Oleh: Andi Rezti Maharani*

 

Tahun ini kelak akan dikenang sebagai tahun yang banyak memakan korban. Mulai korban dari pandemi, bencana alam, PHK, demo RUU Cipta Kerja, sekolah online dan masih banyak lagi. Tentu kita berharap agar pandemi ini segera berlalu dan semuanya dapat kembali seperti sedia kala.

Di balik kesedihan dan kesulitan selau ada kemudahan. Allah sendiri yang menjanjikannya. Ingatkah kita surah al-Insyirah ayat 5-6? “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”. Istimewa! Kalimat ini diulang sebanyak dua kali sebagai wujud penegasan dari Allah Ta’ala. Then, hikmah yang dapat kita ambil dari pandemi kali ini adalah adanya “The Power of Shabr”. Ketika kesabaran dan keikhlasan kita ditempa dan diuji agar menjadi insan yang lebih kuat. Harapku semoga dengan adanya pandemi ini dapat menaikkan derajat kita di hadapan Allah Tabaraka Wa Ta’ala. Aamiin Allahumma Aamiin.

Fokus ku kali ini membahas tentang belajar online. Tatap yang tak tetap dan tak tangkap, begitulah kira-kira. Dunia pendidikan ini sedang tak baik-baik saja. Semua seakan nampak salah di mata kita. Maju kena mundur pun lagi-lagi kena. Sampai-sampai dilema antar guru dan siswa. Termasuk dilema sekolah kembali dibuka. Aku pun merasa kinerjaku di rumah tak sebaik kinerja di sekolah. Banyak hal yang menimbulkan pro-kontra. Memicu perdebatan dimana-mana. Beberapa sudut pandang saling berlawanan. Tak mau kalah tapi tak ada juga yang salah. Pada akhirnya semua pihak mencoba mengalah sehingga timbul kalimat “Ya sudah”. Bukan lelah namun mencoba ikhlas dan pasrah.

Kawan, kamu tak sendirian! Aku di sini juga pernah merasa bahwa belajar online itu tak efisien. Banyak di antara teman-temanku yang merasakan pahitnya belajar online. Materi yang diberikan oleh guru tak ada satupun yang mereka pahami. Ketika pembelajaran online dimulai untuk pertama kali, memang berat rasanya. Iya kan? Mulai dari telat absen, telat bangun, telat mengerjakan tugas, sampai terlena dengan banyak hal yang tak bermanfaat. Waktu berjalan begitu cepat meninggalkan kita yang masih dalam problematika yang ada. Tak terasa pula, sekarang sudah masuk bulan ke-8 sistem ini diterapkan.

By the way, aku bersyukur karena di sekolahku sendiri menggunakan sarana aplikasi google classroom, zoom dan google meeting. Pembelajaran tetap dilakukan sama seperti pada hari sekolah. Seluruh siswa dan guru wajib mengikuti, kecuali jika ada uzur yang pasti. Pemerintah pun telah memberikan kemudahan untuk mengakses sarana-sarana tersebut dengan memberikan bantuan  berupa paket data. Tidak hanya untuk para pendidik, anak didik pun turut menerimanya. Anyway, apapun sarana yang diberikan untuk menunjang agar pembelajaran jarak jauh ini berhasil  kita patut mensyukurinya.

But when you feel,

“Kok aku gini-gini terus ya? Pelajarannya kok gak ada yang kupahami? Palajaran gak ada yang masuk di otak! Tugas sama ujian aja aku minta contekan”

Nah, ini waktunya kamu untuk berbenah diri. “Kira-kira apa ya penyebabnya? Apa ada yang salah ya dari cara belajarku?” mari tanyakan pada nuranimu! Kawanku, setelah kutelusuri penyebab dari pertanyaan-pertanyaanmu itu. Aku menangkap satu kesimpulan bahwa di samping niat yang lurus karena Allah.  Terdapat adab yang sangat diperlukan dalam menuntut ilmu. Ya, ADAB! Barangkali ketika proses transfer ilmu antara kamu dan gurumu. Kamu malah asyik makan, tidur-tiduran, main handphone, chattingan dengan teman, tak mendengarkan gurumu, dan tak menggubris perintah gurumu untuk on-cam. Sangat disayangkan, proses transfer ilmu dari gurumu ke kamu gagal hanya karena kamu yang kurang memperhatikan adabmu. For your information nih, bahwasannya ulama-ulama kita terdahulu sebelum mempelajari ilmu, mereka lebih mengutamakan untuk belajar adab. “Al-adabu fauqa al-ilmi”. Ibnul Mubarok rahimahullah -seorang ulama besar yang menghabiskan umur di medan ilmu dan medan perang- pernah mengutarakan “Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun sedangkan mempelajari ilmu selama 20 tahun.”

Berkaca dari ulama-ulama terdahulu tentunya sekarang kita akan merasa bahwa adab sangatlah penting. Terlebih jika ilmu yang kita dapatkan dari guru dapat kita amalkan dengan baik. Ulama 1000 guru di abad 21, yaitu Syaikh Shalih Al ‘Ushaimy juga pernah berkata, “Dengan memperhatikan adab maka akan mudah meraih ilmu. Sedikit perhatian pada adab, maka ilmu akan disia-siakan.” Semoga Allah senantiasa menjaga beliau dan memberkahi beliau.

Untuk kesekian kalinya kita tak perlu menganggap pembelajaran online ini suatu kesalahan atau kekeliruan apalagi dalam kondisi seperti ini. Tak ada yang salah dari belajar online meski sebenarnya tak ada yang menginginkannya. Allah Ta’ala bukan tanpa alasan menurunkan bencana serta wabah ini. “Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik” (al-Ma’arij ayat 5).

Tugas kita sekarang adalah bersabar dan menaati pemerintah dengan mengikuti sekolah online ini. Sembari tetap dan terus melakukan instrospeksi diri.  Lebih-lebih tatkala terdapat hambatan dalam proses belajar online ini. Tunjukkanlah adab seorang penuntut ilmu dengan cara diam ketika guru menjelaskan. Memperhatikan apa yang disampaikan mereka. Berusaha untuk memahami dan taklupa berikhtiyar untuk mengamalkannya. Kita juga harus menyalakan kamera agar guru mengetahui perkembangan pembelajaran. Jangan lupa untuk mengikat ilmu dengan tulisan. Meminta izin ketika meninggalkan ruang pembelajaran online. Selalu berbaik sangka kepada guru. Jangan malu untuk bertanya dengan memperhatikan tetap memperhatikan adab-adabnya. Eh iya, kalau masuk ruang belajar dan absen usahakan tepat waktu ya.

Kabar yang ku dengar tak lama lagi tepatnya awal tahun 2021, everything’s gonna be back to normal. Kamu pasti sudah sangat merindukan teman-temanmu, ruang kelas dan pastinya kantin. Guru-gurumu juga sudah tak sabar ingin segera bertatap muka langsung denganmu. Jaga kesehatan dan sampai ketemu di sekolah kawan! InsyaaAllah J

*Penulis merupakan santriwati dan anggota IPM pondok pesantren Al-Mujahidin Balikpapan

Editor: MA

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here