karena siswa tidak bisa mengutarakan pendapat yang mereka miliki. Dan hanya guru yang hanya bisa mengeluarkan pendapat dan pengetahuannya mengenai pendidikan. Sehingga informasi siswa tidak bisa berkembang dengan baik, siswa hanya mendapatkan informasi yang diberikan lalu menerimannya. Saya setuju dengan pemikiran Paulo Freire pada buku kaum tertindas ini karena pembelajaran dengan sistem bank ini yang hanya menjadikan guru sebagai subjek informasi sangat sangat tidak efektif bagi siswa. Sistem pendidikan seperti ini membuat siswa menjadi hanya penerima informasi tanpa mengeluarkan pendapat yang mereka miliki. Siswa hanya menelan informasi yang didapatkannya dari guru. Itu yang terjadi pada sistem pendidikan yang ada di Indonesia.
Sistem pendidikan di Indonesia mayoritas menerapkan sistem bank, hanya guru yang memberikan informasi dan siswa hanya menerima tanpa berpendapat mengenai pemikirannya. Saya setuju dengan pemikiran Paulo Freire mengenai mengubah cara berpendidikan. Paulo Freire mengubah sistem pendidikan yang awalnya system bank menjadi problem posing education atau sistem pendidikan hadap masalah. Pada sistem pendidikan ini guru selain sebagai pemberi informasi awal, guru dan siswa bebas untuk saling bertukar pendapatnya. Pada sistem pendidikan ini siswa di perbolehkan untuk mengeluarkan pendapatnya tentang informasi yang didapat, siswa juga di perbolehkan untuk memberi informasi tambahan yang dimiliki. Sehingga siswa merasa bebas pada saat menerima pendidikannnya. Pendidikan di Indonesia sering tidak melakukan sistem seperti dengan pemikiran dari Paulo Freire. Sehingga siswanya kebanyakan tidak berkembang dan memiliki rasa takut dan kurang percaya diri dalam menyampaikan pendapatnya. Selama saya sekolah dasar hingga sekolah menengah atas memang hanya sedikit guru yang menanyakkan pendapat siswanya mengenai informasi yang diberikan. Sistem pendidikan bank di Indonesia lebih mendominasi dibandingkan dengan sistem pendidikan hadap masalah.
Pada buku pendidikan yang tertindas juga disebutkan bahwa seseorang yang melakukan pendidikan harus merasa bebas. Bebas disini diijelaskan bahwa bebas dalam mendapatkan pendidikan. Paulo Freire mengemukakan pendapatnya mengenai kebebasan, menurutnya kebebasan adalah suatu keharusan dan kebebasan ini hanya mungkin tercapai dengan usaha pembebasan dari ketidakadilan dan penindasan yang bersifat struktural. Hidup pribadi Paulo Freire merupakan kesaksian atas terjadinya pemikiran penemuan sistem pendidikan yang baru. Banyak hal yang dapat diambil dari kehidupan Paulo Freire. Humanisasi diperjuangkan agar masyarakat merasakan kebebasan mendapatkan pendidikan. Pada zaman sekarang setiap orang sudah merasakan kebebasan dalam berpendidikan. Setiap orang pada saat ini berlomba lomba dalam berpendidikan. Berbeda dengan zaman dahulu, pada zaman dahulu pendidikan sangat tidak menarik dimasyarakat. Masyarakat kebanyakan tidak menyadari hal hal yang didapatkan dari pendidikan.
Pada zaman sebelum Paulo Freire memperjuangkan pendidikan, masyarakat kebanyakan tidak bisa membaca aksara. Hal itu terjadi karena masyarakat mengalami penindasan dalam pendidikan. Masyarakat kebanyakan tidak mendapatkan perhatian dibidang pendidikan, sehingga banyak masyarakat tidak bisa membaca aksara. Namun setelah Paulo Freire memperjuangkan pendidikan, banyak masyakat sadar akan pendidikan membaca aksara.
Selain perjuangan dalam penindasan membaca, Paulo Freire mengungkapkan Dialog dalam pendidikan merupakan hal yang paling penting. Dalam “pendidikan terhadap masalah” tersebut guru belajar dari murid dan murid belajar dari guru. Guru menjadi teman murid yang melibatkan diri dan merangsang daya pemikiran kritis para murid. Dengan demikian kedua belah pihak bersama sama mengembangkan kemampuan untuk berpikir secara kritis. Pada sistem pendidikan dialog sangat penting, karena komunikan menuntut dialog. Dialog menuntut suatu program pendidikan yang bersifat dialogis.
Berdasarkan pengalaman saya selama melakukan pendidikan mulai sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, sitem dialog jarang digunakan oleh guru. Sitem pendidikan yang dilakukan oleh guru kebanyakan sitem tanpa berdialog dengan murid. Sehingga hanya guru saja yang berhak berbicara di saat pembelajaran berlangsung. Di dalam pembelajaran murid hanya bisa mendengarkan guru yang memberiksn informasi. Dialog 2 arah yang dilakukan oleh guru dan murid sebenarnya sangat efektif dalam pembelajaran. Karena dengan menggunakan dialog dua arah, murid juga bisa menyampaikan pertanyaan atau pendapatnya mengenai informasi yang didapatkan dari guru. Sehingga komunikasi antara murid dan guru tidak terjadi, hal ini terjadi karena komunikansi yang dilakukan hanya satu arah. Dialog saat pembelajaran menjadi penting karena dari adanya komunikasi dua arah ini, guru bisa memahami tingkat pemahaman yang diperoleh oleh muridnya. Sedangkan muridnya bisa mendapatkan innformasi lebih dari guru.
Dari buku pendidikan yang tertindas ini banyak hal yang bisa dipelajari dari cara pemikiran Paulo Freire. Dalam buku pendidikan yang tertindas ini bisa diketahui bahwa dalam kegiatan kegiatan pelatihan yang mengalisis peran “penyadaran” maupun dalam beberapa usaha percobaan terakhir untuk suatu bentuk pendidikan yang benar benar membebaskan adanya perasaan “takut kebebasan” (fear of freedom).
Kesimpulan yang dapat diambil setelah membaca prawacana dan pendahuluan yang terdapat dalam buku pendidikan yang tertindas ini, bisa diketahui bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pendidikan yang bukan hanya dari guru, namun sama sama saling tejadi pertukaran pemikiran antara guru dan murid. Komunikasi yang selalu digunakan dalam pembelajaran. Pengenalan membaca yang sangat diperlukan untuk masyarakat diungkapkan oleh Paulo Freire dalam buku tersebut. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap masyarakat yang tidak bisa membaca mendapatkan perhatian dari Paulo Freire. Paulo Freire sangat memperjuangkan hak untuk masyarakat memperoleh pendidikan. Masyarakat berhak mendapatkan pendidikan tanpa adanya penindasan. Masyarakat juga bebas dalam berpendidikan. Setelah buku pendidikan yang tertindas karya Paulo Freire ini terbit masyarakat sadar akan adanya penindasan terhadap pendidikan. Sehingga masyarakat mulai peduli terhadap pendidikan. Masyarakat mulai mempelajari aksara, hingga bisa membaca. Dengan adanya system pendidikan yang dikemukakan oleh Paulo Freire, pendidikan semakin berkembang. Guru dan murid bisa berinteraksi dalam melakukan penyampaian informasi. Guru memberikan informasi dan murid menyamapaikan pendapatnya. Namun sistem itu jarang terjadi di Indonesia. Di Indonseia kebanyakan sistem pembelajaran yang di pakai yaitu sistem bank. Sistem dimana hanya guru sebagai sumber informasi. Sehingga pembelajaran di Indonesia kurang efektif karena hanya terjadi komunikasi satu arah.